Ternak Kambing: Jawa Campur Boer yang Bikin Untung

Jika anda seorang peternak kambing atau mencoba usaha ternak kambing, cobalah jenis kambing boer, kambing asal Afrika yang disebut sebagai kambing pedaging sesungguhnya di dunia. Kambing boer memang bukan sembarang kambing. Dibanding kambing jenis lain, kambing jawa (kacang), etawa atau peranakan etawa yang disebut kambing PE, boer lebih cepat gemuk. Tidak hanya itu, bobot total dari kambing jenis ini juga melebihi yang lain, begitu juga dengan harganya. Mendapatkan kambing boer asli memang sulit. Kalaupun ada paling-paling hanya balai pusat inseminasi buatan dan juga kampus-kampus ternama yang mempunyai jurusan atau fakultas peternakan. Namun jangan bekecil hati, saat ini tersedia silangan si kacang jawa dengan kambing boer, yang anakannya mempunyai kualitas yang cukup bagus. Indukan kambing jawa yang dikawin suntik dengan kambing boer menghasilkan anakan yang unggul. Turunan F1 nya (turunan pertama) dewasa jantan mampu mencapai berat 125 kg, sedangkan yang betina bisa mencapai bobot 70-80 kg. Harganya cukup menggiurkan, Rp 80.000 per kg. Lantas di mana mendapatkan kacang yang dikawin suntik dengan boer? Datanglah ke farm HAS Boerhasil yang dikelola oleh Susan, Arwin dan Hermawan yang bertempat di Desa Kebonsari, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang. Tiga sahabat ini telah berhasil mengembangkan anakan unggulan, hasil silangan si kacang dengan boer. Bahkan anakan-anakan silangan (F1-nya) ini sudah menjadi indukan indukan unggul dengan menghasilkan anakan boer yang tentunya lebih kuat mewarisi gen kambing boer, yang memiliki karkas (daging) hingga 40 persen dari keseluruhan berat badannya. "Perawatannya dan pakannya sama dengan kambing biasa, tapi hasilnya berbeda, tubuhnya lebih besar dan berat, kualitas dagingnya lebih bagus lemaknya sangat sedikit. Ini menjadi keunggulan kambing boer," terang Iska Susan Priyatna, 35, yang memulai usaha kambing boer sejak 2007 bersama dua rekannya, Arwin Ardi, dan Hermawan. Sebelumnya, 2004 silam, Susan memelihara kambing jenis biasa. Ketika itu, Susan merasa kecewa dengan harga di pasaran. Kambing jawa dewasa hanya laku Rp 300.000- Rp 350.000. Harga yang kecil dibanding dengan ongkos kerja dan tenaga perawatannya. Selanjutnya, lewat proses diskusi dan pencarian melalui perkumpulan pengemar dan peternak kambing boer, tiga sekawan ini memutuskan mulai usaha kambing persilangan jenis boer. Bermodal keahlian Susan sebagai inseminator, atau ahli kawin suntik, dimulailah upaya mendapatkan turunan kambing boer dengan cara mengawinsuntikkan kambing kacang betina dengan sperma jantan boer yang didapat dari Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. “Dari 10 ekor kambing betina hamil berisi anakan kambing boer, kini berkembang menjadi 60 indukan kambing, terdiri dari betina boer F1 dan kambing betina jenis jawa yang semuanya bunting anakan kambing boer,” sambung Arwin, yang lulusan Teknik Listrik jurusan Arus Kuat Institut Teknologi Nasional Malang. Selama kurun waktu 2007 hingga 2009, sudah banyak kambing anakan F1 dan kambing jawa betina berisi anakan boer yang terjual ke peternak-peternak kambing di wilayah Jawa, khususnya Jawa Tengah dan Jawa Barat dan sebagian Jawa Timur. Pengiriman ke luar pulau seperti Palembang, Aceh dan Kalimantan pun sudah dilakukan. Sejauh ini, peternakan HAS Boerhasil memang baru berkonsentrasi dalam masalah pembibitan. Hal ini bukan tanpa alasan. “Kami ingin mempopulerkan dulu, menyosialisasikan kambing jenis boer ini karena harus diakui jenis ini masih belum terlalu dikenal ketimbang kambing jenis lainnya. Dan kami ingin boer itu berkembang, artinya banyak peternak yang mengembangkannya, yang artinya harga daging boer bisa saja akan turun tidak terlalu tinggi dengan banyaknya barang di pasaran, sehingga serapan pasar (konsumen) lebih besar,” terang Susan yang hanya lulusan SMA ini. Susan dan Arwin percaya, pengembangan kambing boer akan membantu terwujudnya swadaya daging yang dicanangkan oleh pemerintah pada 2014. why Sediakan Pasar Indukan kacang atau kambing jawa bunting berisi anakan boer dilepas HAS Boerhasil dengan harga antara Rp1.300.000 hingga Rp 1.800.000. Mungkin terlihat mahal. Tapi jika dilihat secara hitungan matematis turn over keuntungan penjualan anakan cukup tinggi. Break event point (BEP) bisa lebih cepat, yang artinya tinggal keuntungan yang diraih. Indukan kambing berisi boer bisa berisi satu hingga tiga anakan. Rata-rata kambing betina melahirkan dua anak. Mortalitas atau tingkat kematian anakan saat lahir juga sangat kecil. Betina dalam dua tahun bisa bereproduksi tiga kali, sementara biaya sekali inseminasi buatan atau kawin suntik antara Rp 75.000-Rp100.000. Setelah pembesaran sekitar dua bulan, satu kambing anakan boer bisa laku sekitar Rp 300.000 hingga Rp 350.000. Bandingkan dengan kambing jenis lokal ukuran dewasa (sekitar lima bulan) yang di pasaran dibandrol harga yang sama. Ukuran anakan kambing boer pun lebih besar dengan anakan kambing jenis lokal dengan usia yang sama. “Biaya pakan pun sama, bahkan untuk skala peternakan yang kami miliki, satu kambing hanya menghabiskan biaya Rp 2000 per harinya. Setelah itu (produksi) yang ada tinggal untungnya saja. Investasi awal terbesar mungkin pada penyediaan kandang sehat,” beber Susan. Bagi yang ingin memulai beternak, Susan dan Arwin menjanjikan ketersedian pasar yang besar. Baik itu untuk daging ataupun untuk pembesaran. HAS Boerhasil siap membantu proses pemasaran kambing-kambing tersebut. “Kami siap membeli anakan-anakan boer tersebut, karena kami sendiri terkadang kewalahan dalam memenuhi pemasaran,” lanjut Susan yang membuat blog khusus, www.arjowinangun-boerfarm.blogspot.com , sebagai sarana pengenalan bisnisnya di masyarakat. Sejauh ini, untuk memenuhi permintaan pasar yang tinggi khusunya untuk pembibitan, HAS Boerhasil membangun sistem kemitraan kepada para peternak-peternak kecil di wilayah Malang Raya. why
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved