Demi Topeng Malang Kertas
Topeng Malang Kertas jauh lebih ringan dan kuat. Selain itu, hasil pewarnaan topeng kertas ini juga lebih menyala
Penulis: Adrianus Adhi | Editor: Wahjoe Harjanto
SURYA Online, MALANG – Topeng asal Malang sudah terkenal seantero nusantara. Model, tekstur, dan warnanya yang kasar dan khas kehidupan pesisir selalu menjadi magnet kedatangan wisatawan.
Salah satunya adalah Achintya Yualita. Mahasiswa Desain Komunikasi Visual dari Institute Teknologi Sepuluh November (ITS) ini merasa perlu datang ke workshop pembuatan Topeng Malang di Gedung Dewan Kesenian Kota Malang (DKM), Rabu (12/11/2014) siang.
Di sini, ia belajar bagaimana membuat Topeng Malang dengan media kertas bekas dari Seniman Topeng Malang, Joko (45), yang merupakan anggota Kedai Seni DKM. Workshop membuat topeng ini merupakan salah satu bagian dari pameran 26 foto Topeng Malang yang digagas UKM Fotografi Institute Teknologi Nasional, Format mulai Selasa (11/11/2014) hingga Kamis (13/11/2014).
“Kebetulan saya mengambil riset tentang Topeng Malang. Jadi waktu diberitahu ada workshop gratis di sini, saya langsung pergi ke Malang,” aku wanita yang biasa disapa Tia.
Di sini mahasiswi ITS angkatan 2011 ini juga mempraktekkan bagaimana membuat Topeng Malang dengan media kertas. Ia belajar bersama Joko, serta seorang lagi peserta workshop, siswi kelas 10 SMA Santo Albertus, Angelica Dibjo.
Saat itu, Tia memilih mal topeng kecil dengan karakter Panji Sabrang. Karakter ini merupakan perdana menteri dari kerajaan sebrang yang menantang kesaktian Panji Asmarabangun untuk bisa membawa Dewi Sekartadji ke kerajaannya, sesuai mandat yang diberikan pada Patih Sabrang.
Ia membuat topeng ini mulai dari membersihkan mal topeng, membuat bubur kertas bekas, memasang bubur kertas itu pada mal sambil ditekan-tekan, sampai mengeringkan bubur kertas tersebut.
Kendati begitu, saat ia selesai membuatnya hasilnya tak terlalu baik. Mal topeng dengan karakter Patih Sabrang itu rusak. Hidungnya sompal, dan ada beberapa ornamen yang tak tampak karena Tia terlalu cepat membuka mal. Alhasil, ia pun harus memulainya dari awal.
“Sebetulnya membuat Topeng Malang dari kertas ini tidak susah, hanya butuh ketelatenan terutama saat menekan-nekan bubur kertasnya,” kata Tia.
Begitupun dengan Angelica. Dara ini juga gagal saat pertama kali mencobanya. Walau begitu ia tidak menyerah karena mau mengulanginya kembali. “Prosesnya kan cepat. Tidak membutuhkan waktu lama,” kata Angelica yang datang karena mendapat tugas membuat bubur kertas di sekolahnya.
Durasi membuat topeng ini, menurut Joko, pengagas ide pembuatan topeng Malang dari kertas, 15 menit. Durasi ini lebih singkat daripada membuat topeng dari bahan kayu yang bisa selesai selama berhari-hari.
“Kuncinya itu saat menekan bubur kertas ke dalam mal Topeng Malang. Menekannya itu harus kuat dan konsisten di tiap sisinya,” paparnya.
Apabila itu dilakukan, maka hasil Topeng Malang Kertas, diakuinya lebih baik daripada topeng yang berbahan kayu. Topeng Malang Kertas jauh lebih ringan dan kuat. Selain itu, hasil pewarnaan topeng kertas ini juga lebih menyala daripada yang terbuat dari kayu.
Nilai tambah lainnya, untuk membuat topeng kertas ini juga sangat murah. Pembuatnya hanya cukup mengumpulkan setengah kilo kertas bekas untuk dibuat bubur. Tidak perlu menebang pohon. Dengan begitu, artinya membuat topeng dengan bahan kertas bekas juga bagian dari penyelamatan lingkungan.
Baca selengkapnya di Harian Surya edisi besok. LIKE Facebook Page www.facebook.com/SURYAonline FOLLOW www.twitter.com/portalSURYA