Komunitas Distro Gresik Terapkan Pemasaran Gerilya
Komunitas Distro di Gresik Terapkan Pemasaran Gerilya
Penulis: Adrianus Adhi | Editor: Parmin
Tito Pratama (24), misalnya. Pemilik label clothing Hooutboord Wear ini mengaku selalu mengirim produk bajunya ke Swiss tiap bulan.
"Saat ini pakaian saya sehari bisa laku 5-7 buah. Ini belum termasuk pembeli yang datang di akhir pekan," kata pria yang terjun di dunia Distro sejak 2011 ini, Rabu (6/3/2013).
Tito mengaku memiliki omzet yang cukup besar. Ia menaksir pendapatannya sebulan bisa mencapai Rp 20 juta.
Beda lagi dengan pengakuan Dewangga (25). Pemilik label Hellstar ini sudah terjun ke dunia bisnis clothing sejak 2009, karena itu juga omzet bisnisnya bisa dua kali dari usaha clothing milik Tito.
"Pendapatan kami lumayan karena peminat pakaian indie di Kota Gresik sudah bagus," tutur pemilik store Hellstar di Jalan Sumatra, Gresik ini.
Tiap hari distro milik Dewangga buka mulai pukul 09.30 hingga pukul 21.00. Tokonya menjual pakaian, T-shirt, jaket, topi, ikat pinggang dengan merek independen, Hellstar. Produk toko ini untuk segmen anak muda usia 17-25 tahun
Meski merek Hellstar belum terpajang di luar negeri, namun saat ini ada banyak band indie yang menggandengnya. Nama band itu seperti Rose Mary, Bombardir Jakarta, Satelite Jakarta.
"Semua band-band ini kami yang membuat merchaindesi-nya," terang Dewangga.
Industri clothing Gresik mulai banyak dilirik karena menjual produk berkualitas dengan harga yang murah. Harga semua produk indie di Gresik berkisar antara Rp 80.000-Rp 130.000.
Tak hanya itu saja, penyebab lainnya karena pelaku industri di Gresik sangat kompak. Ini terbukti dengan dibentuknya komunitas Indie Clothing Gresik sejak 2009 lalu. "Anggotanya sekitar 20 orang," terang Dewangga.
Ia mengatakan jumlah anggota itu juga berarti jumlah clothing yang berasal dari kota Gresik. Kegiatan komunitas ini seperti sharing, bikin event kecil, tukar produk sampai berbincang tentang pasar-pasar yang hendak dituju.
"Meski berbeda namun tujuan kami sama, yakni memperkenalkan produk Gresik ke luar Gresik," kata Dewangga.
Akan tetapi, dengan jumlah distro yang terus bertambah hambatan berat muncul, yakni pembajakan dan pemasaran. Dua masalah ini sering dibahas setiap pertemuan antar pemilik clothing itu.
"Untuk mengatasi hal ini, mau tak mau kami harus membuat terobosan dan melakukan gerilya pemasaran terus menerus," kata Tito Pratama.
Terobosan itu, lanjut Tito, seperti membangun jaringan pemasaran lewat website yang mampu mengundang animo pembeli dari luar Gresik dan Internasional, mengikuti berbagai event pameran di berbagai kota dan yang paling membahagiakan sesama komunitas ini diperkenankan menukar produk.
"Tukar atau titip produk ini kami lakukan karena anggota banyak belum memiliki store, " tukas Tito.