Ujian Nasional

Lembar Jawaban Ujian Nasional Bisa Terbuang ke Tempat Sampah

Apabila tidak berhati-hati, Lembar Jawaban Ujian Nasional (LJUN) 2015 bisa terbuang di tempat sampah.

Penulis: Sany Eka Putri | Editor: Yuli
sany eka putri
Suasana Pemindaian LJUN di Asrama Haji, Gedung G, Rabu (6/5/2015). 

SURYA.co.id | SURABAYA - Apabila tidak berhati-hati, Lembar Jawaban Ujian Nasional (LJUN) 2015 bisa terbuang di tempat sampah.

Seperti tahun kemarin, tempat scanning (pemindaian) berada di Asrama Haji, Gedung G. Pemindaian soal Ujian Nasional (unas) ini dilakukan oleh sekitar 30 orang.

Mereka sangat hati-hati oleh pegawai yang bertugas sebagai pemindaian lembar jawaban. Sesuai dengan Prosedur Operasional Standar (POS) kalau proses pemindaian LJUN ini tak melibatkan pihak kepolisian.

Ketua koordinasi pemindaian LJUN, Hari Suprianto, mengatakan LJUN ini harus sesuai dengan jumlah awal saat pertama diserahkan.

“Setiap bundel lembar jawaban yang diserahkan dari dinas ada jumlahnya, dan saat pemindaian maupun selesai pemindaian, jumlahnya harus sama,” terangnya, Rabu (6/5/2015).

Ia menambahkan, kalau setelah pemindaian nggak sesuai dengan jumlah awal, maka ada kesalahan dari sekolah atau dari petugas pemindaian LJUN.

“Bisa jadi saat mengeluarkan LJUN, tertinggal satu di amplop. Atau bisa jadi ketelisut dan terbuang di tong sampah. Karena beberapa tahun itu pernah terbuang di tempat sampah. Dan kami harus mencarinya sampai ketemu,” tambahnya.

Oleh karena itu, pemindaian LJUN ini sampai malam dan dipastikan semua benar dan sesuai dari jumlah awal. Namun, dalam hal ini, bisa juga karena data dari sekolah yang bersangkutan tidak valid.

Petugas pemindaian LJUN ini menerima data dari Dinas Pendidikan Jawa Timur. Setelah unas setiap sekolah selesai, lembar jawaban dan soal diserahkan ke sub rayon masing-masing.

Lalu dari sub rayon diserahkan ke Dindik Surabaya. Data yang diterima di antaranya data siswa yang tidak mengikuti Unas. Siswa yang tidak mengikuti Unas itu bisa karena sakit, tidak diizinkan mengikuti Unas.

“Atau bahkan bisa karena di Drop Out (DO). Nah kalau data itu tidak kami terima maka kami juga tidak bisa mendata berapa jumlah LJUN,” tutur Hari.

Pemindaian ini menerima dari 12 kab/kota di Jatim. Di antaranya, Surabaya, Kediri, Malang, Gresik, Sidoarjo, Mojokerto dan lain sebagainya.

Setelah dilakukan pemindaian, hasilnya akan langsung dikirim ke pusat, yakni Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (kemendikbud).

Hari menambahkan, keterlibatan ataupun ketidakterlibatan pihak polisi, tidak masalah baginya. “Kan LJUN ini kan sudah finish, artinya nggak mungkin ada hal-hal kecurangan. Kan ini cuma lembar jawabannya. Bukan sama soalnya,” tandasnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Surabaya, Eko Prasetyoningsih, M Pd, mengatakan hal yang sama agar pemindaian dilakukan dengan cermat.

“Ada staf yang bergantian untuk melakukan pemindaian. Hal ini supaya mempercepat kerja dan juga kalau banyak petugasnya semakin baik,” terangnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved