Perjalanan Fifin

Jatuh Cinta Berkali-kali pada Kawah Ijen

Fifin menjelajahi wilayah yang dianggap eksotik. Ia berbagi perasaan saat hatinya meleleh melihat alam yang indah.

Penulis: Endah Imawati | Editor: Endah Imawati
Jatuh Cinta Berkali-kali pada Kawah Ijen
dok fifin
Kawah Ijen
SURYA Online, SURABAYA - Jika ada orang yang mudah jatuh cinta, mungkin saya salah satunya. Begitu melihat lereng gunung, pantai bening, pepohonan, jalur pendakian… saya bisa jatuh cinta, berkali-kali. Ditambah dengan kamera dan sedikit berpose, cinta itu makin komplet.

Salah satu kawasan yang membuat hati saya meleleh adalah Kawah Ijen. Sejak perjalanan awal dari Situbondo ke dawerah Wonosari, alam sudah memberi appetizer sedap dalam perjalanan.

Kawah Ijen berada di Pegunungan Ijen, salah satu gunung yang masih aktif di Jawa. Gunung Ijen memiliki ketinggian sekitar 2.443 mdpl dan beberapa kali meletus, yaitu pada tahun 1796, 1817, 1913 dan 1936 sehingga membentuk kawah lebar menganga dengan keajaiban danau sulfur (belerang) di dalamnya. Dan, karena luas serta kapasitas dari air belerang pada kawah ini, menjadikan kawah Ijen sebagai danau kawah terluas di dunia.

Kawasan Pegunungan Ijen terletak pada dua kabupaten, yaitu Bondowoso dan Banyuwangi. Jika dari kota Surabaya, bisa lewat jalur utara menuju Probolinggo, kemudian Situbondo mengarah ke Bondowoso.

Sebelum masuk kota Bondowoso, pada daerah Wonosari ada pertigaan menuju Sukasari. Dari sana sudah banyak penunjuk jalan menuju kawasan wisata Kawah Ijen. Dari Sukasari lanjut ke arah Sempol. Suguhan lain adalah perkebunan kopi dan hawa yang sudah mulai sejuk segar. Jalannya tidak terlalu bagus, tetapi inilah saatnya menikmati off road sambil goyang dombret. Jika membawa kendaraan pribadi, tidak harus double gardan (4x4), tetapi disarankan menggunakan mobil yang tidak terlalu rendah, mengingat jalannya yang alami rusaknya.

Untuk tempat istirahat, bisa dipilih di daerah Sempol, yaitu pada kawasan perkebunan dan pabrik kopi. Di sana banyak homestay dengan fasilitas yang cukup lengkap dan harga terjangkau. Jika tidak ingin menginap, istirahat saja di lokasi parkiran terakhir, yaitu di Paltuding. Sempol–Paltuding sekitar 15 km atau setengah jam perjalanan. Di Paltuding, juga ada beberapa tempat penginapan, pondok wisata, bahkan yang suka berkemah, ada camping ground dengan fasilitas air bersih yang memadai. Di lokasi itu juga terdapat warung makan milik penduduk sekitar. Udara sekitar pegunungan Ijen tidak terlalu dingin, sekitar 12-18 derajat Celcius.

Untuk pendakian menuju puncak Ijen, disarankan berangkat dari pos Paltuding pada pagi hari karena pada siang hari menjelang sore, kandungan asap belerang yang semakin pekat menyengat, kurang baik untuk pernapasan. Biasanya pk 14.00 WIB, jalur pendakian sudah ditutup dengan alasan keamanan. Saat siang, biasanya turun hujan sehingga kawah tidak indah untuk dilihat, dan perjalanan akan tidak nyaman saat hujan mulai turun.

Salah satu cara untuk mengatasi bau belerang yang menyengat saat mendekati kawah, bisa menggunakan masker atau saputangan yang sudah dibasahi. Jadi siapkan dulu sebelum naik.


Lelah Terbayar Lunas

Jalur menuju puncak sangat mudah meski terkadang sedikit terjal. Pendakian hanya sejauh 3 km, bisa ditempuh sekitar 1-2 jam. Untuk ke puncak, sebenarnya kita hanya perlu membawa air putih, makanan secukupnya, jaket, jas hujan dan kamera tentunya. Sekitar tiga per empat perjalanan, terdapat Pondok Penambangan Belerang. Di sana ada warung untuk sekadar beristirahat atau membeli minuman dan makanan ringan.

Selama perjalanan, kita akan sering berpapasan dengan penambang belerang yang mengangkut hasil ‘buruan’. Sekali angkut bisa 70-90 kg belerang. Akan tetapi kasihan juga, karena penyusutan dan sebagainya, yang dihitung bisa jadi hanya 60 kg. Selain menambang, penduduk sekitar juga bisa jadi porter untuk membawakan perbekalan kita. Lumayan buat tambahan penghasilan mereka.

Lelah saat perjalanan akan terbayar begitu sampai di puncak. Kita akan menikmati dua sisi pemandangan yang sama indahnya. Satu sisi, lereng gunung dengan warna cokelat dan garis-garis tegas. Yang satu lagi kawah yang begitu memesona, dengan warna hijau toska, dan sesekali tertutup kabut putih. Paduan yang begitu mengagumkan.

Dari puncak, jika mau menuruni punggung gunung yang cukup terjal, kita bisa melihat aktivitas para penambang. Namun jalurnya sedikit berbahaya, karena medannya berbatu dan mudah longsor. Warna belerang cair adalah merah, sementara yang sudah beroksidasi dengan udara menjadi kuning, seperti terlihat saat belerang sudah dipikul.

Jika khawatir dengan risiko, lihat dari puncak saja sudah cukup. Itu pun sudah tampak begitu memukau. Sampai kehabisan kata untuk mengungkapkan betapa indahnya. Jadi… buat siapa saja yang belum pernah memandang secara langsung Kawah Ijen, segera jadwalkan dan rasakan keindahan pesonanya yang begitu mengagumkan.

Fifin

  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved