Mahasiswa Unair Ciptakan Lapisan Otak Buatan
Pasien pasca operasi bedah tengkorak seringkali mengalami infeksi dan membuat cairan otaknya meluber keluar.
Penulis: Musahadah | Editor: Heru Pramono

SURYA Online, SURABAYA - Pasien pasca operasi bedah tengkorak seringkali mengalami infeksi dan membuat cairan otaknya meluber keluar. Hal ini disebabkan karena kebocoran pada lapisan otak. Agar cairan otak tak keluar, dibutuhkan lapisan otak (durameter) buatan seperti yang diciptakan mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi Unair berikut ini.
Penyakit tumor atau kanker otak seringkali dilakukan bedah tengkorak. Begitu juga korban kecelakaan lalu lintas yang mengalami gegar otak berat atau pasien yang mengalami pemecahan pada pembuluh otak.
Tetapi, tidak semua operasi berjalan sesuai harapan. Pasca operasi malah sering terjadi kebocoran lapisan otak (durameter) yang membuat cairan keluar.
Hal ini akan berdampak buruk karena duramater berperan membantu kinerja otak sehingga dibutuhkan cairan neurotransmitter yaitu dopamine yang dapat menghantarkan sinyal - sinyal ke otak.
Pada taraf ringan, kebocoran lapisan otak ringan menimbulkan pusing dan mual-mual pada penderitanya. Dan pada taraf berat hal itu bisa berujung pada kematian.
Agar hal itu tidak terjadi, lima mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi Unair,
Agresta Afianti Ifada, Alfian PP, Annisa AR, Ludita WI dan Muhammad HI menciptakan lapisan otak (durameter) buatan yang memiliki kekuatan tarik yang sangat baik.
Durameter buatan ini terbuat dari membran amnion yang didapat dari tali pusar/ari-ari atau plasenta bayi (amnion).
Agresta Afianti Ifada, salah satu mahasiswa pembuatnya mengatakan, untuk mendapatkan membran amnion, ari-ari lebih dulu dibersihkan dari darah. Dan sebelum digunakan membran amnion harus diputihkan.
"Selama ini di bank jaringan RSUD dr Soetomo, membran amnion hanya dipakai untuk penutup luka. Dari sini kami melihat potensi lain yakni sebagai lapisan otak buatan,"terang Agresta yang akrab disapa Fifin saat dihubungi, Kamis (31/7/2014).
Untuk membuat lapisan otak, membran amnion lebih dulu dicelupkan dalam cairan glutaraldehid untuk meningkatkan kekuatan tarik.
Setelah kering, membran amnion lalu dicelupkan lagi pada cairan kitosan.
"Kitosan yang kami pakai berasal dari serbuk cangkang udang. Ini baik untuk memberikan efek bio kompatibel,"terang mahasiswa tingkat akhir jurusan teknobiomedik.
Agar kandidat duramater ini ideal sebagai material implant, Fifin dan teman-temannya telah melakukan serangkaian uji (karakterisasi). Diantaranya uji Fourier Transform Infrared (FTIR), uji tarik, uji Scanning Electron Microscope (SEM), dan uji sitotoksisitas (MTT assay).
Hasil uji FTIR menunjukkan bahwa terbentuk ikat silang di membran amnion pada daerah serapan 1235,91 cm-1 yang merupakan gugus C-N dan 1633,94 cm-1 yang merupakan gugus N-H.
Hasil uji tarik menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi glutaraldehid semakin tinggi nilai Ultimate Tensile Strength (UTS) dengan rentang 15-32,5 MPa.
Sementara hasil uji SEM menunjukkan ukuran pori yang semakin kecil dengan semakin tingginya konsentrasi glutaraldehid dengan rentang 1,4130 µm sampai 1,8424 µm dan ketebalan yang berkisar 6,157 µm hingga 9,96 µm.
Dan hasil uji sitotoksisitas menunjukkan bahwa semua sampel tidak toksik dengan nilai viabilitas sel lebih dari 90%. Itu artinya lapisan otak buatan ini aman untuk tubuh dan tidak menimbulkan efek racun.
Hasil penelitian Fifin dan teman-temannya ini berhasil masuk program kreativitas mahasiswa (PKM) yang didanai direktorat jenderal pendidikan tinggi (dirjen dikti).
Dan terakhir tim monitering evaluasi (monev) eksternal telah melakukan visitasi dan melihat sendiri produk inovatif ini.
"Agustus 2014 pengumuman apakah kami lolos di pekan ilmian mahasiswa nasional (pimnas). Doakan kami berhasil,"kata Fifin sambil tersenyum.
Fifin berharap produk penelitiannya ini bisa terus dikembangkan hingga bisa diproduksi masal. Hal ini beralasan karena sampai saat ini produk serupa belum ada di Indonesia.
Bahkan di luar negeri hal ini juga masih dalam taraf penelitian.
Dibandingkan hasil penelitian dari luar negeri, durameter ciptaan Fifin dan teman-temannya lebih unggul karena menggunakan glutaraldehid dan kitosan.
"Kalau penelitian dari luar negeri hanya memakai membran amnion saja,"terangnya.
Sebelum pada taraf produksi, Fifin berencana menyempurnakan produknya dengan melakukan serangkaian uji. Diantaranya uji in vivo pada makluk hidup (hewan).
"Uji in vivo ini diberikan sebelum pada tahap uji klinis. Kami berharap kami bisa ke tahap itu dan bisa memproduksi masal produk ini,"tukasnya.