Sosok Inspirasi

Muhammad Zamroni: Berotak Modern Tanpa Tinggalkan Sarung

Tapi jangan ragukan ilmu dan pengusaan teknologi mereka. Mereka akan setara dengan anak di sekolah-sekolah modern.

Penulis: M Taufik | Editor: Parmin
surya/m taufik
Muhammad Zamroni 

PENAMPILAN  para siswa di Kampoeng Sinaoe mirip anak-anak pesantren. Mayoritas mengenakan sarung dan berbusana muslim.

Tapi jangan ragukan ilmu dan pengusaan teknologi mereka. Mereka akan setara dengan anak di sekolah-sekolah modern.

Sehari-hari mereka berkomunikasi dengan bahasa Ingris. Lihai mengoperasikan komputer, mahir matematika, piawai broadcasting, dan menguasai berbagai ilmu pengetahuan lain.
Tak luma keberagamaan dan kepedulian lingkungan juga ditamankan di sini.

“Karakter yang paling utama, yang kami usung

disini adalah spirit pesantren,” ungkap Muhammad Zamroni.

Selain belajar bahasa, matematikan, dan teknologi informasi, di sini ditanamkan tentang kebangsaan, kebhinekaan, dan norma-norma ketimuran ala Indonesia.

“Kampoeng Sinaoe ini salah satu tagline-nya adalah belajar tanpa batas ruang dan waktu. Tampilan tradisional tapi visioner,” tukas Azam, panggilan Zamroni.

Azam menyulap ruang menjadi perpustakaan. Berbagai literasi disediakannya. Termasuk kitab-kitab yang biasa digunakan di pesantren. Ia juga kembangkan komunitas seni tari, komik, video grafis, jurnalistik, sinau hijau dan berbagai kegiatan lain.

Setiap Kamis malam, ia gelar pengajian murid. Sedang Rabu malam pengajian bagi guru. Dari 22 guru, sebanyak 99 persen adalah jebolan tempat ini. Ada yang masih kuliah, sudah jadi guru di lembaga formal, dan sebagainya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved