- Malas Belajar, Kaget Lulus Terbaik
SURABAYA | SURYA - Bergegas mencari Harian Surya, Kanya Catya baru percaya namanya dipasang pada urutan atas untuk siswa peraih Unas terbaik di Surabaya. ”Padahal saya anak yang malas,” bisik Kanya mengaku.
Wajah gadis ini sumringah saat tahu nilai Bahasa Indonesianya utuh 4,00. Dengan nilai Unas 39,55 untuk empat pelajaran –Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan IPA—siswa SMPN 1 Surabaya ini mengungguli 34.199 siswa SMP yang ikut Unas di Surabaya.
Meski mengaku malas belajar, anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Ricko Andang dan Sri Suryati ini punya cara sendiri untuk belajar. ”Saya pakai SKS alias sistem kebut semalam,” katanya tertawa.
Cara ini sempat membuat ibunya khawatir. Ibu Kanya juga mengakui bahwa putrinya ini bukan termasuk siswa yang tekun belajar. Tetapi melihat anaknya yang cerdas, punya pribadi matang, dan tidak merasa terbeban ketika menghadapi sesuatu, Sri Suryati membiarkan cara yang dipilih Kanya. “Mungkin itu yang jadi kunci sukses dia,” jelasnya.
Mengakui malas, Kanya sempat tak percaya dia menjadi yang terbaik tahun ini. Saat diberitahu temannya pukul 07.00 WIB, dia harus berkali-kali menegaskan ulang ke temannya, betulkah nilai Unasnya nomor satu se-Surabaya untuk meyakinkan diri.
”Kalau tak percaya, baca Surya, di situ ada namamu,” ujar siswa kelahiran Surabaya, 4 April 1996 ini kepada Surya, Sabtu (20/6). Setelah membaca Surya, Kanya sangat bersyukur. ”Alhamdulillah,” katanya.
Gadis ini mengaku tidak ada yang istimewa pada dirinya. Dia baru belajar serius, kalau mau ada ulangan. “Makanya saya antara percaya dan tidak. Karena banyak teman saya yang lebih pintar,” imbuhnya.
Meski merasa malas belajar, Kanya termasuk siswa dengan otak encer. Sejak di SD Muhammadiyah 4 Pucang dia selalu juara kelas. Bahkan dia meraih nilai terbaik UASBN di sekolah itu. Itu berlanjut saat di SMPN 1. Di sekolah favorit ini, prestasi akademiknya juga cukup menonjol, selalu masuk 10 besar.
“Dia termasuk siswa yang aktif bertanya di kelas sekaligus menjawab kuis dan pertanyaan,” puji Susi Rohmani, guru Bahasa Indonesia.
Kepala SMPN 1 Surabaya, Mochtar, berharap prestasi yang diraih anak didiknya ini tahun depan dapat dipertahankan lagi. “Semua pihak di sekolah ini harus berusaha menjaga tradisi menjadi yang terbaik di Surabaya,” harapnya.
mujib anwar