Kilas Balik
Pilot TNI AU Buntuti Rudal Penghancur Kapal Hingga Kecepatan 1.000 km/Jam, Salah Sedikit Fatal!
Kilas balik kali ini membahas aksi gila pilot pesawat tempur F-5E Tiger Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Udara (AU) saat membuntuti rudal.
SURYA.CO.ID - Kilas balik kali ini membahas aksi gila pilot pesawat tempur F-5E Tiger Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Udara (AU) saat membuntuti rudal penghancur kapal Harpoon.
Butuh ketangguhan dan ketelitian luar biasa karena salah sedikit akibatnya bisa fatal.
Cerita heroik pilot TNI AU ini dilansir Surya.co.id dari Kompas.com yang menukil dari buku 'Elang Tanah Air di Kaki Lawu: Sejarah Pangkalan Udara Iswahjudi, 1939-2003.

Seperti diketahui, grounded-nya alutsista made in Soviet sepanjang tahun 1970-an berimbas pada lumpuhnya kekuatan militer Indonesia terutama di Angkatan Udara (TNI AU).
Seperti berbalik 180 derajat, padahal dekade 1960-an arsenal TNI AU merajai bumi bagian selatan, amat kuat dan ditakuti.
Lumpuhnya kekuatan udara TNI AU pastilah berimbas pada tingkat kesiapan dalam menjalankan sebuah operasi militer.
Hal ini terjadi pada Operasi Seroja merebut Timor Timur di mana TNI AU harus menggunakan pesawat tua lansiran Perang Dunia II macam B-25 Mitchell dan C-47 Dakota sebagai tulang punggung operasi.
Presiden Indonesia kala itu sadar bahwa kekuatan TNI AU harus disegarkan kembali demi menjaga eksistensi tentara langit mengawal kedaulatan Republik.
Maka dengan lobi-lobi, Indonesia berhasil membeli jet tempur kelas 'sangar' pada waktu itu yakni F-5E Tiger dari Amerika Serikat dan A4-E Skyhawk bekas pakai AU Israel.
Namun tak mudah bagi para pilot TNI AU menerbangkan F-5E.
KSAU Marsekal Yuyu Sutisna yang dulu merupakan pilot F-5E mengatakan perlu keahlian khusus menerbangkan si Freedom Fighter.
"Bentuknya sangat ramping sehingga kecepatannya tinggi dan harus pas mengatur pendaratan.
Sangat mudah terjadi over shoot -melewati pendaratan- sehingga pesawat celaka," kata Yuyu.
Yuyu juga mengalami era transisi di mana F-5E diupgrade kemampuannya dari sistem analog ke komputerisasi.
Program upgrade kemampuan itu diberi nama Modernisation of Avionics Capabilities for Armament and Navigation (MACAN).