Lipsus

Short Sea Shipping Alternatif Solusi

Akan ada kapal yang dioperasikan dari pelabuhan Paciran - Kendal - Jakarta.

Editor: Satwika Rumeksa

SURYA Online, SURABAYA-  Upaya menekan pertumbuhan jumlah kendaraan  dipastikan sulit dilakukan. Pasalnya di Indonesia belum ada kebijakan yang jelas dan tegas terkait hal itu.

Demikian ditegaskan Kepala Dinas Perhubungan dan Lalu Lintas Angkutan Jalan (LLAJ) Jatim Wahid Wahyudi.

Menurut Wahid, dengan belum adanya peraturan dan kebijakan terkait pembatasan kendaraan bermotor, maka ledakan kepemilikan kendaraan menjadi suatu keniscayaan.

Meski demikian, sejumlah upaya, dapat dilakukan untuk menekan laku pertumbuhan dan penggunaan kendaraan pribadi di jalan raya.

Pertama, memberikan alternatif pilihan moda transportasi. Misalnya di jalur Pantura Surabaya - Jakarta, yang menjadi jalur ekonomi terpadat di Indonesia untuk angkutan jalan.

Bentuknya, dibuatkan double track jalur kereta api. Dengan adanya double track ini, kapasitas angkutan penumpang maupun barang akan meningkat tajam.

"Itu dapat menjadi solusi di tengah tidak proporsionalnya antara pertumbuhan jalan dengan pertumbuhan kendaraan," ujarnya, kepada Surya, Kamis (8/1/2015).

Saat masih single track, jumlah perjalanan hanya 80 trip/hari. Setelah double track naik dioperasikan, perjalanan KA menjadi 200 trip per hari. Satu rangkaian KA di antaranya, khusus untuk mengangkut barang, dengan volume 40 boks kontainer atau setara dengan 40 truk kontainer.

 "Ini berarti, ada 40 truk trailer yang tidak lagi beroperasi di jalan," jelasnya.

Solusi lain yang dirancang  Kementrian Perhubungan (Kemenhub) berupa short sea shiping (pelayaran jarak pendek). Akan ada kapal yang dioperasikan dari pelabuhan Paciran - Kendal - Jakarta. "Truk dapat masuk. Sama dengan double track, ini juga untuk menekan angka kepadatan kendaraan di lintas Pantura," imbuhnya.

Langlah ketiga, memperbaiki kualitas layanan angkutan penumpang. Untuk transportasi dalam kota, saat ini sedang dikembangkan  bus dengan sistem mobile dan bebas hambatan (lampu merah). Jarak keberangkatan antar bus kota satu dengan lainnya maksimal 10 menit.

"Untuk  Surabaya akan dikembangkan angkutan massal perkotaan berbasis trem dan monorel. Dengan angkutan umum yang cepat, aman, dan nyaman tersebut, diharapkan masyarakat beralih dari kendaraan pribadi ke angkutan umum," tegas Koordinator Kepala Dinas Perhubungan dan LLAJ Provinsi se-Indonesia ini.

Pilihan solusi lainnya untuk menekan ledakan kendaraan adalah meniru Jepang. Di Negara Sakura ini, uji kendaraan sangat ketat. Semakin tua usia kendaraan, maka biaya uji yang dikeluarkan pemilik semakin mahal. "Kalau di Indonesia, biaya uji masih sama antara kendaraan tua dan baru," bebernya.

Berbagai langkah dan solusi itu hars dilakukan, untuk menyikapi pertumbuhan kendaraan yang jumlahnya mencapai 12,5 persen setiap tahunnya.

Terlebih saat ini, telah load factor (tingkat kejenuhan) arteri primer di Jatim. Kendaraan  yang mestinya melaju 80 km per jam, tapi karena padat kecepatan hanya 40 km per jam," terangnya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved