Bom Surabaya
Ali Fauzi : Pelaku Teror Bom Bunuh Diri Ajak Seluruh Keluarga Agar Masuk Surga Bersama
Menurut mantan kombatan Ali Fauzi, kecenderungan pelaku teror bom bunuh diri di Surabaya mengajak keluarga agar bisa masuk surga bersama.
Penulis: Hanif Manshuri | Editor: Eben Haezer Panca
SURYA.co.id | LAMONGAN - Dua hari berturut-turut, Surabaya diguncang teror bom. Sejumlah serangan melibatkan para pelaku yang memiliki hubungan keluarga.
Menurut mantan kombatan Ali Fauzi, di Indonesia baru pertama kali ini pelaku mengajak semua anggota keluarganya.
Namun praktik semacam itu sudah biasa dilakukan oleh para teroris di luar negeri seperti Suriah dan Irak.
"Di Indonesia memang baru pertama kali ini. Kalau di Suriah dan Irak sudah biasa," ungkapnya.
Pola melibatkan seluruh anggota keluarga itu sudah biasa, contohnya dari Desa Tenggulun Kecamatan Solokuro, tiga saudara sekaligus adik, kakak, bahkan keponakan dan sepupu pernah terlibat dalam jaringan teroris.
"Tidak aneh lagi," ungkapnya.
Baca: Kisah Lengkap Bocah Perempuan 7 Tahun yang Ikut Ngebom Polrestabes Surabaya Kuras Air Mata
Baca: Ini Rencana Tuhan, Begini Nasib Bocah 7 Tahun yang Diajak Mengebom Polrestabes Surabaya
Baca: Risma: Nalarku Gak Sampai. Kita yang Mengandung, Disusui, Disuapi kemudian Diajak Mati
Pola ini, katanya, memang mengadopsi praktek-praktek di luar negeri.
Para pelakunya menganggap dengan melakukan itu akan mengajak semua anggota keluarganya masuk surga.
Keyakinan itulah yang menyebabkan mereka sampai mengajak anggota keluarganya untuk mati bersama.
Terkait sasaran di Surabaya, menurutnya, karena Surabaya atau Jawa Timur selama ini sebagai reproduksi calon pengantin dan juga reproduksi bom.
Dipilihnya Jawa Timur juga terkait terbatasnya pendanaan. Dengan memilih Jatim, mereka tidak perlu mengambil orang orang dari luar daerah.
Dalam pemahamannya, teror semacam ini masih menjadi ancaman di Indonesia.
Pola-pola ISIS ini, termasuk JAD, pengikutnya cukup banyak dan menyebar hampir di seluruh wilayah Indonesia.
"Cukup banyak pengikut JAD," katanya.
Bukan Rekayasa
Ali Fauzi menyebutkan, terorisme di Indonesia bisa dibilang sudah masuk tahap komplikasi. Penanganannya harus melibatkan ahlinya. Termasuk harus melibatkan orang yang pernah terlibat dalam medan ini.