Mobil Terbelah, 9 Mahasiswa Tewas

BATU | SURYA-Pesta ulang tahun yang digelar sekelompok mahasiswa dari sejumlah kampus di Kota Malang, Rabu (15/4) malam, berakhir dengan tragis. Sembilan dari 17 mahasiswa itu tewas mengenaskan setelah kendaraan yang mereka tumpangi menabrak sebuah pohon angsana di Jl Panglima Sudirman, Kota Batu. Seluruh korban yang meninggal di tempat, merupakan mahasiswa dari empat perguruan tinggi ternama di Kota Malang. Mereka berasal dari berbagai tempat seperti Malang, Sidoarjo, Pasuruan, NTB (Nusa Tenggara Barat), Lumajang, Sumenep serta Bali. Kecelakaan itu terjadi Kamis (16/4) dini hari sekitar pukul 00.10 WIB. Kendaraan Daihatsu Taruna dengan nopol DK 1070 XB, yang ditumpangi empat mahasiswa serta lima mahasiswi ini, terlihat melaju kencang sekitar 100 km/jam. Tak lama setelah melintas di depan SPBU Lahor, mobil naas itu menabrak pohon di tepi jalan dekat SPBU Lahor. Polisi masih menyelidiki penyebab pasti kecelakaan. Namun, para mahasiswa-mahasiswi itu disebutkan usai berpesta ria, merayakan ulang tahun salah-seorang dari mereka di sebuah vila di kawasan wisata Songgoriti, Batu. “Terdengar suara keras, dan saya bersama beberapa orang berlarian ke lokasi kejadian,” kata saksi mata Eko Cahyono, 30, pegawai SPBU Lahor Jl Panglima Sudirman. Menurut Eko, mobil terlihat sudah terbelah cukup panjang, dari bagian depan (jok pengemudi) hingga bagian tengah (jok penumpang). Ini membuat beberapa warga dan polisi yang hendak menolang korban yang duduk di kursi jok tengah kesulitan karena korban berada dalam posisi terjepit. “Kami tak tahu persis kejadian awalnya. Tahu-tahu sudah terdengar suara keras dan saat kami melihat ternyata mobil itu sudah nyungsep di pohon samping warung saya,” tutur Mulyo Miseno, pemilik warung pangsit di samping Tempat Kejadian Perkara (TKP), Kamis (16/4). Mulyo bersama beberapa saksi lainnya langsung berlarian mendekat ke TKP. Hampir bersamaan dengan tabrakan, Mulyo melihat dua penumpang perempuan yang berada di bangku depan terpental ke depan mobil dan tergeletak di samping pohon. Seorang korban yang terpental keluar, sudah tak memiliki kaki kiri karena tertinggal di terjepit dalam mobil. “Setelah tabrakan saya tak mendengar satu pun suara jeritan ataupun rintihan minta tolong. Seketika suasana hening. Saat kami membuka pintu mobil, yang saya lihat darah berceceran di mana-mana, dan yang terdengar hanya suara seperti ngorok dari beberapa korban yang sudah kritis,” kata Mulyo. Mulyo sempat menolong satu korban yang masih bernapas, tapi akhirnya dia pun meninggal dalam perjalanan ke RS Hasta Brata, Kota Batu. Saat mengevakuasi para korban, Mulyo mendapati bagian depan mobil sudah terbelah hingga ke bangku tengah mobil. Karena itu, empat penumpang di jok tengah sulit dikeluarkan karena terjepit. “Mesin mobil bagian depan sudah tak berbentuk lagi. Jok penumpang bagian depan mobil ringsek terhantam pohon. Namun anehnya, pohonnya tak roboh,” imbuh Mulyo. Untuk mengetahui penyebab kecelakaan, Tim Laboratorium Forensik Polda Jatim turun memeriksa TKP. Di lokasi kejadian tak didapatkan tanda-tanda penggunaan rem mendadak, selain cuma bekas benturan mobil dengan trotoar yang berjarak beberapa meter dari pohon yang ditabrak. “Ini termasuk kecelakaan lalu lintas menonjol, di mana korbannya lebih dari lima orang. Tapi hingga saat ini kami masih mengumpulkan data di lapangan,” ungkap AKBP Ir Didik Subiantoro, Kepala Unit Fisika dan Instrumen Forensik Polda Jatim. Ban Pecah Sementara itu, Kapolres Kota Batu, AKBP Tejo Wijanarko SIK, memprediksi penyebab kecelakaan utama adalah pecahnya ban bagian kiri belakang mobil yang sudah aus. Kendaraan semakin sulit dikendalikan karena mobil melaju dalam kecepatan tinggi, yakni sekitar 90-100 Km per jam. “Jalan yang menurun di lokasi kejadian, memperparah keadaan. Buktinya ban kiri belakang terbelah, dan mobil spontan meloncat serta menabrak trotoar, yang akhirnya menabrak pohon angsana yang ada di samping trotoar,” terang Tejo. Ditambahkan, selain karena faktor kecepatan yang tinggi, faktor kelebihan beban juga membuat ban kiri belakang buatan tahun 2000 itu pecah. Sebab, Taruna jenis F 500 RVT itu hanya didesain untuk 6 penumpang, sementara di dalam mobil ada 9 penumpang. “Kami tak menemukan adanya botol minuman keras (miras) di dalam mobil. Tapi hasil visumnya baru akan keluar besok (Jumat ini, Red) untuk memastikan kondisi para korban sebelum kecelakaan terjadi,” tandasnya. Rombongan mahasiswa yang berangkat Rabu (15/4) malam dari Kota Malang menuju ke Batu itu, diperkirakan dalam rangka berpesta. Dari penuturan beberapa teman korban yang menunggu di kamar mayat Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang, rombongan menuju Kota Batu, tepatnya ke sebuah vila di Songgoriti, untuk merayakan ulang tahun salah seorang di antara mereka. Ocha, teman satu kos korban yang bernama Meutia Sony Agustin dan Ririn Erniati, menuturkan, dirinya sempat diberitahu bahwa rombongan hendak pergi ke Batu untuk merayakan ulang tahun teman. "Meutia dan Ririn berangkat sekitar pukul 18.30 WIB dari Kota Malang. Katanya ingin merayakan pesata ulang tahun temannya. Tapi saya kurang tahu siapa teman yang dimaksud," kata Ocha yang kemarin terus menangis kehilangan dua sahabat sekaligus. Kesedihan Ocha bertambah, mengingat dirinya sempat membujuk Meutia, yang biasa dipanggilnya Meme, untuk tidak pergi ke Batu. "Sebelum dia berangkat, saya sempat ngomong `Me, kamu mbok jangan berangkat. Wajahmu itu loh kayak nggak ada kehidupan`. Saat itu wajah Meme tidak segar seperti orang tidak mandi. Tapi dia tetap berangkat," tutur Ocha mengenang perjumpaan terakhirnya dengan korban. Andy --teman satu kontrakan dari korban Anang Kasim (pengemudi dan pemilik mobil naas Daihatsu Taruna) dan Firdaus Sastra P--juga menyebutkan bahwa kedua temannya itu pergi untuk menghadiri pesta ultah seorang kawan. "Saya diajak Ferry (panggilan Firdaus Sastra, red) ke pesta ulang tahun temannya di Batu. Tapi saya menolak, karena ingin lihat sepak bola Manchester United melawan FC Porto (dalam pertandingan Liga Champions yang disiarkan langsung RCTI Kamis dinihari, red). Mungkin kalau saya ikut, bisa mati juga karena ikut mobilnya mas Anang," kata Andy, yang tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK) Universitas Negeri Malang. Andy hanya mengingat, sore itu sebelum berangkat, Ferry terlihat sedikit aneh, dengan hanya memakai celana pendek kolor bertelanjang dada tapi terus mencangklong tas. Rofii, teman kuliah Anang Kasim, juga merasakan hal yang aneh dari temannya. Dia melihat wajah Anang sangat pucat dan cenderung jadi pendiam. Teman dari korban Nia Ifadah yang tidak mau disebutkan namanya, menuturkan bahwa Nia bilang akan pergi menghadiri pesta ulang tahun Kris, yang merupakan pacar Enok --teman satu kos Nia di Jl Tirto Mulyo, Landungsari, Malang. "Mereka akan ke ulang tahun Kris, pacar Enok. Saya tidak tahu, ultah Kris kapan," katanya. Namun, Enok yang dikonfirmasi membantah bahwa yang menggelar acara pesta itu adalah pacarnya. "Saya tidak tahu siapa yang menggelar pesta ultah, saya sendiri tidak ikut," kata Enok yang siang itu terus terisak mengenang kematian sahabatnya. Sementara itu, kehadiran keluarga besar Anang Kasim dan teman-temannya di kamar mayat RSSA membuat suasana terasa kian mengharukan. Syamsul Arif (ayahanda Anang) dan rekan-rekannya menggelar salat jenazah dan melakukan tahlil dengan bacaan ayat-ayat suci Al-Quran. Duka mendalam juga menyelimuti keluarga korban Meutia Sony Agustin. Tangis haru orangtua, adik dan kerabatnya tak dapat dibendung saat jenazah Meutia tiba di rumahnya di Jl Kartini 96, Kelurahan Bangilan, Kecamatan Gadingrejo, Kota Pasuruan, Kamis (16/4). Masih melekat dalam ingatan Sulis Suprapti (ibunda Meutia) saat Meutia tengah sibuk mengerjakan skripsinya sehingga harus bolak-balik Pasuruan-Malang beberapa hari lalu. Namun, begitu kembali kemarin, mahasiswa semester 10 Jurusan Komunikasi, FISIP, Unmuh Malang itu ternyata sudah tak bernyawa. Meutia adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Sebelum meninggal, Sulis sempat merasakan kangen yang berlebihan terhadap putrinya itu. “Tidak seperti biasanya, saya merasa kangen betul dan perasaan ingin ketemu itu sulit dibendung. Karena itu, saya menyempatkan diri mendatangi dan menemaninya mengerjakan skripsi di tempat kosnya tiga hari lalu. Bahkan semalam sekitar pukul 22.00 WIB (sekitar 2 jam sebelum kecelakaan, red), saya telepon lagi dia lewat ponsel karena kangen,” ucap Sulis dengan nada lirih menahan kesedihan ditinggal putri kesayangannya. Meutia ternyata tercatat juga sebagai caleg dari Partai Republikan untuk DPRD Kota Pasuruan. “Namun, ia tidak memikirkan pencalegannya karena konsentrasi mengerjakan skrips,” kata Subianto, paman Meutia. Jasad Meutia dikebumikan di TPU Gadingrejo, Kamis (16/4) sore. st11/why/ekn/tof/st13/mif
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved