Pasutri Diracun Sianida, Pembunuhan Wisma Prambanan
SIDOARJO-SURYA-Penyidikan pembunuhan yang menewaskan dua pasangan suami istri (pasutri) di Wisma Prambanan, Jl Letjen Sutoyo, Waru, Sidoarjo, awal April lalu, kian terang. Dukun pengganda uang dan tukang becak yang disuruh membeli racun oleh pelaku utama sudah diperiksa penyidik.
Pemeriksaan terhadap dukun pengganda uang yang berdomisili di Jatim bagian barat ini setelah penyidik menemukan tiket bus jurusan Semarang-Jakarta di tas korban Nahrawi. Setelah ditelusuri, dukun pengganda uang itu ketemu. Saat diperiksa penyidik, dukun itu membenarkan jika Nahrawi dan istrinya Samawiyah, Bohnan, serta Miwati datang ke rumahnya. “Mereka datang bersama Dewi dan Musleh,” tutur Kapolres Sidoarjo AKBP Drs Setija Junianta, Minggu (10/5).
Menurut Setija, dukun itu mengakui menuliskan kata-kata di secarik kertas yang ditemukan di dompet Nahwari. Inti tulisan itu agar ramuan diminum dengan mata terpejam dan membaca shalawat sebanyak tiga kali. Rupanya, itu yang disalahgunakan pelaku utama yang identitasnya sudah dikantongi penyidik. Cairan itu kemudian dicampur dengan racun. “Sejauh ini kami belum kros cek antara dukun pengganda uang dengan pelaku utamanya,” jelas mantan Kasat Pidum Ditreskrim Polda Jatim.
Dituturkan perwira murah senyum itu, racun yang dicampur pelaku dengan kopi itu diperoleh secara terpisah lewat seorang tukang becak yang diberi imbalan uang. “Racunnya diperoleh di Sumenep. Tukang becak yang membeli dan penjual racun sudah kami periksa,” ungkap Setija.
Apakah dukun pengganda uang dan tukang becak turut dijadikan tersangka dalam kasus ini? Kapolres mengaku masih butuh penyelidikan lagi, karena masih banyak mata rantai yang terputus. Bahkan perempuan yang diduga kuat sebagai otak pembunuhan itu sangat licin dan mematahkan semua alibinya. Namun penyidik memegang 'kuncinya' yakni kenapa Dewi dan Musleh yang katanya menagih uang Rp 800.000 pada Nahrawi meninggalkan lokasi saat kejadian. “Yang jelas, penyidikan kami lakukan dengan pelan tapi pasti. Itu semua untuk menghindari tersangka lepas dari jeratan hukum,” ujarnya.
Sejauh ini lanjut kapolres, belum ada orang yang ditetapkan sebagai tersangka. Namun penyidik sudah memiliki ancang-ancang dua orang tersangka. Siapa orangnya, kapolres hanya memberi sinyal jika otaknya seorang perempuan dan seorang laki-laki yang turut membantu.
Bahkan jumlah tersangka pembunuhan ini bisa bertambah, karena banyak orang yang turut serta.“Perkara ini akan kami gelar lagi dengan kejaksaan. Itu semua untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan,” urainya.
Sementara menurut sumber di kepolisian, sianida adalah racun yang mematikan. Jika tertelan atau dicampur dalam minuman asupan makanan atau minuman, tidak sampai lima menit orang akan tergelepar.
Seperti diberitakan, dua pasutri asal Sumenep itu tewas di kamar berbeda. Nahrawi dan istrinya Samawiyah ditemukan di kamar 25 dan Bohnan dan Miwati ditemukan di kamar 35.
Di kamar 35 itu juga ditemukan Wulandari, 5, dalam kondisi masih hidup dan menangis di perut ibunya, Miwati.
Kedua pasutri itu check in di Wisma Prambanan sejak Selasa (31/3) dan diperpanjang hingga Rabu (1/4). Tak lama kemudian menyusul Musleh-Dewi check in di kamar 37. Namun pada Rabu itu Musleh dan Dewi check out pukul 10.00 WIB. Jenazah kedua pasutri ditemukan Kamis (2/4) oleh petugas hotel yang mau mengingatkan jam sewa kamar sudah habis. mif
Berita Terkait