Jelang Imlek Wayang Potehi Banjir Job

Menjelang Tahun Baru Imlek kelompok kesenian wayang Potehi binaan Kelenteng Hong San Kiong, Gudo, Jombang, kebanjiran job.

Penulis: Sutono | Editor: Parmin
SURYA Online, JOMBANG - Menjelang Tahun Baru Imlek yang jatuh pada Minggu 10 Februari, kelompok kesenian wayang Potehi binaan Kelenteng atau Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Hong San Kiong, Gudo, Jombang, kebanjiran job.

Beberapa job bahkan terpaksa ditolak karena waktu pertunjukannya bersamaan. “Karena meskipun kami punya 13 set properti wayang potehi, namun kami hanya memiliki lima orang dalang,” kata Ketua Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Hong San Kiong, Toni Harsono, Senin (4/2/2013).

 Job-job pertunjukan wayang tersebut tak hanya datang dari daerah Jombang, Jawa Timur, melainkan dari luar Jawa Timur.

“Seperti dari Makassar dan Bandung. Besok sebagian dari kami juga harus terbang berangkat ke Makassar untuk bermain selama tiga hari di sana,” kata Toni.

Toni yang punya nama China, Tok Hok Lay, sekaligus sebagai pembina, penggerak, dan sponsor kesenian wayang Potehi di kelenteng yang dipimpinnya.

Kebetulan, ayahnya, Tok Hong Kie, dikenal sebagai sehu (dalang) terkenal masa-masa Orde Lama dulu, sehingga Toni pun akrab dengan pertunjukan wayang Potehi. Meski demikian, ia sendiri bukan dalang Potehi.

Masih menurut Toni, para dalang wayang Potehi binaanya tak hanya main di kelenteng-kelenteng, melainkan juga di sejumlah mal dan pusat-pusat perbelanjaan. “Antara lain di CitraLand,” cetusnya.

Job untuk main tahun ini, dimulai sekitar 5 hari sebelum Imlek, pada hari ‘H’ Imlek, dan sepekan sesudahnya (Cap Go Meh), bahkan beberapa hari setelah Cap Go Meh masih ada job.

“Jadwal main seluruh lima dalang dan kru kami, selama beberapa minggu ke depan sudah penuh. Hampir seluruhnya main luar kota, bahkan ada yang luar pulau,” imbuh Toni.

Padahal, pada hari-hari biasa, job hanya terbatas pada waktu-waktu tertentu. Misalnya saat ulang tahun sebuah kelenteng, orang Tionghoa punya hajatan dan sebagainya.

Lantas berapa tarif pertunjukan wayang Potehi? Toni menyebut kisaran angka Rp 15 juta hingga Rp 20 juta sekali main. “Biasanya ada negosiasi dulu, berapa durasi pertunjukan. Tarif sekitar Rp 15 juta itu durasi sekitar empat jam,” kata Toni.

Tapi, meskipun semua properti, mulai dari wayang, alat musik, panggung (Pai Loo), miliknya, Toni tidak mendapat bagian dari uang hasil pertunjukan. “Semua peralatan saya gratiskan kepada para dalang dan kru-nya,” kata Toni.

Satu pertunjukan Potehi, diperlukan lima personel. Terdiri satu dalang, satu asisten dalang, dan tiga penabuh musik.

Sedangkan peralatan atau properti, terdiri dari satu set wayang Potehi, lima alat musik, dan panggung. Satu set wayang potehi terdiri dari 150 karakter atau buah.
     
Sesomo (68), dalang senior wayang Potehi yang dimiliki Kelenteng Hong san Kiong Gudo, mengaku sudah sejak 1968 menekuni profesi sebagai dalang Potehi.
       
“Semula saya asisten ayahnya Pak Toni, yakni Tok Hong Kie. Kemudian saat beliau sakit, saya mendadak diminta menggantikan beliau mendalang. Sejak itulah saya mendalang Potehi sampai sekarang,” kata Sesomo.
       
Anehnya, seluruh lima dalang wayang Potehi yang bernaung di bawah di TITD Hong San Kiong Gudo keturunan pribumi, dan rata-rata muslim.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved