Kampung Batu Bata Kewalahan Layani Permintaan
Pasalnya, sejak awal puasa Ramadhan lalu, selain disebabkan tingginya warga yang memerbaiki rumahnya untuk persiapan lebaran
Penulis: Sudarmawan | Editor: Suyanto

Pasalnya, sejak awal puasa Ramadhan lalu, selain disebabkan tingginya warga yang memerbaiki rumahnya untuk persiapan lebaran, juga disebabkan tingginya permintaan batu bata untuk kebutuhan pengerjaan proyek pemerintah dan swasta. "Hampir setiap hari ada yang membakar batu bata, tetapi langsung terjual semuanya," terang Markun (56) warga RT 04, RW 01, yang juga perajin batu bata.
Markun menceritakan, Dusun Turen selama ini dikenal secara turun temurun sebagai kampung batu bata. Hampir setiap rumah di kampung ini mempunyai kesibukan sebagai perajin batu bata. Setiap hari bisa dijumpai orang yang sibuk, mulai dari mengaduk bahan baku batu bata hingga membakarnya. Baik dilakukan dari laki-laki, perempuan hingga anak-anak. "Sejak menjelang puasa banyak proyek pemerintah yang membutuhkan batu bata, sehingga setiap habis bakar batu bata langsung diantar atau diambil pemesan. Setiap hari, batu bata matang tidak ada yang ngendon di rumah," imbuhnya.
Hal senada disampaikan Soimun (50) warga RT 03, RW 01 yang sejak bujangan menekuni pembuatan batu bata. Menurutnya, jika biasanya batu bata yang matang itu menumpuk sampai berjumlah 10.000 per rumah, kini batu bata matang tidak ada yang sampai ngendon atau ditumpuk di depan rumah rumah warga. "Pokoknya setiap hari membakar, setiap hari pula habis terjual. Makanya kami mengerjakan dengan istri dan anak-anak kami agar produksinya semakin cepat," tegasnya.
Sementara, salah seorang tokoh masyarakat setempat, Sunardi berharap Pemkab Ponorogo memiliki kepedulian terhadap para perajin batu bata yang sudah ada sejak zaman nenek moyang itu. Menurutnya, selama ini perajin membutuhkan alat untuk mengaduk bahan baku. Pasalnya, selama ini masih dilakukan secara manual dan tidak pernah menggunakan peralatan diesel.
"Kami berharap bantuan mesin pengaduk itu untuk memenuhi permintaan pasar yang tinggi di musim ini. Karena kerajinan ini mampu mengangkat perekonomian warga. Hasil pembuatan batu bata bisa menyekolahkan anak dan jika ada bantuan modal dibutuhkan perajin karena sekarang bahan baku mulai beli tanahnya Rp 170.000 per rit dan harga batu bata diantar Rp 660.000 per seribu dan beli di tempat Rp 560.000 per seribu," tandasnya.