Mitos Keliru Lawang Sewu

Ternyata banyak mitos dan cerita keliru ihwal gedung Lawang Sewu di Semarang itu. Inilah salah satunya.

Editor: Tri Hatma Ningsih
zoom-inlihat foto Mitos Keliru Lawang Sewu
Aijin Isbatikah
Oleh : Aijin Isbatikah 
Mahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya Malang 
aijin_sakurachi@ymail.com 

Rabu (1/8) silam saya mengunjungi Lawang Sewu di Semarang. Siapa yang tak kenal Lawang Sewu? Dalam pikiran saya saat itu, Lawang Sewu adalah gedung tua dibangun tahun 1907, salah satu objek wisata terkenal di Jawa Tengah karena memiliki seribu pintu (lawang). Memasuki bagian halaman depan, saya disambut seorang wanita yang menawarkan cinderamata Lawang Sewu dengan harga bervariasi.

Usai membayar tiket masuk, saya dan keluarga diantar pemandu, Mbak Nia namanya, ke seluruh gedung sembari menceritakan asal mula bangunan tersebut. Ternyata pemikiran saya tentang gedung tersebut sangat sederhana dibandingkan kenyataan yang terpampang di depan saya. Lawang Sewu bukan gedung tua seperti gedung biasa lainnya. Lawang Sewu dulunya kantor Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) atau kantor pusat kereta api pemerintah Belanda dan tempat menangani berbagai permasalahan kereta api. 

Tak hanya itu, pemikiran saya ternyata salah tentang pintu seribu tersebut. Mbak Nia menjelaskan, Lawang Sewu bukan berarti gedung yang memiliki pintu seribu. Masyarakat umumnya berpendapat lawang adalah pintu dan sewu adalah seribu dipicu bentuk jendela raksasa seukuran pintu di gedung itu. Maka, mereka menganggap jendela tersebut sebagai pintu. Hal yang paling saya ingat adalah dinding kaca patri yang terlihat berwarna-warni dan tampak indah dengan cahaya matahari yang memantul. Kaca tersebut memiliki tiga sisi dan masing-masing memiliki gambar dan arti yang penting, yaitu menggambarkan tentang lambang Kerajaan Belanda, lambang NIS, dan kantor pusat kereta api yang digunakan oleh pemerintah Belanda. 

Akan tetapi sinar matahari yang memantul tersebut tidak sampai masuk ke dalam ruangan. Mbak Nia menambahkan bahwa kaca tersebut sangat berkualitas dan hasil impor dari negara tersebut. Keren bukan? Oh ya, kedua gedung lainnya hanyalah gedung tambahan. Salah satu fungsi dari kedua gedung tersebut adalah mencetak tiket dan jadwal kereta api. 

Sedangkan gedung tua yang pertama memiliki dua menara dengan dua lantai tingkat. Salah satu fungsi menara adalah untuk mengalirkan air di ruang bawah tanah yang sangat gelap. Tak adanya cahaya penerangan satupun. Akan tetapi airnya tak menguarkan aroma selokan apapun seperti pada umumnya.

Lawang Sewu bukanlah tempat mistis seperti sebagian orang bicarakan. Jika berkunjung ke sana, kita akan memiliki banyak informasi serta cerita bersejarah tentang gedung tersebut. Banyak manfaat yang diambil, bahkan pengalaman saya belum sepenuhnya mewakili banyaknya cerita sesuai yang diceritakan pemandu. Jangan lupa membawa kamera untuk mengabadikan momen di sana, dijamin perjalanan akan sangat menyenangkan! 




Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Publikasikan Karya di Media Digital

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved