Antara Jepang dan Indonesia

Penulis: Tri Hatma Ningsih |
Lukito Hari Purwanto Mahasiswa Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya langit_merah@ymail.com Bangsa-bangsa di dunia walaupun memiliki bahasa berbeda, ternyata memiliki kemiripan dan kesamaan bahasa yang mereka gunakan. Dalam suatu wawancara, Agus Sunyoto, sejarawan sekaligus budayawan ini menyebutkan contoh kata dalam bahasa-bahasa di dunia dengan kemiripan arti. Seperti mother dalam bahasa Inggris, mutter dalam bahasa Jerman, dan matar dalam bahasa Sansekerta berarti sama, yaitu ibu. Contoh lainnya adalah kata ignite dalam bahasa Inggris, igni dalam bahasa Latin, agni dalam bahasa Sansekerta, dan geni dalam bahasa Jawa, juga memiliki makna terkait api. Kemiripan ini juga muncul di antara bahasa yang kita gunakan (baik bahasa daerah maupun bahasa Indonesia) dengan bahasa-bahasa asing. Kemiripan bahasa Indonesia dengan bahasa Melayu jelas tidak perlu dipertanyakan mengingat bahasa Indonesia memang dikembangkan dari bahasa Melayu. Dikembangkan karena tidak serta merta diadopsi. Melainkan disaring sesuai kebutuhan, ditambah dengan kosakata dari bahasa-bahasa di Nusantara, dilengkapi kata-kata serapan dari bahasa asing lain, serta disempurnakan melalui penyesuaian perkembangan bahasa dalam praktiknya. Jarang diketahui, bahasa-bahasa di Nusantara juga memiliki kemiripan dengan bahasa bangsa lain di Asia. Salah satu kemiripan itu adalah kemiripan antara bahasa Jawa dengan bahasa Jepang. Memang kata-kata dalam bahasa Jepang yang diserap bahasa Indonesia setidaknya ada 66 kata. Seperti karate, karaoke, dan kimono yang sering kita dengar dan pahami. Namun di luar kata serapan itu, secara sekilas sulit mencari persamaan antara bahasa Jawa dengan bahasa Jepang. Jawa menggunakan aksara Jawa dan bahasa Jepang menggunakan Hiragana, Katakana, dan Kanji. Bahasa Jawa dipengaruhi bahasa Sansekerta sedangkan bahasa Jepang dipengaruhi bahasa Mandarin. Lalu apa persamaannya? Pertama, baik bahasa Jawa maupun bahasa Jepang ternyata mempertimbangkan aspek sopan santun dalam berkomunikasi. Sopan santun dalam bahasa Jawa diwujudkan dalam bahasa Jawa Kromo. Sedangkan dalam bahasa Jepang, berbentuk Teinei Go dan Sonkei Go. Kedua, baik bahasa Jawa dan bahasa Jepang juga merupakan bahasa yang tidak mutlak homogen. Bahasa Jawa di Jogjakarta berbeda dengan bahasa Jawa di Surabaya. Sama dengan bahasa Jepang. Buktinya bahasa Jepang dialek Kansai berbeda dengan bahasa Jepang pada umumnya. Ketiga, baik bahasa Jawa dan bahasa Jepang rupanya memiliki banyak sekali kata ulang atau kosakata berwujud reduplikasi. Bila bahasa Jawa mengenal dwilingga seperti riwa-riwi (mondar-mandir), grusa-grusu (terburu-buru), klemar-klemer (lamban atau tidak cekatan). Maka bahasa Jepang juga memiliki peko-peko (lapar), pera-pera ((bicara secara lancar), goro-goro (bunyi petir), dan sebagainya. Selain kesamaan kata-kata dalam bahasa Jawa dan bahasa Jepang, ada pula istilah bermakna sama dalam bahasa Indonesia dan bahasa Jepang. Menariknya istilah-istilah ini cukup sering digunakan dalam bahasa Indonesia. Sastrawan YB Mangunwijaya sempat menyebutkan beberapa contoh. Misalkan RT/RW sama dengan tonari gumi, Kerja bakti sama dengan kinrou houshi, bahkan di Jepang juga ada kelompok yang menyerupai Darma Wanita, yaitu Fujinkai. Memang masih terlalu dini untuk menyimpulkan, namun bolehlah beranggapan bahwa dari segi bahasa, manusia dan masyarakat kita lebih dekat ke Jepang daripada ke Barat (Eropa, Amerika, bahkan Australia).
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved