Liputan Khusus Ancaman Gunung Berapi

Percaya Suara Langit Turun Melalui 47 Dukun

Di sini, seorang dukun adalah mereka yang diyakini bisa menjadi penghubung manusia dengan kekuatan adiluhung.

zoom-inlihat foto Percaya Suara Langit Turun Melalui 47 Dukun
surya/eben haezer panca
Sutomo, dukun kepala Suku Tengger dari Desa Ngadisari, Probolinggo yang memimpin 46 dukun Tengger.

SURYA Online, PROBOLINGGO - Dukun menjadi tokoh penting masyarakat di kaki Gunung Bromo.

Merekalah yang dipercaya menjadi penyambung suara dari langit.

Arahan dan petunjuk mereka  menjadi harga mati bagi masyarakatnya.

Sutomo baru saja pulang dari ladang ketika Surya berkunjung ke kediamannya di Dusun/Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Sabtu (22/2/2014) petang.

Pria berusia 55 tahun ini adalah satu dari 47 orang yang dipercaya menjadi dukun Tengger.

Sehari kemudian, Sutomo  terpilih menjadi dukun kepala. Ia berarti ia harus memimpin 46 dukun lainnya.

Pengangkatan Sutomo dilakukan melalui serangkaian musyawarah mufakat bersama para dukun setelah dukun kepala sebelumnya meninggal dunia sebulan lalu.

Sebutan  dukun dalam kepercayaan suku Tengger bukan merujuk pada kemampuan  menyembuhkan penyakit secara supranatural.

Di sini, seorang dukun adalah mereka yang diyakini bisa menjadi penghubung manusia dengan kekuatan adiluhung.

Itu sebabnya, dukun oleh masyarakat Tengger kemudian diberi kepercayaan memimpin kegiatan-kegiatan keagamaan, misalnya upacara Kasada dan Karo.

Suku Tengger sendiri tersebar di empat kabupaten, yaitu Lumajang, Pasuruan, Probolinggo, dan Kabupaten Malang.

Mereka memiliki total 47 dukun. Mereka inilah yang sekarang dipimpin  Sutomo.

Untuk menjadi seorang dukun, ada serangkaian ritual dan ujian.

Dukun baru dinyatakan lulus setelah menjalani ujian puncak yang dilakukan di dekat kawah Gunung Bromo. Lagi-lagi dukun kepala yang berwenang memberikan lisensi.

Lidah dukun di tengah masyarakat Tengger ini jauh lebih berdaya dibanding peringatan petugas mitigasi. 

Sulit bagi petugas mengajak warga menghindari 'embusan  napas' gunung, tanpa dukungan sang dukun. (ben)

Sumber: Surya Cetak
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved