Mewariskan Topeng Malangan
quo vadis topeng Malangan.... kaulah arema pembuat dan pewarisnya...
Ditulis oleh Ardi Wina Saputra
Mahasiswa S2 Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Negeri Malang
fb.com/yustinus.ardi
TOPENG Malangan tercatat sebagai salah satu warisan budaya yang masih terjaga kelestariannya. Salah satu pelestari topeng Malangan adalah Sanggar Asmoro Bangun. Tri Handoyo, perajin topeng Malangan dari sanggar tersebut menerangkan seluk beluk topeng Malangan saat workshop Mengenal Budaya Malang, Minggu (7/6/2015) di Cafe Ria Jenaka, Malang.
Bermula dari Sanggar Asmoro Bangun yang berdiri tahun 1980 dengan pendiri pertama Mbah Reni, pembuat topeng sekaligus pengajar tari topeng Malangan di Polowijen. Agar tak pudar, sanggar ini melakukan proses regenerasi dalam mewariskan ilmu.
“Dulu topeng-topeng itu dibuat dari lapisan emas, sehingga harganya setara degan seekor sapi,” kenang Handoyo. Seiring perkembangan zaman, kayu dipilih sebagai bahan utama pembuatan topeng Malangan.
Ciri utama topeng Malangan adalah cula di atas karakter wajah topeng. Topeng Malangan sendiri memiliki 76 karakter berbeda. “Karakter-karakter tersebut didominasi dari cerita Panji,” ungkap Handoyo.
Tokoh baik identik dengan wajah yang bersih dan ramah, sedangkan tokoh jahat diimbuhkan taring dan brewok. Setiap warna dalam wajah topeng Malangan juga memiliki karakter sendiri. Warna putih mencerminkan kesucian, kuning cermin kebahagiaan, hijau cermin kesuburan, merah berarti keberanian, dan hitam menandakan kebijakan.
Pada kesempatan yang sama, Handoyo menerangkan bagaimana membuat topeng. Beberapa jenis kayu yang dipakai untuk membuat topeng Malangan antara lain kayu sengon, waru, dan kayu pule. Kayu jenis tersebut dipilih karena bentuknya rigan dan mudah ditemukan.
Kayu dipotong menjadi bentuk lingkaran dengan panjang 22 cm dan diameter 16 cm. Satu lingkaran dibelah menjadi dua. Belahan kayu tersebut dibentuk menyerupai segi tiga. Bagian yang timbul seperti hidung dan mulut dikerjakan terlebih dahulu. Setelah selesai dikerjakan, baru bagian lain seperti mata, mahkota, hingga detail ukiran lain diperjelas.
Khusus untuk tokoh baik, ditambahkan ukiran motif bunga sulur, sedangkan motif binatang diperuntukkan bagi tokoh jahat.Setelah diukir, baru topeng diwarnai dan diperindah menggunakan cat.
“Satu topeng biasanya membutuhkan waktu tiga hari pengerjaan,” pungkas Handoyo.