Soeharto Dijadikan Nama Gedung UIN Maliki Malang
Universitas Islam Negeri (UIN) Maliki Malang akhirnya menuntaskan nama gedung sarana umumnya dengan salah satu nama mantan presiden
Penulis: Lailatul Maulidiyah | Editor: Heru Pramono
Imam Suprayogo, Rektor UIN Maliki Malang mengatakan, sengaja mengatasnamakan gedung ini dengan nama Soeharto, karena selama ini sosok Soeharto dekat dengan rakyat. Sementara gedung tersebut juga digunakan untuk kegiatan-kegiatan umum kemasyarakatan.
"Untuk itu, kami mengambil nama jenderal besar Soeharto untuk menjadi nama gedung ini," kata Imam setelah peresmian nama gedung SC ini bersama Siti Hediati Hariyadi atau dikenal Titiek Soeharto, Sabtu (12/1/2013).
Selain gedung SC ini, gedung rektorat UIN Maliki Malang dinamakan dengan gedung Soekarno Hatta, gedung Perpustakaan dinamakan gedung Abdurrahman Wahid, Gedung Fakultas Sains dan Teknologi (Saintek) dinamai gedung BJ. Habibie, sementara gedung fakultas sosial dinamai gedung Megawati.
"Sengaja saya menggunakan nama-nama presiden di Indonesia untuk menumbuhkan semangat mahasiswa untuk bercita-cita tinggi seperti orang-orang besar tersebut," terang Imam.
Sebenarnya, untuk memberikan nama ini harus izin dengan keluarganya. Dan izin tersebut sudah diajukan satu tahun yang lalu. Dan baru diizinkan tahun ini.
"Pengajuan izinnya bersama-sama satu tahun yang lalu, tapi turunnya tidak bersama sehingga peresmiannya juga bertahap," tegas Imam.
Sementara Titiek Soeharto, sebagai anak kandung Soeharto mengatakan sangat bersyukur sekali, UIN bisa mengambil nama orang tuanya untuk menjadi nama sebuah gedung.
"Terima kasih sekali sudah mengabadikan nama bapak untuk gedung ini. Ini berarti masih banyak menyukai bapak," terang Titiek usai meresmikan gedung tersebut. Menurutnya, untuk memberikan izin penggunaan nama bapaknya, itu bukan hal yang mudah. Sebelum memberikan izin, ia harus melakukan seleksi dulu.
Titiek menambahkan, selain di UIN ini, juga banyak sekali yang mengajukan nama Soeharto untuk dijadikan nama jalan. "Semakin banyak yang minta izin, semakin banyak yang mencintai bapak. Pak Harto ini milik bangsa Indonesia bukan milik pribadi," terangnya.