Belajar Menyelamatkan Alam pada Lorax
Idealnya sejak dini anak-anak diajarkan untuk mencintai sekaligus menyelamatkan lingkungan. Belajarlah pada Lorax, satwa penyelamat hutan!
Editor:
Tri Hatma Ningsih
Oleh : Akhmad Kanzul Fikri, S.Pd
Mahasiswa Pascasarjana Unisma Jurusan Bahasa Inggris
fikrikanzul@yahoo.com
Suara riuh rendah terdengar dari pelajar SMP dan SMA ITMA Al-Aqobah, Jombang, Minggu (2/9). Maklum, mereka sedang asyik nonton bareng film Lorax. Film animasi tersebut dipilih sebagai media pembelajaran karena bertema lingkungan hidup dan keseimbangan ekosistem. Sebuah pembelajaran yang efisien dan efektif mengingat acara tersebut dikemas dalam suasana kondusif.
Film produksi pada 1972 tersebut bercerita tentang Once-ler, sosok serakah dalam memanfaatkan sumber daya alam untuk kepentingan pribadi dan bisnis keluarganya. Ketamakannya harus berhadapan dengan Lorax, binatang lucu yang mati-matian memperjuangkan haknya untuk tetap tinggal di hutan yang sudah mulai gundul.
Film berdurasi 25 menit tersebut secara gamblang memaparkan tentang dampak penebangan hutan, pengikisan lahan hijau, limbah yang dihasilkan home industry, migrasi hewan secara masif, pencemaran air dan udara, dan dampak kerugian lain yang membuat kita miris.
Tentu, acara nobar tersebut mempunyai banyak pesan moral. Usai acara, beberapa pelajar mengaku sedih dengan realita kondisi alam sekitar yang mulai tercemar polusi, limbah industri, timbunan sampah, dan sebagainya.
Pelajaran dan pesan yang terkadung dalam film Lorax tersebut sejalan dengan misi mulia UNESCO tentang environmental issue yang berhubungan dengan climate change, global warming dan kehidupan yang berkelanjutan. Artinya, penggunaan sumber daya alam harus sebijak mungkin untuk kehidupan manusia di masa mendatang.
Hal ini perlu disampaikan sedini mungkin kepada generasi mendatang bahwa menjaga lingkungan hijau, konservasi habitat, baik flora dan fauna, adalah investasi mulia jangka panjang. Kita akan merasakan manfaatnya 30-50 tahun mendatang. Untuk siapa? Tentu untuk anak cucu kita kelak.
Atas pertimbangan tersebut, sebagai generasi yang dituntut untuk melakukan perubahan sosial, mari memberi wawasan kepada keluarga, masyarakat sekitar dan anak didik tentang bahaya global warming, climate change, penggunaan plastik, punahnya beberapa satwa, dengan kesadaran akan kecintaan mereka terhadap lingkungan. Tak ada kata terlambat.
Sebagai tambahan, berikut beberapa jargon yang terkenal di komunitas aktivis pecinta lingkungan. Yakni dengan rutin melakukan:
Recycle, daur ulang barang disekitar kita, seperti sampah organik.
Reduce, kurangi penggunaan bahan-bahan yang bisa merusak lingkungan.
Reuse, memanfaatkan kembali barang-barang lama yang masih berfungasi dengan baik.
Repair, memperbaiki barang-barang yang rusak agar bisa kita gunakan kembali.
Refuse, menolak dan menghindari pemakaian bahan yang menggunakan plastik dan lebih memilih bahan yang lebih natural, terutama ketika belanja di supermarket.
Replant, menanam kembali tumbuh-tumbuhan disekitar kita.
Mudah bukan? So, lets go green!
Mahasiswa Pascasarjana Unisma Jurusan Bahasa Inggris
fikrikanzul@yahoo.com
Suara riuh rendah terdengar dari pelajar SMP dan SMA ITMA Al-Aqobah, Jombang, Minggu (2/9). Maklum, mereka sedang asyik nonton bareng film Lorax. Film animasi tersebut dipilih sebagai media pembelajaran karena bertema lingkungan hidup dan keseimbangan ekosistem. Sebuah pembelajaran yang efisien dan efektif mengingat acara tersebut dikemas dalam suasana kondusif.
Film produksi pada 1972 tersebut bercerita tentang Once-ler, sosok serakah dalam memanfaatkan sumber daya alam untuk kepentingan pribadi dan bisnis keluarganya. Ketamakannya harus berhadapan dengan Lorax, binatang lucu yang mati-matian memperjuangkan haknya untuk tetap tinggal di hutan yang sudah mulai gundul.
Film berdurasi 25 menit tersebut secara gamblang memaparkan tentang dampak penebangan hutan, pengikisan lahan hijau, limbah yang dihasilkan home industry, migrasi hewan secara masif, pencemaran air dan udara, dan dampak kerugian lain yang membuat kita miris.
Tentu, acara nobar tersebut mempunyai banyak pesan moral. Usai acara, beberapa pelajar mengaku sedih dengan realita kondisi alam sekitar yang mulai tercemar polusi, limbah industri, timbunan sampah, dan sebagainya.
Pelajaran dan pesan yang terkadung dalam film Lorax tersebut sejalan dengan misi mulia UNESCO tentang environmental issue yang berhubungan dengan climate change, global warming dan kehidupan yang berkelanjutan. Artinya, penggunaan sumber daya alam harus sebijak mungkin untuk kehidupan manusia di masa mendatang.
Hal ini perlu disampaikan sedini mungkin kepada generasi mendatang bahwa menjaga lingkungan hijau, konservasi habitat, baik flora dan fauna, adalah investasi mulia jangka panjang. Kita akan merasakan manfaatnya 30-50 tahun mendatang. Untuk siapa? Tentu untuk anak cucu kita kelak.
Atas pertimbangan tersebut, sebagai generasi yang dituntut untuk melakukan perubahan sosial, mari memberi wawasan kepada keluarga, masyarakat sekitar dan anak didik tentang bahaya global warming, climate change, penggunaan plastik, punahnya beberapa satwa, dengan kesadaran akan kecintaan mereka terhadap lingkungan. Tak ada kata terlambat.
Sebagai tambahan, berikut beberapa jargon yang terkenal di komunitas aktivis pecinta lingkungan. Yakni dengan rutin melakukan:
Recycle, daur ulang barang disekitar kita, seperti sampah organik.
Reduce, kurangi penggunaan bahan-bahan yang bisa merusak lingkungan.
Reuse, memanfaatkan kembali barang-barang lama yang masih berfungasi dengan baik.
Repair, memperbaiki barang-barang yang rusak agar bisa kita gunakan kembali.
Refuse, menolak dan menghindari pemakaian bahan yang menggunakan plastik dan lebih memilih bahan yang lebih natural, terutama ketika belanja di supermarket.
Replant, menanam kembali tumbuh-tumbuhan disekitar kita.
Mudah bukan? So, lets go green!
Berita Terkait