Kampung Batu Bata Kewalahan Layani Permintaan

Pasalnya, sejak awal puasa Ramadhan lalu, selain disebabkan tingginya warga yang memerbaiki rumahnya untuk persiapan lebaran

Penulis: Sudarmawan | Editor: Suyanto
zoom-inlihat foto Kampung Batu Bata Kewalahan  Layani Permintaan
SURYA/SUDARMAWAN
PERMINTAAN MENINGKAT - Sejumlah warga Dusun Turen, Desa Ringin Putih, Kecamatan Sampung, Kabupaten Ponorogo sibuk memroduksi batu bata di rumahnya masing-masing, Selasa (31/7/2012).
SURYA Online, PONOROGO - Ratusan perajin batu bata  di kampung sentra batu bata Dusun Turen, Desa Ringin Putih, Kecamatan Sampung, Kabupaten Ponorogo mulai kualahan memehuni permintaan (pesanan) batu bata, sejak sepekan terakhir.

Pasalnya, sejak awal puasa Ramadhan lalu, selain disebabkan tingginya warga yang memerbaiki rumahnya untuk persiapan lebaran, juga disebabkan tingginya permintaan batu bata untuk kebutuhan pengerjaan proyek pemerintah dan swasta.  "Hampir setiap hari ada yang membakar batu bata, tetapi langsung terjual semuanya," terang Markun (56) warga RT 04, RW 01, yang juga perajin batu bata.

Markun menceritakan, Dusun Turen selama ini dikenal secara turun temurun sebagai kampung batu bata. Hampir setiap rumah di kampung ini mempunyai kesibukan sebagai perajin batu bata. Setiap hari bisa dijumpai orang yang sibuk, mulai dari mengaduk bahan baku batu bata hingga membakarnya. Baik  dilakukan  dari laki-laki, perempuan hingga anak-anak. "Sejak menjelang puasa  banyak proyek pemerintah yang membutuhkan batu bata,  sehingga setiap habis bakar batu bata langsung diantar atau diambil pemesan. Setiap hari, batu bata matang tidak ada yang ngendon di rumah," imbuhnya.

Hal senada disampaikan Soimun (50) warga RT 03, RW 01 yang sejak bujangan menekuni pembuatan batu bata. Menurutnya, jika biasanya batu bata yang matang itu menumpuk sampai berjumlah 10.000 per rumah, kini batu bata matang tidak ada yang sampai ngendon atau ditumpuk di depan  rumah  rumah warga. "Pokoknya setiap hari membakar, setiap hari pula habis terjual. Makanya kami mengerjakan dengan istri dan anak-anak kami agar produksinya semakin cepat," tegasnya.

Sementara, salah seorang tokoh masyarakat setempat, Sunardi berharap Pemkab Ponorogo memiliki kepedulian terhadap para perajin batu bata yang sudah ada sejak zaman nenek moyang itu. Menurutnya, selama ini perajin membutuhkan alat untuk mengaduk bahan baku. Pasalnya, selama ini masih dilakukan secara manual dan tidak pernah menggunakan peralatan diesel.

"Kami berharap bantuan mesin pengaduk itu untuk memenuhi permintaan pasar yang tinggi di musim ini. Karena kerajinan ini mampu mengangkat perekonomian warga. Hasil pembuatan batu bata bisa menyekolahkan anak dan jika ada bantuan modal dibutuhkan perajin karena sekarang bahan baku mulai beli tanahnya Rp 170.000 per rit dan harga batu bata diantar Rp 660.000 per seribu dan beli di tempat Rp 560.000 per seribu," tandasnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved