Citizen Reporter

Inilah 7 Jawaban Bijak Orangtua untuk Pertanyaan Kritis Anak-anak

bukannya cerewet, pertanyaan anak adalah proses belajar menemukan jawaban dan memaknai kata.. berikut 7 jurus menjawab pertanyaan mereka..

Editor: Tri Hatma Ningsih
pixabay
ilustrasi 

Reportase Rizka Amalia
Alumnus Prodi Sastra Indonesia Unesa/Pengajar di SDIT Insan Kamil Sidoarjo/aktif di Komunitas Malam Puisi Sidoarjo

“Kenapa Allah nggak kelihatan, Ma?”

PERTANYAAN  itu meluncur dari bibir Fayyez, seorang anak TK. Dan, siapa yang mengira pertanyaan itu menjadi judul buku dari Ustazah Sa’diah Lanre Said. 

Diakui Ustazah Sa’diah, putra keduanya yang saat itu duduk di bangku TK, sering mengeluarkan pertanyaan-pertanyaan kritis, baik kepadanya dan suami. Pertanyaan Fayyez biasanya seputar tauhid, akidah, ibadah, etika bersikap, hingga tentang kehidupan dan kematian.

Seperti halnya Fayyez, anak-anak seusianya juga melontarkan hal serupa. Mengapa? Menurut Ustazah Sa’diah, anak-anak yang bertanya menandakan mereka berpikir. Orangtua dan guru tak perlu khawatir atau merasa capek ketika mendapati anak-anak mereka bertanya.

Anak-anak yang bertanya menunjukkan mereka memiliki rasa ingin tahu. Selain itu, mereka sedang berusaha memahami kata-kata, ujar Ustazah Sa'diah di acara Islamic Parenting yang diadakan SD Muhammadiyah 2 Krian di Balai Desa Bareng Krajan-Krian, Minggu (29/1/2017).

Ibu dua anak tersebut menuturkan, ketika anak bertanya mereka sedang membangun memori. Otak anak ibarat rubik. Dengan bertanya, anak meletakkan satu per satu pasangan rubik. Ketika saatnya tiba, memori itu digunakan anak di masa depannya. Karena itu, penting untuk mengetahui bagaimana cara menjawab pertanyaan anak dengan cerdas dan bijak.

Dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, anak berusaha mendapat jawaban. Bila sudah mendapat jawaban, anak akan mengalami proses mengingat. Jangan sampai ingatan anak menjadi buruk, perlu cara jitu untuk menanganinya.

Menjawab kegelisahan orangtua dan guru menjawab pertanyaan anak, Ustazah Sa’diah berbagi ilmu dan pengalamannya melalui buku berjudul Kenapa Allah Nggak Keliatan, Ma?

Ustazah alumnus Pesantren Putri Al-Mawaddah Ponorogo itu memaparkan secara jelas dan detail bagaimana orangtua dan guru menyikapi pertanyaan-pertanyaan kritis anak.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menjawab pertanyaan anak secara bijak.

Pertama, orangtua ataupun guru dapat memberikan perumpamaan, permisalan dengan contoh yang sederhana. Hal tersebut dilakukan dengan permisalan yang dekat dengan dunia anak dan sesuai dengan kebutuhan.

Kedua, menjawab pertanyaan anak dengan menggunakan media di sekitar lingkungan kita. Lingkungan sekitar adalah jangkauan yang sangat dekat dengan dunia anak-anak.

Ketiga, hal yang dapat dilakukan adalah menjawab pertanyaan anak dengan mengambil pelajaran dari kisah-kisah para nabi. Selain itu, mengambil pelajaran dari sejarah orang-orang besar juga dapat dilakukan dalam hal ini.

Keempat, menjawab pertanyaan anak melalui interaksi sosial dan orang-orang terdekat.

Kelima, menjawab pertanyaan anak dengan mengambil pelajaran dari cerita-cerita binatang.

Keenam, menjawab melalui apresiasi alam.

Ketujuh, menjawab pertanyaan anak dengan praktik langsung.

Sumber: Surya Cetak
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Publikasikan Karya di Media Digital

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved