Bambu Tertua di Dunia Akan Ditanam di Turen Kab Malang
Keberadaan Pring Embong atau Bambusa Cornuta Munro, sebuah spesies bambu tertua di dunia ternyata ada di Kabupaten Malang.
Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: Parmin
SURY.co.id | MALANG - Keberadaan Pring Embong atau Bambusa Cornuta Munro, sebuah spesies bambu tertua di dunia ternyata ada di Kabupaten Malang.
Tim Ekspedisi Bambusa Cornuta Munro mengpresentasikan hal itu di hadapan Bupati Malang, Rendra Kresna dan sejumlah kepala SKPD di Ruang Kertanegara Pemkab Malang, Selasa (10/3/2015). Pring Embong tersebut ada di Desa Sumbertangkil, Kecamatan Tirtoyudo.
"Saat ini tinggal delapan titik. Di dunia tidak ada. Bahkan Kebon Raya Bogor saja tidak punya koleksinya," ujar Besar Edy Santoso, Ketua Tim Ekspedisi usai presentasi.
Menurutnya, penelitian dan survei lapangan tanaman Pring Embong oleh timnya itu berdasarkan tulisan Sijfert Hendrik Koorders dimana di Sumber Tangkil, Distrik Turen waktu itu pada ketinggian 400-500 meter ada Pring Embong dalam bahasa Jawanya.
Tanaman itu disebutkan dalam bukunya "Teysmannia" halaman 615 yang dipublikasikan pada 1910.
Ternyata ketika disurvei lagi pada Januari 2015 lalu oleh tim ekspedisi, tanaman itu masih ada meski tinggal sedikit di Desa Sumbertangkil.
Bupati Malang mengapresiasi hasil penelitian itu. "Saya juga baru tahu," kata Rendra Kresna.
Selain di titik asli tetap dipertahankan, juga akan dikembangkan di taman bambu di Desa Sanankerto, Kecamatan Turen.
"Di sana nanti rencananya segala jenis bambu akan ditanam," jelas Rendra.
Saat ini masih ada lima spesies yang ditanam disana. Ia mengharapkan nanti disana segala jenis bambu ditanam dan dinikmati masyarakat.
Di lokasi itu juga ada sumber air besar dan sudah menjadi objek wisata warga.
Rendra berharap dengan diketahui internasional, maka bisa mengangkat Kabupaten Malang.
"Spesies bambu itu banyak, tapi tidak banyak yang meneliti. Sehingga ya wajar kalau banyak yang tidak tahu," tambahnya.
Ditambahkan Besar, masih adanya Pring Embong di Sumbertangkil sudah dilaporkan ke Prancis pada organisasi internasional bambu dan rotan serta organisasi bambu dunia.
Di Jawa, jenis bambu aslinya tinggal Pring Embong dan Pring Apus.
"Lainnya dari luar negeri, seperti Pring Pethung itu malah dari Malaca/Malaysia. Kita tidak punya," katanya.
Pring yang tak terlihat istimewa itu tumbuh bersama tanaman lain. Pucuk daunnya bisa untuk jamu asam urat. Sedang bambunya bisa untuk lidi dupa kualitas tinggi. Yang tidak mengetahu manfaatnya, batang bambunya malah dibuat memukul anjing.
Tanaman ini tumbuh dengan batang kecil. Penemu pertama bambu ini adalah Dr Thomas Horsfiel bersama Gubernur Jendral Thomas Stamford Rafles pada 1810-1815. Kemudian Koorders pada 1896 menemukan kembali di Sumbertangkil dan menuliskan dalam bukunya.
Baca selengkapnya di Harian Surya edisi besok.
LIKE Facebook Page www.facebook.com/SURYAonline
FOLLOW www.twitter.com/portalSURYA