Pendidikan di Surabaya

SMPN 28 Surabaya Pertahankan 3 Rumah, Tambah 1 Rumah Lagi

#SURABAYA - Demi penghargaan Adiwiyata, SMPN 28 Surabaya melestarikan rumah jamur, rumah kompos, dan rumah anggrek.

Penulis: Sany Eka Putri | Editor: Yuli
sany ep
Anak-anak SDN Kandangan II Surabaya 

SURYA.co.id | SURABAYA - Untuk mendapatkan penghargaan Adiwiyata memang tidak semudah yang dibayangkan. Harus melalui beberapa persyaratan yang tidak mudah.

Seperti yang dilakukan SMPN 28 Surabaya ini. Seluruh warga sekolah ini berhasil mempertahankan 3 rumah sejak beberapa tahun yang lalu. 3 rumah itu ialah rumah jamur, rumah kompos, dan rumah anggrek.

Kepala SMPN 28, Tjipto Wardoyo, mengatakan dirinya memang menekankan kepada seluruh warga sekolah untuk menjaga rumah kedua.

“Kami anggap rumah itu sebagai rumah kedua. Jadi sama-sama merawat dan tetap dilestarikan,” terangnya ketika dihubungi, Minggu (7/7/2015).

Rumah jamur sendiri sudah meproduksi hasil dari pembudidayaan jamur. “Anak-anak sudah ada yang berhasil menghasilkan ote-ote jamur, trus ice cream jamur, nugget jamur, dan banyak lagi. Jadi media ini juga kami manfaatkan untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat,” tambah Tjipto.

Rumah jamur yang berada di ruang green house inilah yang membuat SMPN 28 meraih penghargaan Adiwiyata tahun 2015.

Selain itu juga ada beberapa kegiatan yang diadakan dari siswa SMPN 28 ini. Seperti menjual hasil produksi ke pasar.

“Yang sudah anak-anak lakuin itu ke pasar-pasar untuk mencoba menghasilkan sesuatu. Setiap minggu kegiatan siswa ini,” terangnya.

Dilain hal, setelah puas dengan tiga rumah, warga SMPN 28 berniat untuk membuat rumah keempat. Yakni rumah pangan.

“Jadi rumah pangan ini isinya nanti ada ubi-ubian. Ada ketela, lalu kacang-kacangan. Semua ini untuk mempertahankan budaya untuk menjaga lingkungan hidup,” tuturnya.

Sehingga, lanjut Tjipto, siswa juga mempunyai kegiatan positif yang bermanfaat.

Banyak kegiatan yang dilakuakan warga sekolah sehingga meraih penghargaan ini. Dikatakan Tjipto, ketika juri mendatangai SMPN 28 untuk menilai keadaan di lingkungan sekolah, ia meyakinkan keadaan lingkunagn dan pelestarian terjaga dengan baik.

“Jadi hari Sabtu 31 Mei, tim dari lingkungan hidup datang. Dan kami pun siap untuk semuanya. Karena kami optimis kegiatan inovasi dari siswa selalu berkaitan dengan budaya lingkungan,” ucap Tjipto ketika bercerita.

Kegiatan yang dilakukan siswa di antaranya ialah, melakukan penghijauan, lalu melakukan penghematan penggunaan air dan energy listrik, hingga bekerja sama dengan dinas kesehatan untuk menciptakan lingkungan sekolah yang sehat.

SDN Kandangan II Pertahankan Hukuman Bawa Tanaman
Berbeda dengan SDN Kandangan II yang juga menerima penghargaan Adiwiyata 2015. Sejak adanya metode penghijauan, suasana sekolah yang sangat rindang ini tetap memberlakukan hukuman untuk siswanya dengan membawa satu tanaman.

Kepala SDN Kandangan II, Siti Maisaroh, mengatakan hukuman yang diberikan itu ketika mereka tidak mengerjakan tugas.

“Mereka sepakat siaapa yang tidak membawa tugas rumah atau mbolos akan dikenakan sanksi, yaitu membawa satu tanaman untuk ditanam di lingkungan sekolah,” katanya.

Kepala sekolah yang lincah dan aktif ini, juga selalu mengingatkan kepada siswanya agar tak lupa menjaga dan menyiram tanaman di sekitar lingkungan sekolah.

Hal ini disampaikan oleh salah seorang siswa. “Iya sering mengingatkan ke siswa kalau selalu peduli lingkungan. Misalnya kalau ada sampah di dekat kita ya diambil,” ucap Alya Puspita.

Siswa kelas 5 ini juga mengatakan, kalau dia dan teman-temannya beserta guru-guru saling menjaga lingkungan sekolah.

Apalagi kalau penggunaan air. Pas wudlu nggak boleh buang-buang air,” tambahnya.

Selain itu, SDN Kandangan II ini juga mempunyai prinsip. Yakni dengan melaksanakan SEKAM (Sampah, Energi, Keanekaragaman Hayati, Air, dan Makanan Sehat).

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved