Citizen Reporter

Selamat Datang di Desa Macajah, Destinasi Kampung Terasi Asli Madura

menyelami Madura lebih dalam, kian beragam keunikan yang ditemukan, salah satunya Macajah yang dilambungkan sebagai kampung terasi.. ini alasannya..

Editor: Tri Hatma Ningsih
istimewa
terasi 

Reportase Riris Aditia Ningrum
Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Trunojoyo Madura

MACAJAH, desa di Kecamatan Tanjung Bumi, Kabupaten Bangkalan, Madura ini berada di wilayah pesisir, membuat sebagian besar warganya bekerja sebagai nelayan. Hasil laut Macajah melimpah, salah satunya udang. Warga tak hanya menjualnya secara langsung kepada pengepul, namun juga mengolahnya menjadi terasi.

Bumbu dapur yang terbuat dari fermentasi udang ini memang digemari masyarakat Indonesia. Tak heran penjualan terasi begitu pesat, termasuk di Desa Macajah. Tiga dusun di desa seluas 635,62 hektar tersebut dikenal sebagai sentra industri terasi. Di antaranya Dusun Budduk, Dusun Masaran, dan Dusun Nyancangan.

Potensi industri terasi rumahan di Desa Macajah dilirik mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Trunojoyo Madura (UTM). Mereka melabeli Macajah sebagai destinasi kampung terasi pertama di Madura.

Di desa ini, wisatawan dapat belajar membuat terasi tradisional, melakukan penelitian, serta berburu aneka terasi khas Macajah sebagai oleh-oleh.

Terasi Macajah memiliki ciri khas tersendiri. Bahan bakunya dari ebi murni tanpa campuran ikan atau tepung. Proses pembuatannya pun masih tradisional, dengan cara ditumbuk. Berbeda dengan kebanyakan terasi sekarang yang digiling menggunakan mesin.

“Kalau ditumbuk rasanya beda. Terasi lebih enak dan tahan lama. Anehnya, ketika dibiarkan lama, terasi Macajah semakin terasa enak. Bahkan, ada salah satu dosen pertanian yang tertarik menelitinya, Kok bisa rasanya semakin enak dan tak membahayakan,” tiru Fauzi, produsen terasi Macajah yang pernah menjuarai kompetisi produk unggulan tingkat Jawa Timur.

Dari segi tampilan, terasi Macajah mudah dikenali. Bentuknya silinder dan ukurannya lumayan besar, mencapai satu kg setiap kemasan. Ukuran terasi sengaja dicetak besar, karena sasaran pelanggan merupakan reseller terasi di Jawa Timur, Jakarta, dan Bali. Namun, beberapa produsen mulai inovatif mengemas terasinya dalam ukuran kecil, sehingga dapat dijual di pasar swalayan.

“Dicetak kiloan karena mayoritas pembeli adalah agen. Jadi, mereka memotong terasi lalu menjualnya lagi. Ada juga yang menjualnya dalam ukuran kecil mengikuti permintaan pembeli. Biasanya pemilik supermarket yang memesan seperti itu,” terang Fauzi, di kediamannya di Dusun Budduk, Desa Macajah.

Sebagai tindak lanjut KKN UTM, dibangun papan nama 'Selamat Datang di Kampung Terasi' yang diletakkan di jalan masuk dan keluar Desa Macajah. Selain itu, mahasiswa juga memberi pelatihan online marketing untuk memasarkan terasi Macajah secara luas. Salah satunya melalui promosi mandiri di berbagai media sosial.

Sumber: Surya Cetak
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Publikasikan Karya di Media Digital

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved