Profesor Inggris Bikin Daun Telinga
Professor Alexander Seifalian dan timnya berhasil mengembangkan organ tubuh sintetis.
Penulis: Sigit Sugiharto | Editor: Sigit Sugiharto
SURYA Online, Surabaya - "Ini ada hidung yang sedang kami tumbuhkan untuk seorang pasien bulan depan," ujar Professor Alexander Seifalian sembari mengambil cawan dari bangku di sebelahnya
Dalam cawan itu ada benda yang benar-benar mirip anggota badan manusia, yang mengambang di cairan perekat merah. Di cawan lain ada telinga manusia.
"Ini yang pertama di dunia,' ujarnya sembari tersenyum. "Selama ini belum ada orang yang bisa menumbuhkan hidung."
Laboratorium Seifalian tak lebih dari sejumlah meja tua yang di atasnya bertebaran gelas, cairan, keran, botol, tabung, kertas kerja, mirip laboratorium kimia di sekolah.
Tapi, justru dari sini Seifalian memimpin Departemen Kedokteran Regeneratif dan Nonteknologi College London’s (UCL). Dan ia menyebut laboratorium itu sebagai 'toko organ tubuh manusia'.
Seifalian dan timnya fokus menumbuhkan organ tubuh pesanan menggunakan sel-sel tubuh pasien.
Di salah satu meja, Seifalian menunjukkan sebuah cetakan kaca berbentuk trakea (tenggorokan), yang dipakai dalam transplantasi organ sintetis pertama di dunia. Tak hanya itu, ia juga menunjukkan mesin besar dengan kabel tipis pucat yang sedang berdenyut. Ini pembuluh darah arteri.
"Kami yang mengerjakan ini pertama kali di dunia. Kalau perlu, kami bisa membuat satu meter pembuluh darah arteri dalam tempo 20 detik," tuturnya.
"Kelompok-kelompok lain mencoba untuk mengganti hidung dengan implan, tapi tidak bisa bertahan lama," ujar Adelola Oseni, anggota tim Seifalian.
"Implan itu bergeser dan bentuk hidung berubah. Tapi, hidung buatan kami menancap dengan sendirinya, karena terbuat dari polimer."
Tampak seperti karet Lateks yang sangat tipis, polimer itu terbuat dari miliaran molekul, yang masing-masing hanya sepanjang sepermiliar meter, atau 40.000 kali lebih kecil dari lebar rambut manusia.
Bekerja pada level molekular akan memungkinkan bahan itu menjadi lebih detail. "Di dalam molekul ini ada ribuan lubang kecil. Jaringan akan masuk ke lubang-lubang itu dan menyatu. Itu akan menjadi seperti hidung dan terasa seperti hidung," tutur Seifalian.
Kalau kemudian ditanam ke pasien, hidung buatan itu tidak langsung ditempelkan ke wajah, melainkan ditanam di balon yang kemudian dimasukkan di bawah permukaan kulit lengan. Empat minggu kemudian, setelah kulit dan pembuluh darah tumbuh, hidung itu bisa dikontrol dan ditransplantasi ke wajah pasien.
Berada di garda depan kedokteran modern, Seifalian dan timnya fokus menumbuhkan organ-organ tubuh pesanan menggunakan sel-sel tubuh pasien sendiri. Dengan demikian, orang tak lagi perlu menunggu adanya donor organ atau rekonstruksi tubuh yang rumit. Jadi tinggal mengganti saja.
Dan karena organ tubuh itu terbuat dari sel-sel badan pasien sendiri, risiko penolakan, secara teori, bisa dieliminasi.
Resep terobosan baru ini tentu saja masih dirahasiakan. "Pihak UCL telah menghabiskan Rp 1,4 miliar untuk mempatenkan bahan nanomaterial ini," ujarnya.
Mereka yang kehilangan hidung karena kanker atau organ tubuh lain karena luka, temuan ini adalah harapan yang akan bisa menyelamatkan banyak orang. "Kami menanam sel-sel pasien ke dalam polimer di sebuah bioreaktor,’ kata Oseni. Bioreaktor ini merupakan lingkungan steril dengan oksigen, darah, dan temperatur seperti dalam tubuh manusia.
"Ketika sel-sel sudah tumbuh dan berkembang, polimer akan terlapisi. Metode serupa dapat dipakai untuk rekonstruksi wajah.
Temuan ini muncul di tengah kontroversi penelitian stem cell (sel induk). Sementara sebagian ilmuwan masih menggunakan sel induk embrio, Seifalian dan timnya justru memproduksi sel-sel yang dibutuhkan pasien, untuk tulang rawan dalam kasus hidung diambilkan dari sel-sel sumsum tulang.
Proses ini revolusioner dan masih belum diketahui pasti apakah ke depan ada kemungkinan sel-sel ini ditolak. "Keberhasilan ini perlu diuji pada banyak pasien dalam uji klinis, "kata Seifalian.
Temuan Seifalian itu merupakan kemajuan di dunia kedokteran regeneratif yang saat ini sedang berhasil mengganti katub jantung dan rekonstruksi wajah plus memulihkan kebutaan hingga penelitian terhadap penyakit paling mematikan.
Inggris berada di garda depan penelitian ini, dengan menghabiskan Rp 801 miliar untuk MRC Centre for Regenerative Medicine di Edinburgh yang akan rampung awal tahun ini.
Sampai sejauh ini, dunia kedokteran regeneratif lebih banyak fokus ke sel induk embrio yang serbaguna. Namun, perdebatan moral seputar stem cell ini masih kontroversial. Sebab, sel induk yang diambil dari embrio ini akan hancur dalam prosesnya.
Terlepas dari protes kalangan pro-life, pemerintah Inggris mendukung riset stem cell sejak 2002. Ini membuat Inggris lebih maju selangkah ketimbang para pemain utama di riset ini, termasuk Amerika Serikat.
Pada 2007, Professor Shinya Yamanaka dari Kyoto University mencoba menciptakan sel yang serbaguna dari sel orang dewasa, yang disebutnya sebagai induced pluripotent stem cells atau iPSCs. Dia terinspirasi Profesor Ian Wilmut yang mengkloning domba Dolly.
"Dolly membuat kami berpikiri bagaimana mengubah sel, ternyata Yamanaka membuktikannya,’ujar Wilmut. "Ini membuat Anda bisa membuat sel apa saja, membikin syaraf dan otot dari sel kulit, misalnya." Ini sudah dibuktikan oleh para ilmuwan di Cambridge University dengan membuat sel otak dari sel kulit untuk menghasilkan terapi baru bagi penyembuhan penyakit Alzheimer, stroke, dan epilepsi.
Wilmut sendiri saat ini fokus memanfaatkan fleksibilitas sel untuk memahami penyakit syaraf gerak yang pasti menyebabkan kematian.
Di sebuah meja di laboratorium Seifalian terdapat cetakan batang tenggorokan. Belum lama ini, tenggorokan buatan telah ditransplantasi ke seorang pasien, Ini merupakan transplantasi organ sintetis pertama di dunia.
Pasien tenggorokan ini adalah Eritrea (36). Tumor di tenggorkan pria ini menyebar hingga ke paru-paru. Transplantasi berhasil dan pasien ini sudah keluar dari rumah sakit.
Di meja lain, ada telinga yang siap ditumbuhkan. Sedangkan di sebelahnya lagi, tim sibuk mengerjakan katub jantung yang bisa langsung dicangkokkan tanpa harus ditumbuhkan dulu. "Biasanya untuk bedah jantung, Anda ambil pembuluh vena dari lengan atau kaki pasien. Tapi, 30 persen pasien tak punya pembuluh darah yang cocok sehingga tak bisa operasi jantung. Sekarang, ada alternatif lain bagi mereka," ujar Seifalian.
"Kami yang pertama membuat pembuluh darah sintetis ini. Ini sudah berhasil diuji coba pada hewan. Tahun ini akan dicoba pada pasien," ungkapnya.
Sementara Seifalian dan timnya terus mengembangkan implan potensial, di sisi lain tim dari London yang dipimpin oleh Profesor Pete Coffey, dari London Project to Cure Blindness, tengah menggunakan sel induk untuk mengatasi proses penuaan, termasuk hilangnya penglihatan, yang di Inggris dialami sekitar 513.000 warga. Tujuannya adalah untuk menggantikan sel-sel yang mati dengan yang sehat, memulihkan penglihatan.
Berbeda dari tim Seifalian, tim Coffey masih menggunakan sel induk embrio. "Dalam hal ini embrio yang berumur lima hari, saya tahu berbagai agama menyatakan ini sudah bernyawa, tapi saya pikir ini sama dengan donor organ," ujar Coffey. (dailymail.co.uk/sgt)
Ekplorasi Artifisial
1995 Telinga berbentuk struktur tulang rawan (bukan telinga manusia) yang ditumbuhkan dengan sel pasien diuji coba di punggung tikus.
1996 Domba Dolly yang dikloning dari sel dewasa, lahir.
2007 Profesor Shinya Yamanaka dari Universitas Kyoto berhasil menghilangkan ketergantungan orang akan sel induk embrionik dengan 'memprogram ulang' sel orang dewasa.
2011 Transplantasi organ sintetis pertama (tenggorokan) berhasil dilakukan.
2012 Pasien sedang dipersiapkan untuk transplantasi hidung sintetis.
Berita Terkait