Berita Surabaya
VIDEO - Budi Waseso: Tembak Mati Bagi Pelaku Yang Kedapatan Membawa 1 Kg Narkotika
Komjen Pol Budi Waseso: Saya sudah perintahkan seluruh jajaran. 1 kg ke atas harus mati.
Penulis: Anas Miftakhudin | Editor: Cak Sur
SURYA.co.id | SURABAYA - Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Pol Budi Waseso (Buwas) menduga ada 18 jenis prekusor dari 620 ton yang akan masuk ke Indonesia lewat jalur laut kawasan Indonesia Timur. Upaya tersebut kini sudah dipantau petugas karena indikasi orang yang menerima sudah dicurigai.
Hal tersebut disampaikan Buwas demikian dipanggil saat peletakan batu pertama kantor BNNP di Jalan Sukumanunggal, Sabtu (10/2/2018). Informasinya, prekusor tersebut akan disebar dari Indonesia Timur ke beberapa wilayah di Indonesia.
"Saya sudah minta anggota untuk mendalami hal itu. Jika benar langsung selesaikan saja di lapangan" tandas Buwas.
Dalam hal ini, Buwas susah memerintahkan pada seluruh jajarannya untuk menembak mati bagi pelaku yang kedapatan membawa 1 kg narkotika. Rupanya langkah untuk memerangi peredaeran narkotika khususnya di Jatim, mendapat dukungan dari Gubernur Jatim, H Soekarwo alias Pakde Karwo.
Menurut Buwas, jumlah pelaku atau bandar narkotika yang tewas dimoncong revolver selama kurun waktu 2017, sebanyak 79 orang. Meski demikian, masih banyak pelaku atau bandar yang berani mengedarkan narkotika dengan skala besar.
"Saya sudah perintahkan seluruh jajaran. 1 kg ke atas harus mati. Terserah kalau ada yang protes sama saya. Saya sudah bilang kalah pertanggungjawaban saya dunia akhirat," tandas Buwas dalam acara peletakan batu pertama Gedung BNNP Jatim di Jalan Sukomanunggal, Sabtu (10/2/2018).
Mantan Kabareskrim, menegaskan pelaku atau bandar narkotika bisa disebut 'penghianat negara'. Pasalnya, tindakan yang dilakukan adalah merusak generasi bangsa.
"Pengkhianat itu harus dieksekusi. Dia ikut membunuh bangsa kita. Itu yang harus dipikirkan serius," tegasnya.
Menurutnya, saat ini ada 68 narkotika jenis baru. Sebanyak 65 jenis sudah masuk UU Kesehatan dan yang tiga jenis masih belum.
Dalam kesempatan itu, Buwas juga menegaskan, dari hasil evaluasi menunjukkan jika peredaran narkoba di Indonesia masih banyak dikendalikan dari Lembaga Pemasyarakatan (Lapas). Ada sekitar 90 persen pengungkapan jaringan narkotika melibatkan Lapas.
"Ini fakta. Baru saja saya menuju kesini (Surabaya) ada laporan di Aceh talah menyita 20 kg, lapas juga yang terlibat. Jadi kita harus bekerja ekstra keras untuk melaksanakan tugas ini," tandas mantan Kabareskrim.
Sebenarnya di Lapas, peraturan yang ada, sistem dan regulasi sudah ada tapi ada pelanggaran komitmen. Selain itu, sistem yang ada dirusak sehingga apa yang sudah ada tidak berfungsi dengan baik. Jaringan Lapas berkomunikasi menggunakan handphone dengan jaringan luar negeri.
"Salah satu aturan tidak boleh ada handphone. Tapi orang mau beli handphone apa saja dan nomor handphone apa saja cepet, gonti-ganti baru. Buktinya pelaku atau bandar bisa langsung berhubungan dengan jaringan luar negeri. Itu adalah hasil pantauan BNN," tutur Buwas.
Meski pantauan BNN sudah menunjukkan sinyal seperti itu, BNN tidak bisa serta merta terlibat lebih dalam pemberantasan jaringan Lapas. Karena setiap instansi memiliki kewenangan dan pertanggungjawaban berbeda.
"Tugas ini mari kita laksanakan sesuai dengan peran masing-masing dan tanggung jawab. Kita ini aparat negara, kita mengabdi kepada negara sesuai amanat negara. Itu yang harus dipegang teguh," ungkapnya.
Sementara itu, Gubernur Jatim, Pakde Karwo menyatakan sepakat pemberlakuan tindakan tegas bagi pelaku dan bandar narkoba. Pak De yang pernah menjabat Kepala BNNP Jatim, bersama Panglima Armatim, Polda Jatim dan Pangdam V/Brawijaya juga melakukan hal serupa.
"Daripada diproses akan menjadi lama. Saya setuju tembak mati. Ini bukan kegiatan melanggar HAM, saya ikut bertanggung jawab," tegas Pakde Karwo.
Tindakan yang dilakukan itu semata-mata untuk menyelamatkan masa depan anak-anak bangsa dan untuk mencegah peredaran narkotika.
"Itu bukan Petrus (penembakan misterius). Tapi penyelamatan anak-anak, cucu kita secara langsung," jelas Pake Karwo.
Menurutnya, pembangunan Gedung BNNP Jatim bukan hanya sebagai bentuk fisik tapi juga misi keseriusan penanganan masalah yang bisa menghancurkan mental yaitu memerangi narkoba.
"Ini secara simbolik (peletakan batu pertama) sebagai program. Permasalahan narkoba jika tidak ditangani serius, tidak ada manfaatnya. Nggak ada gunanya bangunan fisik jika serangan terus menerus. Komitmen dan deteksi dini harus benar-benar dilakukan dengan sungguh-sungguh," tandas Pakde Karwo.
Kepala BNNP Jatim, Brigjen P Bambang Budi Santoso, pihaknya sangat berterima kasih atas hibah dana sebesar Rp 25 miliar dari Kementerian Keuangan dan Pemprov Jatim untuk pembangunan gedung BNNP.
"Harapan kami adalah dengan adanya gedung ini, dapat menjadi prototipe BNN di Indonesia dengan pilar yang tetap mempertahankan kearifan kota/kabupaten," ujar Bambang Budi Santoso.