Bikin Batik Singosari, Angkat Kemolekan Kendedes
Eyang Titik dan Paguyuban Pembatik Ikat Bulan Sari
Makin tingginya apresiasi masyarakat terhadap batik, memberikan semangat bagi pembatik lansia di Dusun Gedangsewu, Desa Randuagung, Kecamatan Singosari di Kabupaten Malang. Bersama-sama mereka mengembangkan batik Singosari.
SYLVIANITA W
singosari
Membatik tidak mengenal umur. Karenanya, para perempuan lanjut usia (lansia) yang tergabung dalam Paguyuban Pembatik Ikat (PPI) Bulan Sari Kabupaten Malang begitu bersemangat membatik.
Misi mereka jelas, yakni mengenalkan Batik Singosari kepada masyarakat.
“Tugas kami untuk menjadi penggerak anak-anak muda agar makin mengembangkan batik ini,” jelas Titik S Hadjah, pelopor batik tulis Singosari.
Wanita yang akrab dipanggil eyang Titik ini mengatakan, dengan menggerakkan anak muda, ia sangat berharap batik Singosari segera naik kelas. Batik Singosari, selama ini, masih kurang dikenal. Kalaupun banyak dibeli, hanya terbatas oleh masyarakat lokal. Itu pun harganya masih sangat murah, yakni dipatok Rp 70.000 - Rp 150.000 untuk panjang batik lebih dari 2,25 meter.
“Awalnya kami para lansia yang sekadar membatik. Pada 1998, kami mendapat bimbingan pewarnaan dari para dosen Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang dan menemukan konsep batik khas Singosari,” ujar Eyang Titik.
Mengapa memilih Singosari? Katanya karena Singosari merupakan kerajaan terbesar dan dari Kendedes, istri Raja Singosari, Ken Arok, didapat banyak inspirasi sebagai motif batik Singosari. Ada empat motif batik Singosari yang diangkat dan dipopulerkan, yakni motif Pending, Renggo, Parijoto dan Padma.
Setiap motif memiliki kekhasan dan arti. Motif Parijoto merupakan gambar ukel dalam mahkota Kendedes. Filosofinya adalah ibarat pakis yang masih muda, bersifat keras dan tergulung. Namun, makin lama akan terbuka dengan sendirinya.
Kemudian motif Renggo yaitu hiasan kendedes yang mempunyai filosofi keindahan/seni.
“Motif ini diambil dari hiasan di selendang Kendedes yang memiliki sayap berjumlah sembilan. Maknanya, antara lain, hidup manusia ada yang menghidupkan, yaitu Tuhan,” papar Eyang.
Sedang motif Pending merupakan kunci sabuk Kendedes. Filosofinya adalah tiga generasi yaitu mbah, anak dan cucu yang bisa diartikan kebersamaan dalam keluarga.
“Ini juga buat pelajaran bagi generasi sekarang. Sering, orangtua dalam rumah hanya dianggap mengganggu,” ceritanya. Sedang motif Padma mengandung lima sifat yaitu senyum, salam, sapa, sumeh dan sabar.
“Kami ingin perajin yang sudah lansia ini bisa meneruskan kreasi ini kepada anak-anak muda agar bisa berkreasi lebih banyak lagi,” tuturnya.
Jumlah pembatik dalam paguyuban itu mencapai 40 orang. “Pemkab Malang ingin kelompok ini menjadi salah satu aset Kabupaten Malang dengan menjadikannya sebagai sentra industri batik,” jelas Suroto, Kabag Humas Pemkab Malang. Untuk itu, instansi terkait seperti Disperindag dan Pasar serta Bappekab Malang, Pemprov Jatim dan Pemkab Malang juga diharapkan membantu mengembangkannya.
Kegiatan mengangkat batik Singosari merupakan agenda APP (Anty Proverty Program) atau program anti kemiskinan di bidang industri dan perdagangan. Agar makin dikenal, pihaknya juga berusaha rajin ikut pameran.
Berita Terkait