Bank Panin Syariah Mulai Beroperasi, Bank Berkantor Pusat di Surabaya Tersisa Enam
SURABAYA - SURYA - Ekspansi bank-bank umum terhadap unit syariah kian gencar. Bank yang berkantor pusat di Surabaya yakni Bank Harfa, resmi dikonversi menjadi Bank Panin Syariah dan mulai beroperasi 2 Desember kemarin.
Deputi Pemimpin Bank Indonesia (BI) Surabaya Bidang Perbankan Nasser Atorf mengatakan, pertumbuhan perbankan syariah mulai membaik. Namun, market share-nya yang secara nasional masih kisaran 2,9 persen dari total industri perbankan nasional, jadi pertumbuhannya perlu terus didorong.
“Kalau bank-bank umum dikonversi menjadi syariah, alasannya sangat tergantung kepada investornya. Bukan berarti pertumbuhan bank yang diakuisisi kurang bagus. Kalau bank besar berniat ekspansi, cara akuisisi memang lebih menguntungkan dibandingkan mendirikan bank baru yang investasinya tentu akan jauh lebih besar,” jelas Nasser Atorf, Selasa (8/12).
Bank Panin Syariah telah mendapat izin beroperasi dari BI sejak 6 Oktober 2009, bank yang sebelum dikonversi memiliki nama Bank Harfa ini diakuisisi oleh Bank Panin sejak dua tahun lalu.
Per 30 September 2009, Bank Panin Syariah mencatat asetnya sebesar Rp 167 miliar. Sedang modal disetor Rp 118 miliar. Untuk target pembiayaan dan pendanaan 2010 diperkirakan Rp 500 miliar.
Secara otomatis, konversi Bank Harfa yang merupakan bank umum dengan kantor pusat (BKP) Surabaya menjadi Panin Syariah mengurangi jumlah aset bank-bank yang berkantor pusat di Surabaya.
Jumlah BKP di Surabaya terus menurun, per November 2007 tercatat 9 kantor dengan 283 jaringan. Pada 2008 berkurang menjadi 8 kantor dengan 284 jaringan. Pada November 2009, tinggal enam kantor dengan 315 jaringan.
Data BI Surabaya menyebutkan, aset BKP per Oktober 2009 sebesar Rp 25,26 triliun dengan dana pihak ketiga (DPK) Rp 20,28 triliun. Pengucuran kreditnya Rp 10,86 triliun dengan LDR 53,55 persen. Dibandingkan data November 2008, asetnya naik tipis dari Rp 24,49 triliun, perolehan DPK juga naik tipis Rp 19,29 triliun. Sementara, kucuran kredit Rp 9,00 triliun dengan tingkat LDR 46,69 persen.
Menginjak Desember tahun lalu, aset bank-bank sempat drop, jumlah jaringan juga berkurang akibat krisis keuangan global. Kredit bermasalah per Oktober 2009 meningkat tipis menjadi 1,79 persen dari Oktober 2008 sebesar 1,71 persen. ame
Berita Terkait