Event Surabaya

Mahasiswa Gandeng Pebisnis Wujudkan Tren Desain Swiss Style

#SURABAYA - Mahasiswa jurusan seni rupa desain grafis, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya pameran di Balai Pemuda Surabaya.

Penulis: Magdalena Fransilia | Editor: Yuli
SURYA/HABIBUR ROHMAN
NEW WORLD ORDER - Pameran tugas akhir desain grafis Universitas Negeri Surabaya Paradesia 2015 di Balai Pemuda Surabaya, Kamis (28/5/2015). 

SURYA.co.id | SURABAYA - Pameran hasil karya mahasiswa biasanya sekedar dibuat mengacu pada penilaian dan kreativitas.

Keadaan ini berbeda saat mengunjungi booth-booth berjajar hasil kreasi mahasiswa semester akhir jurusan seni rupa desain grafis, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya (Unesa)

Mengangkat tema Paradesia 2015 New World Order, mereka mencoba wewujudkan tren desain terbaru 2015 bergaya swiss dengan konsep penuh warna dan keluar dari kebiasaan pada umumnya namun tetap komunikatif.

”Tak sekedar menampilkan seni yang bisa dipahami sendiri, tapi universal. Semua tercipta atas selera dan kebutuhan pasar,” ungkap Muhamad Iqbal Najib ketua pelaksana Paradesia, 28 Mei 2015.

Uniknya, pameran seni yang dibuat bersinergi dengan pemilik bisnis atau memakai real objek sebagai bahan pengerjaan proyek. Mempelajari permasalahan yang ada pada korporasi itu lalu mencarikan solusinya.

”Tiap mahasiswa wajib menggandeng 1 perusahaan apapun baik produk ataupun jasa. Seperti makanan, pakaian, rumah wisata, dan lainnya,” tambah Iqbal.

Konsep tatanan dunia baru dalam desain ini digolongkan menjadi 11 kategori, yakni Komik, Promosi, Corporate identity, Videografi, Fotografi, Packaging desain, Ilustrasi, ILM (iklan lay masy), Cofee table book, Interaktif media, serta Tipografi.

Seperti Zendy Aditya K peserta pameran yang memilih kategori promosi agrowisata Bhakti Alam ’fun fruity education’.

Ia rela jauh-jauh datang ke Desa Ngembal, Kecamatan Tutur Nongkojajar, Kabupaten Pasuruan untuk menghasilkan branding yang sesuai konsepnya.

”Tempat itu milik Imam Utomo eks Gubernur Jatim. Di atas lahan itu berdiri peternakan sapi perah, camping groundoutbound, ATV,flying fox, green house, serta cottage bhakti alam,” kata Zendy.

Ia menghabiskan sekitar Rp 1 juta untuk membranding logo, membuat rincian filosofi logo (graphic standard manual), brosur, blog baru, totebag, maupun poster.

Semua ini dikerjakan selama 1 bulan.

”Saya berencana menawarkan hasil branding ini ke mereka. Kalau ditawar dengan harga sesuai pasti saya berikan. Mereka akan nilai dulu, dan saya akan perbaiki sesuai kebutuhan.” papar Zendy.

Tema per tahun selalu berganti, seperti 2014 yang heboh dengan konsep vintage yang cenderung klasik dan berwarna kalem. 

Pameran ini diadakan per tahun sejak 2011, mulai mengangkat judul Culture, Futuristik, Karnival, sampai terakhir New World Order.

Halaman 1/2
Tags
event
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved