Berita Jember

Duh, Ruang Kelas SDN Mulyorejo 5 di Jember Rusak Parah dan Membahayakan Siswa

Lima tahun, tiga ruang kelas di SDN Mulyorejo 5, Kecamatan Silo, Jember, rusak parah tak pernah diperbaiki. Ini jelas bahaya untuk siswa.

Penulis: Sri Wahyunik | Editor: Eben Haezer Panca
surabaya.tribunnews.com/sri wahyunik
Sejumlah siswa belajar di dalam ruang kelas yang sudah hancur berantakan di SDN Mulyorejo 5, Kecamatan Silo, Kabupaten Jember. 

SURYA.co.id | JEMBER - Lebih dari lima tahun, tiga ruang kelas di SDN Mulyorejo 5, Kecamatan Silo, Jember rusak parah. Bahkan satu ruang kelas, yakni ruang kelas VI tidak bisa lagi ditempati. Sembilan orang murid kelas VI terpaksa memakai ruang perpustakaan sebagai ruang kelas.

Murid kelas VI harus 'mengungsi' karena kondisi kelas yang tidak layak. Atap ruang kelas itu telah jebol, dan membahayakan jika di bawahnya ada aktivitas. Kayu penahan atap juga sudah tidak tersambung. Demi alasan keamanan, pelajar kelas VI dipindah ke perpustakaan kecil sekolah itu.

Ruang kelas rusak berat selanjutnya ada di kelas V. Sebagian besar atap jebol. Plafon sudah rontoh, dan atapnya jebol. Walhasil, murid kelas V bisa menatap langit dari dalam kelasnya.

Namun karena masih ada atap yang tertutup di kelas V membuat kelas ini masih difungsikan. Tetapi bangku dan meja murid harus ditata sedemikian rupa, menjauh dari area yang jebol.

"Ruang kelas V ini sebenarnya membahayakan, namun tetap harus ditempati karena tidak ada ruang kelas lain. Semuanya terpakai. Bahkan kelas VI sudah pindah ke perpustakaan karena ruang kelasnya lebih rusak parah. Untuk kelas V, harus ditata sedemikian rupa, menjauh dari area yang jebol. Saat hujan dan angin ya murid kami keluarkan. Kami khawatir ada genteng yang jatuh dan mengenai kepala murid, kan bahaya," ujar Plt Kepala SDN Mulyorejo 5, Suparta Evan yang dihubungi Surya, Kamis (28/2/2019).

Akibat jebolnya atap ruang kelas itu, hujan pun menerobos masuk ketika turun. Ketika hujan deras disertai angin, maka guru mengajak para murid keluar dari kelas. KBM (kegiatan belajar mengajar) terpaksa dihentikan sementara.

Selain ruang kelas V, ruang kelas yang rusak selanjutnya adalah ruang kelas IV. Kerusakan juga ada di atap. Genteng, rangka, dan plafonnya tidak ada. Walhasil, langit pun terlihat dari dalam kelas. Kerusakan di ruang kelas IV memang tidak sebanyak ruang kelas V.

"Tapi ya tetap sama-sama berbahaya. Kerusakan sepertinya lebih dari lima tahun, dan belum ada perbaikan," imbuhnya.

Gaji Pegawai Kontrak Pemkab Sidoarjo Dipangkas, Sebagian Akhirnya Memilih Mundur

Hotel-hotel di Bondowoso dan Lumajang Kecipratan Rejeki Dari Jember Fashion Carnaval (JFC)

Ditolak Dimakamkan di Pemakaman Islam, Jasad Nunuk Akhirnya Dimakamkan di Tanah Kas Desa

Suparta dan para guru sekolah itu mengkhawatirkan keselamatan para siswa akibat kerusakan atap sekolah tersebut. Karenanya, Suparta berharap Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jember memasukkan sekolah itu dalam daftar sekolah yang segera diperbaiki.

"Kami harapkan segera ada perbaikan, karena kami benar-benar khawatir dengan keselamatan anak-anak. Sangat segera membutuhkan perbaikan. Kata operator kondisi SDN Mulyorejo 5 sudah masuk ke Dapodik (Data Pokok Pendidikan)," lanjut Suparta.

Desa Mulyorejo Kecamatan Silo termasuk dalam desa terjauh dan terpencil dari pusat Kota Jember. Desa ini berjarak sekitar 50 kilometer dari pusat kota, dan berada di lereng Pegunungan Gumitir. Mulyorejo termasuk desa yang dekat dengan kawasan yang sempat ramai beberapa waktu lalu yakni tambang emas Blok Silo.

SDN Mulyorejo 5, salah satu sekolah negeri di desa itu, bisa disebut sebagai sekolah paling pinggir. Sekolah yang berada di kaki pegunungan itu berada di Dusun Batu Ampar Desa Mulyorejo. Ada 75 orang murid di SDN Mulyorejo 5 mulai kelas I sampai kelas VI. Ada enam ruang kelas untuk masing-masing kelas.

Menurut Suparta, jumlah murid tiap ajaran baru berubah. "Kalau sekarang 75 orang , sebelumnya sekitar 93 orang. Murid tiap kelas kurang dari 20 anak. Memang muridnya hanya warga dusun sekitar," imbuh Suparta.

Selain kondisi bangunan yang memprihatinkan, sekolah itu juga tidak memiliki guru berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS). Hanya Suparta yang berstatus PNS, dan seorang penjaga sekolah. Suparta juga harus merangkap jabatan kepala sekolah di dua SD. Dia menjabat sebagai kepala sekolah definitif di SDN Mulyorejo 4, dan Plt Kepala SDN Mulyorejo 5. Letak dua sekolah ini sekitar 8 kilometer.

11 orang guru di SDN Mulyorejo 5 berstatus sukwan atau sukarelawan. Itu pun, lanjut Suparta, hanya enam orang guru yang aktif karena tempat tinggal guru sukwan itu jauh dari sekolah itu, juga karena faktor gaji yang dinilai rendah.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved