Gunung Kelud Meletus
Warga Nekat Bersihkan Rumah
Masyarakat Desa Pandansari dilarang memasuki area itu hingga radius 10 Km, namun status itu tidak dipedulikan warga.
Penulis: Iksan Fauzi | Editor: Wahjoe Harjanto
SURYA Online, BATU - Desa Pandansari, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang hancur lebur terkena material letusan Gunung Kelud yang terjadi Kamis (14/2/2014). Seluruh rumah dan pertanian warga tidak ada yang utuh.
Rumah yang terbuat dari sesek rata dengan tanah, kaca-kaca rumah pecah, genteng hancur karena hujan bebatuan berdiameter antara 5 cm hingga 10 meter dan pasir. Tumpukan pasir di jalanan tebalnya hingga 50 cm.
Pertanian di desa tersebut semuanya mati, jagung yang ditanam di ladang dan pekarangan rumah mengering. 350 Sapi perah milik warga juga tak lepas dari ancaman material vulanik meski hingga saat ini belum ada data resmi kematian ternak itu.
Desa Pandansari merupakan salah satu desa terdampak paling parah. Untuk masuk ke desa itu, lebih dulu masuk ke kawasan Waduk Selorejo, di balik waduk terdapat Kali Sambong yang menjadi aliran lahar panas maupun dingin.
Kali Sambong ini yang memisahkan penduduk Desa Pandansari dengan ibu kota Kecamatan Ngantang, sedang jarak pemukiman penduduk dengan Gunung Kelud kurang lebih 6,5 Km.
Hingga hari ketujuh paska letusan, status Gunung Kelud masih awas. Masyarakat Desa Pandansari dilarang memasuki area itu hingga radius 10 Km, namun status itu tidak dipedulikan warga.
Sejak Sabtu (16/2/2014), sebagian warga sudah tidak betah dipengungsian, mereka memilih melihat kondisi rumahnya sambil mengamankan ternak meski dengan hati was-was akan ancaman material Gunung Kelud datang lagi.
Rabu (19/2/2014), reporter Surya memasuki Desa Pandansari. Aktifitas warga paling banyak terdapat di Dusun Pait, Desa Pandansari. Di sana, Surya menemui belasan warga sedang berkumpul di Masjid Darussa’adah.
Kepala Urusan Umum Desa Pandansari, Amanu mengatakan, sudah ada 50 warga yang tinggal di dusun itu, mereka sebagian besar laki-laki yang masih kuat. Tujuan mereka pulang tidak lain untuk membersihkan rumah yang sudah dipenuhi pasir.
“Sejak Sabtu itu, pada pagi hari warga membersihkan rumah, sore balik ke pengungsian lagi. Waktu itu kami masih was-was kalau ada letusan lagi, kami cepat-cepat. Kalau sekarang ketika ada informasi dari PMI atau BPBD (melalui ponsel), kami baru turun meninggalkan kampung,” ujar Amanu.
Di Dusun Pait terdapat sekitar 180 keluarga dengan jumlah sekitar 600-an jiwa. Untuk ibu-ibu dan anak-anak, kata Amanu, masih di pengungsian. “Kalau nanti status Gunung Kelud sudah aman, mereka segera kembali,” katanya.
Hari itu, warga Dusun Pait membersihkan atap masjid yang dipenuhi pasir dan bebatuan, dibantu 25 relawan dari DPD Organisasi Pemuda Asshidiwiyyah Malang Raya. Warga dan relawan bahu membahu, lalu membersihkan jalan dari pasir.
Ketua DPD Pemuda Asshidiqiyyah Malang Raya, Alim Muktar mengatakan, hari ini pihaknya membantu tenaga. Rencananya, relawannya juga akan membangunkan rumah warga miskin yang sudah rata oleh material vulkanik.
“Di sini ada sekitar 150 rumah warga miskin terbuat dari gedek (sesek). Tapi sekarang sudah rata. Nanti kami akan membangunkan rumah itu supaya mereka bisa tinggal di sini lagi,” katanya.
Petugas dari TNI dan Polri di pos dekat Kali Sambong melarang orang lain memasuki Desa Pandansari karena dikhawatirkan ada masalah ketika Kelud beraktifitas lagi. Petugas hanya membolehkan warga masuk ke desa itu hanya sekedar menyelamatkan hewan ternak dan mengambil barang.
Akibat tidak dibolehkannya orang lain masuk, ratusan relawan yang berkeinginan membagikan bantuannya terpaksa kembali lagi. “Kami dapat perintah dari atasan, tidak boleh ada orang masuk ke desa ini kecuali penduduk asli. Relawan kami persilakan di atas saja,” ujar salah satu penjaga dari anggota polisi di pos itu.