Perjalanan Fifin
Menggowes di Lautan Pasir Bromo
Menikmati Bromo sambil bersepeda di lautan pasir memberi sensasi berbeda. Coba saja.
Trip lain yang digarap adalah Gunung Bromo dengan pemandangan savana dan lautan pasirnya. Masuk ke area Jawa Timur, digandenglah saya untuk ikut acara itu. Mas Tatag menggandeng editor dan fotografer dari Majalah Ride-Bike untuk ikut serta mengabadikan momen ini. Februari 2012, saya kosongkan jadwal untuk bisa jeprat-jepret dan dijepret. Maklum, saya hobi memotret, tetapi tetap narsis.
Bromo identik dengan meringkuk kedinginan, ngos-ngosan mendaki tangga, menunggu matahari terbit di Penanjakan, berpose dengan latar belakang lautan pasir dan Gunung Batok, dan menjenguk kawah Bromo. Setelah itu pulang.
Nah, saatnya untuk mencoba petualangan lain. Nikmatilah perjalanannya, karena sebenarnya tujuan travelling bukan hanya pada destinasinya, melainkan juga sensasi dalam setiap perjalanannya.
Sabtu pagi saya bertemu dengan semua peserta di Bandara Juanda. Dan, selamat, saya satu-satunya wanita dalam “Adventure Cycling Trip to Bromo”. Karena terbiasa blusukan di hutan, saya tidak perlu khawatir untuk urusan ‘ke belakang’ dan sejenisnya meski tidak ada temannya. Pesertanya sekitar 15 orang, berasal dari Jakarta dan Makasar yang terobsesi ingin mencicipi keeksotisan Bromo.
Dari Bandara Juanda, kami langsung meluncur ke Malang. Di sana menjadi pos terakhir, karena sepeda, mobil untuk off road, dan semua perlengkapan camping disiapkan dari sana.
Setelah semua persiapan selesai, kami lanjut menuju Tumpang, Ngadas, dan beristirahat di Jemplang untuk makan siang. Semua peserta cycling mulai bersiap pula untuk mulai mengayuh. Mereka memasang atribut lengkap, mulai dari kostum, helmet, protector, dan siap berlaga. Sementara saya adalah manusia biasa, yang tidak terbiasa bersepeda model ekstrem, lebih memilih diangkut dengan mobil 4WD dan memotret momen-momen mereka.
Dari Jemplang, kami turun menuju savana hijau, dan masih terbayang, semua peserta berteriak kagum. Diam-diam saya tersenyum bangga melihat mereka mengagumi wilayah Jatim.
Sambil mereka beraksi, saya dan fotografer Majalah Ride-Bike, Mas Anton mulai jeprat-jepret dari berbagai sisi. Setelah mengayuh di savana, pemandangan berikutnya adalah lautan pasir. Karena medannya tidak ekstrem, saya mencoba ikut menggowes. Menggowes di lautan pasir cukup menguras tenaga.
Setelah beberapa kilometer mengayuh di lautan pasir, dan kondisi mulai gelap, semua peserta dan sepeda diangkut dengan mobil 4WD untuk lanjut naik menuju Penanjakan. Sensasi berikutnya adalah menuju lokasi camping. Kami menyebutnya hidden area. Lokasi itu jika dijepret pagi akan tampak menjadi hidden view yang begitu menarik.
Karena ada tiga mobil 4WD beserta driver sekaligus guide, semua peserta dengan tenang tinggal duduk manis menikmati malam bertabur bintang sambil mengunyah makan malam yang sudah disiapkan para guide. Jadi untuk yang ingin menikmati sensasi yang sama, bisa menyewa mereka, tidak perlu harus punya mobil 4WD atau tenda sendiri, karena mereka menyiapkan semuanya dengan baik.
Dari tempat ‘persembunyian’ itu, sunrise yang tampak sama bagusnya dengan lokasi Penanjakan yang berjubel oran. Alangkah bahagianya kami bisa narsis sepuasnya, tanpa perlu berdesak-desakan.
Setelah puas memotret, sarapan, dan beres-beres, kami melanjutkan kembali menuju lautan pasir dan mengintip kawah Bromo dengan kembali mengayuh sepeda. Semua peserta sepertinya tak berhenti untuk berdecak kagum dengan hamparan di sekitar Bromo ini. Mereka sangat puas dengan perjalanan ini. Saya pun sangat bahagia bisa pamer ke mereka, tentang begitu cantiknya Jawa Timur, betapa indahnya Indonesia.
Fifin