Heboh Permen Cinta
Obat Perangsang Libido Tak Sehebat Kerja Otak
Seberapa pun banyak kita mengonsumsi obat perangsang libido dan apa pun jenisnya, tidak akan bisa mengalahkan kerja otak mendorong gairah bercinta.
Jadi, sedahsyat apapun suatu obat perangsang, tetap tidak sehebat kerja otak. Selama otak tidak ‘memerintahkan’ kita melakukan aktifitas seksual, maka selama itu pula kita tidak akan melakukannya.
Dorongan seksual memang bisa bersumber dari apa yang kita konsumsi, misalnya minuman, makananm bahkan film. Namun, faktor itu itu hanya memberikan sugesti pada kerja otak tidak lebih dari 40 persen. Selebihnya faktor psikologis.
Faktor psikologis ini jauh lebih kuat ketimbang faktor obat. Saya mencontohkan, faktor ini bisa kita terima dari siapa pasangan kita, lokasi dan waktu. Sedangkan sugesti lebih karena cerita-cerita yang melatar-belakangi obat itu.
Obat perangsang itu biasanya bereaksi hebat kalau si penggunanya tidak mengetahui apa yang dikonsumsi. Karena ketidaktahuannya itu kemudian efek obat beraksi. Tapi kalau sudah tahu cerita-cerita tentang obat itu, faktor sugestilah yang mendominasi.
Saya memang baru mendengar adanya permen karet penambah libido perempuan. Biasanya, obat kuat dan perangsang itu untuk laki-laki. Namun memang tidak menutup kemungkinan perempuan mengalami masalah seksual yang sama dengan laki-laki.
Penggunaan obat semacam ini memang lazim di kalangan urban (perkotaan). Rutinitas pekerjaan menurunkan hasrat seksual seseorang. Karena itu, ada yang menempuh jalan pintas mengonsumsi obat semacam permen karet ‘Cinta’ ini.
Kalau mau dilihat, seks pada masa lampau memang menjadi simbol dominasi laki-laki terhadap perempuan. Malah sampai ada istilah, ‘istriku sudah saya taklukkan sampai klepek-klepek’. Konsep berhubungan seksual kan sejatinya tidak seperti itu.
Seks itu sebenarnya harus mengedepankan unsur rekreasi. Saling menyenangkan, bukan saling mengalahkan seperti kompetisi. Konsep ini kadang yang tidak dimiliki pasangan di perkotaan. Akhirnya obat-obat penambah seksualitas dianggap jadi solusi.
Pernah saya menangani kasus unik. Seorang perempuan datang berkonsultasi. Dia mengaku hendak menikah. Kemudian saya tanya, kalau misalkan hasrat seksual suamimu tidak sama menggebunya denganmu bagaimana?
Secara mengejutkan dia menjawab akan membatalkan perkawinannya. Alasan perempuan muda itu adalah, dia ingin mencari pendamping yang bisa memuaskannya dalan berhubungan seks. “Bukan masalah uang Dok. Saya bisa kok kerja cari uang. Bukan itu yang saya inginkan,” begitu kata dia.
Artinya, tidak perlu obat perangsang pun sebenarnya perempuan membutuhkan kehidupan seksual yang memanusiakannya. Sentuhan dan komunikasi suami menjadi kuncinya.
Tuhan sebenarnya sudah mendesain otak kita sangat kompleks. Kita kadang tidak menyadari kerja saraf yang mengatur libido itu normal. Namun, manusia memang maunya kan lebih sehingga, mereka menganggap normal itu sebagai hal yang kurang.
Sebenarnya tidak sulit menggugah libido pasangan, tidak terkecuali perempuan. Bagi suami istri, komunikasi itu menjadi kunci. Kehidupan seksual di rumah tangga memang sepaket dengan suasana di rumah tangga itu sendiri. Kalau komunikasi lancar dan kehidupan rumah tangganya wajar-wajar saja, aktifitas seksualnya juga tidak akan ada masalah.
Kalau kemudian suami istri ini bekerja dan merasa lelah untuk berhubungan, bisa kok dikomunikasikan. Pilih waktu tepat yang disepakati bersama. Jadi, obat perangsang atau viagra tidaklah perlu.
Saya belum bisa memastikan apa efek samping dari permen karet penambah libido bagi perempuan ini. Perlu ada penelitian. Hanya jangan terjebak pada label herbal atau ekstrak alami. Bisa saja tetap ada efek sampingnya.