Wayang Golek Mampir Mal

Seni Indonesia yang kaya senantiasa menarik perhatian wisatawan asing.Wayang golek Pandawa Lima, pasangan Arjuna-Srikandi menjadi sasaran.

Penulis: Marta Nurfaidah | Editor: Parmin
zoom-inlihat foto Wayang Golek Mampir Mal
Dua wanita memainkan Wayang golek Pandawa Lima milik Budi Soemitro, seorang fotografer seni di Tunjungan Plaza I, Selasa (20/8/2013).

SURYA Online, SURABAYA – Seni Indonesia yang kaya senantiasa menarik perhatian wisatawan asing. Meskipun, tidak berada di daerah asalnya, barang seni daerah nusantara tersebut tetap diminati. Wayang golek Pandawa Lima, pasangan Arjuna-Srikandi, serta Rama dan Sinta pun menjadi sasaran.

Menempati satu sudut Tunjungan Plaza I lantai 3, stan terbuka milik Budi Soemitro memajang karakter-karakter pewayangan yang masuk dalam kisah Mahabarata. Harga wayang golek Arjuna-Srikandi dapat diperoleh dengan harga Rp 1.250.000 per pasang, Rama dan Sinta Rp 1 juta per pasang, dan tokoh bijaksana Khresna Rp 750.000 per buah.

“Satu set Pandawa Lima harganya lebih tinggi karena terdiri dari lima karakter langsung, yaitu Rp 4.750.000,” kata Rosmawati Suhermin, Selasa (20/8/2013), karyawan stan Budi Soemitro.

Pandawa Lima yang terdiri dari Puntadewa atau Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa adalah putra dari Raja Hastinaputra ini menjadi kesukaan orang-orang tertentu. Sebab, mereka memang dikenal karena ksatriannya.

Wayang golek yang sebenarnya berasal dari Jawa Barat ini dapat dipesan. Dan pembeli bisa meminta ganti warna rok yang dikenakan para wayang ini. Rok berbahan satin tersebut merupakan penutup bagian kaki wayang golek yang biasanya dipakai sebagai pegangan dalang. Kain ini ditumpuk dengan kostum atasan wayang yang dibuat dari kain batik dan beludru, lengkap dengan payet-payetnya.

Barang-barang seni ini merupakan koleksi Budi Soemitro. Dia adalah seorang fotografer yang suka mengoleksi barang seni terutama furniture. Sehingga, dia mulai terpikirkan untuk membuat galeri dan memperluasnya menjadi usaha toko dalam setahun ini.
Di antara barang yang dijual, terdapat pula bingkai-bingkai foto hasil karyanya.

“Sejak 2008 saya menekuni fotografi dan barang seni. Dan terkadang mengikuti pameran fotografi di luar dan dalam negeri,” papar Budi.

Foto-foto tersebut diantaranya menggambarkan suasana nelayan di Pantai Papuma, Jember; sebuah gereja tua di Thailand; barisan prajurit Keraton Jogjakarta; dan potret ibu tua penjual sayur di Ende, Flores. Semua itu merupakan hasil bidikan kameranya ketika traveling ke luar pulau atau negeri.

“Saya cenderung menangkap keindahan yang ada di sekitar saja. Walaupun dalam kepedihan, terkadang  masih tersembunyi suatu keindahan,” jelas pria yang berbisnis utama di bidang industri makanan ini.

Peminat dan pembeli foto karyanya dan barang seni koleksinya ini antara lain turis dari Belanda, Korea Selatan, Timor-Timur, dan Australia.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved