Gunung Kelud Meletus

Usaha Melupakan Letusan Gunung Kelud

Lumayan terhibur. Kalau pagi sampai sore kami tinggal di pengungsian sendiri. Orangtua saya pulang untuk melihat kondisi rumah

Penulis: Samsul Hadi | Editor: Wahjoe Harjanto

SURYA Online, MALANG - Dela Ulfa Kesiana (10), terlihat ceria mengikuti permainan tebak-tebakan di tempat pengungsian di SDN Nglegok 3, Kabupaten Blitar, Sabtu (15/2/2014). Sejenak, siswi kelas 4 SDN Penataran 3 ini berusaha melupakan suasana mencekam saat terjadi erupsi Gunung Kelud.

Pagi itu, Dela bersama sekitar 40 anak lain di tempat pengungsian korban letusan Gunung Kelud sedang mengikuti trauma healing yang diadakan Forum Peduli Bencana Indonesia. Mereka diajak melakukan permainan tebak-tebakan, menyanyi dan berdogeng. Kegiatan itu dilakukan untuk menghilangkan rasa trauma terhadap anak korban bencana.

Dela mengaku masih trauma dengan peristiwa erupsi Gunung Kelud yang terjadi Kamis (13/2/2014) malam. Ia bersama kedua orangtuanya harus mengungsi dari rumah malam itu juga. Tempat tinggal Dela di Dusun Kali Bladak, Desa Penataran, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, hanya berjarak 5-10 kilometer dari puncak Kelud.

Dela melihat kepanikan orangtua dan tetangganya saat mengetahui ada hujan batu menngguyur desa. Ia juga mendengarkan teriakan orang desa yang merasa ketakutan dan berusaha menyelematkan diri dari bongkahan batu yang jatuh dari langit.

"Masih takut kalau ingat peristiwa letusan Gunung Kelud. Semua orang panik, termasuk bapak dan ibu saya. Saya langsung diajak ke tempat pengungsian," kata Dela di sela-sela mengikuti trauma healing di tempat pengungsian.

Sudah tiga hari Dela harus tinggal di tempat pengungsian. Sebenarnya, ia merasa tidak kerasan tinggal di tempat pengungsian. Ia ingin bisa cepat pulang ke rumah. "Tetap enak tinggal di rumah sendiri. Meski di sini (tempat pengungsian) ramai tetap saja tidak nyaman," ujarnya.

Hal sama dialami Selfi Novitasari (12), yang juga tetangga Dela. Siswa kelas 1 SMPN 2 Nglegok, ini juga masih takut dengan peristiwa letusan Gunung Kelud beberapa hari lalu. "Malam itu suasananya ngeri. Langitnya gelap, ditambah lagi banyak batu yang jatuh dari langit. Semua warga panik," katanya.

Namun, kemarin, baik Dela dan Selfi merasa terhibur dengan datangnya relawan dari Forum Peduli Bencana Indonesia ke tempat pengungsian. Sejenak mereka bisa melupakan rasa takut saat terjadi erupsi Gunung Kelud dengan mengikuti beberapa permainan yang dipandu relawan FPBI.

"Lumayan terhibur. Kalau pagi sampai sore kami tinggal di pengungsian sendiri. Orangtua saya pulang untuk melihat kondisi rumah," ujarnya.

Koordinator Forum Peduli Bencana Indonesia, Ahmad Syarif, mengatakan, trauma healing tersebut memang untuk menghilangkan rasa takut pada anak yang terdampak bencana. Kegiatan itu juga untuk memberikan pemahaman ke anak bahwa gunung tidak selalu menakutkan.

"Biar anak tidak melihat kejelekan gunung saja, tapi juga ada keindahannya. Selain itu, kegiatan ini juga untuk memberikan hiburan ke anak-anak korban bencana," katanya.

Dikatakannya, kegiatan tersebut juga untuk memberikan pemahaman ke anak bahwa tempat pengungsian tidak menjenuhkan. Menurutnya, pengungsian merupakan tempat untuk menyelamatkan nyawa dari bencana. "Kami juga melatih anak supaya tanggap terhadap bencana. Permainannya ada banyak, antara lain tebak-tebakan dan menggambar," ujarnya.

Tags
sesaji
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved