Citizen Reporter
Jangan Khawatir, Anak Disgrafia, Disleksia, dan Diskalkulia Bisa Disembuhkan
susah membaca, mengeja, mengenal angka? anak-anak mengidap disleksia, disgrafia, dan diskalkulia ini bisa disembuhkan asal diketahui sedari dini..
Reportase : Eka Sutarmi
Mahasiswa IAIN Tulungagung jurusan Bahasa Inggris
fb.com/eka sutarmi
SETIAP pembelajar pasti memiliki problema belajar, khususnya ketika mulai memasuki usia sekolah. Demikian ungkap Ayu Imasria Wahyuliarmi MSi MPsi, dalam seminar psikologi bersama himpunan mahasiswa jurusan tasawuf psikoterapi IAIN Tulungagung, Selasa (31/5/2016) silam.
Seminar mengusung tema 'Mengoptimalkan Belajar dan Mengatasi Problematika Belajar Anak' itu mencoba mengenali problema belajar anak, membuat perencanaan dan penanganannya.
Baik itu anak dengan keterbelakangan mental, autis, atau hiperaktif, mereka layaknya murid pada umumnya, mampu berbicara normal, bisa berinteraksi sosial dengan sebayanya, bisa menyampaikan ide, dan sebagainya.
Yang jadi persoalan adalah ketika mereka dihadapkan pada aspek kognitif, seperti membaca, menulis dan berhitung si anak tak mampu.
Dosen tetap IAIN Tulungagung itu mencontohkan problema belajar anak lewat contoh tulisan si anak. Ternyata, tulisanya cukup sulit untuk dipahami, banyak kesalahan bahasa, beberapa huruf ditulis terbalik, kata yang digunakan tidak terstruktur, ada beberapa suku kata yang hilang, dan sebagainya.
Untuk kasus seperti ini, ranah psikologi menyebutnya disgrafia atau mengalami kesulitan menulis. Selain disgrafia, hambatan kognitif yang sering dialami anak di usia dini adalah kesulitan membaca (disleksia), dan kesulitan mengenal angka (diskalkulia).
Ketika menemukan indikasi ketiga problema tersebut, guru atau orangtua tidak boleh serta merta memberikan label bodoh pada anak karena akan malah memengaruhi kondisi psikologisnya.
Menjadi keharusan bagi orangtua maupun guru untuk segera mengambil tindakan, seperti dengan memberikan dukungan, menumbuhkan motivasi belajar anak, atau dengan memberikan serangkaian treatment yang dapat mengubah pola belajar anak, sehingga kemampuan akademiknya bisa meningkat. Pada akhirnya, anak dengan kondisi seperti ini mampu belajar seperti anak-anak pada umumnya.
“Problematika belajar pada anak harus dikenali sedini mungkin oleh para pendidik, baik orangtua maupun guru, karena jika terlambat akan timbul masalah lebih besar lagi yang dihadapi oleh si anak tersebut,” tutupnya.