Pangeran Saudi Doyan Narkoba dan Pesta Seks
Di balik kesalehan formal yang selama ini menjadi citra Kerajaan Arab Saudi, para diplomat Amerika Serikat (AS) memaparkan kegemaran pangeran-pangeran Saudi menggelar pesta narkoba dan seks secara tertutup.
Menurut para pejabat Konsulat AS di Jeddah, para pangeran Saudi sering menggelar pesta-pesta ala Barat. Contohnya, pesta Halloween tahun lalu. Dalam pesta itu mereka menghadirkan minuman keras yang selama ini diharamkan oleh kerajaan. Masih menurut para diplomat AS, para bangsawan Saudi itu juga kerap mengundang para perempuan penghibur.
Bocoran mengenai pesta ini diunggah situs WikiLeaks yang dimuat The Guardian. Harian asal Inggris ini mendapat hak istimewa untuk mengungkap terlebih dahulu bocoran informasi dari WikiLeaks, sebuah situs yang membuat heboh dunia dengan bocoran memo diplomatik yang bersifat rahasia dari Kedubes AS di seluruh dunia.
Para diplomat AS yang berada di Jeddah menggambarkan hura-hura yang digelar pangeran kaya dari keluarga besar Al-Thunayan. Kiriman informasi itu ditandatangani konsul AS di Jeddah, Martin Quinn. “Alkohol yang dilarang hukum dan pabean Saudi, sangat berlimpah di bar pesta itu. Koleksinya pun lengkap. Bartender Filipina yang disewa menyajikan koktail sadiqi, sebuah minuman keras buatan lokal,” tulis kawat tersebut.
Lebih lanjut, kiriman tersebut juga menginformasikan bila sejumlah tamu di pesta itu merupakan gadis panggilan. “Meski tidak menyaksikan langsung, kokain dan hashishsh (ganja) digunakan secara umum dalam lingkungan sosial semacam itu.” tambahnya.
Para diplomat yang hadir dalam pesta itu juga menggambarkan soal pengamanan pesta. Disusul dengan narasi ruang pemeriksaan mantel. Di area itu para perempuan yang diundang melepas abaya (gaun panjang khas Timur Tengah) yang mereka kenakan. Diplomat itu mengaku tak melihat polisi syariah di sekitar lokasi pesta. “Anak-anak muda Saudi menikmati kebebasan sosial dan mengejar kesenangan ragawi. Tentu saja ini dilakukan di balik pintu dan hanya untuk orang kaya,” tulisnya.
Lebih dari 150 pria dan perempuan Saudi, sebagian besar berusia 20 dan 30 tahun, hadir dalam pesta itu. Orang-orang yang masuk dipantau melalui daftar tamu yang ketat. “Adegannya mirip sebuah klub malam di mana pun di luar kerajaan itu. Banyak alkohol, pasangan muda yang menari-nari, seorang DJ dengan meja turntable dan semua orang berdandan.”
Pesta bawah tanah “berkembang dan berdenyut” di Arab Saudi. Namun, pesta semacam itu hanya tersedia di balik pintu tertutup dan untuk orang yang sangat kaya. Terdapat sedikitnya 10.000 pangeran di kerajaan itu. Beberapa masih merupakan keturunan langsung Raja Abdul Aziz, sementara yang lain berasal dari cabang keluarga yang tidak langsung.
“Orang dengan cepat menyadari bahwa di Timur Tengah terdapat lapisan di balik satu lapisan masyarakat,” kata Salman Shaikh, direktur The Brookings Doha Center, di Qatar. Brookings Doha Center merupakan lembaga yang khusus meneliti masalah sosial ekonomi dan geopolitik kawasan Timur Tengah. Salman Shaikh tidak yakin terkuaknya ‘aib’ keluarga ningrat Saudi bakal mempermalukan para pejabat negara itu.
Sementara Wajeha al-Hawaidar, seorang perempuan aktivis Saudi, mengatakan, "Kehidupan pribadi bebas ala Barat di Saudi cukup dikenal baik di luar maupun di dalam Arab Saudi". Al-Wahidar sendiri dilarang menulis atapun tampil di televisi negara itu karena kampanyenya terhadap hak-hak kaum perempuan.
Pemerintah Arab Saudi sebelumnya menolak berkomentar atas dokumen kabel rahasia AS yang disebarluaskan situs WikiLeaks. Negara kerajaan itu bahkan tidak yakin dengan kredibilitas dokumen rahasia yang dibocorkan WikiLeaks. “Saudi tidak memiliki hubungan dengan dokumen ini maupun peran apapun. Kami juga meragukan kredibilitasnya dan takkan berkomentar mengenainya,” demikian Kementerian Luar Negeri Saudi beberapa hari lalu.
Pendiri situs pembocor dokumen rahasia, WikiLeaks, Julian Assange (39) telah ditahan, Selasa (7/12). Namun WikiLeaks tak gentar dan akan terus mengeluarkan dokumen rahasia yang dimiliki. Sejak pekan lalu, WikiLeaks membocorkan dokumen pembicaraan diplomatik dari 274 kantor Kedubes AS di hampir seluruh negara. Wikileaks telah mengeluarkan 842 dari 251.287 dokumen. Dalam situs WikiLeaks yang beralamat di Wikileaks.de, kawat diplomatik yang berisi memo laporan rahasia ini bertanggal sejak 28 Desember 1966 hingga 28 Februari 2010.
Julian Assange ditangkap oleh polisi Inggris atas sebuah perintah penangkapan Interpol yang dikeluarkan oleh Swedia karena dugaan kejahatan seksual termasuk pemerkosaan.nap/guardian/tis/kis
Berita Terkait