Berita Lamongan
Makan Normal Sehari 2 Kali, Bobot Remaja di Lamongan Hampir 200 Kg. Putus Sekolah Karena Ini
Peningkatan berat badan Silvia diketahui sejak usia 9 tahun. Saat itu, tubuh Silvia terus membesar meski hanya makan 2 kali sehari
Penulis: Hanif Manshuri | Editor: irwan sy
SURYA.co.id | LAMONGAN - Jika umumnya siswa putus sekolah karena alasan biaya, tidak dengan Silvia Dwi Susanti (15), seorang gadis warga Desa Cangkring, Kecamatan Bluluk, Lamongan, Jawa Timur.
Silvia hanya mengenyam pendidikan hingga kelas 3 SD. Setelahnya, anak desa ini erpaksa meninggalkan bangku sekolah untuk selamanya.
Alasannya, ia malu dengan kondisi badannya yang terus membesar hingga obesitas hingga kini usia 15 tahun.
Saat ini timbangan badannya berbobot 2 kuintal, berat badan yang tak sebanding dengan usia dan perkembangan normal badan manusia pada umumnya.
"Saya sejak kelas 4 MI sudah tidak sekolah, malu," kata Silvia ketika ditemui wartawan di rumahnya belum lama ini.
Anak pasangan Suroso dan Misri terpaksa putus sekolah sejak kelas 4 SD lantaran susah berjalan dan malu dengan teman-temannya di di sekolah.
Diungkapkan Silvia, ia memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolah sejak kelas 4 MI. Saat itu, berat badannya mencapai 139 kg.
Kedua orangtuanya tak kuasa dengan keputusan putrinya untuk tidak lagi sekolah.
"Mau gimana, lha wong anaknya malu," kata Misri.
Perkembangan berat badan anaknya itu memang tidak lazim, seperti perkembangan sebayanya.
"Saya tiap hari makannya kita hanya 2 kali," ungkapnya
Usianya kini sudah 15 tahun, berat badan Silvia semakin naik hingga mencapai 197 kg.
Jangankan untuk berangkat ke sekolah bersama teman-temannya, setiap harinya Silvia hanya bisa melihat televisi di rumah dan sesekali berjalan selama beberapa meter beranjak dari tempat duduknya karena mengalami gangguan pernafasan.
Rutinitas Silvia setiap hari kini hanya menikmati program-program TV dan sesekali berjalan selama beberapa menit.
Peningkatan berat badan Silvia diketahui sejak usia 9 tahun. Saat itu, tubuh Silvia terus membesar meski hanya makan 2 kali sehari.
Padahal sebelumnya, tidak ada tanda-tanda kelainan ketika Silvia dilahirkan.