Warna-warni Imlek
Penulis: Tri Hatma Ningsih |
Imam Nugroho ST
Karyawan Swasta di Surabaya
imanu75@yahoo.com
Penyuka film kartun, mungkin tak melewatkan film Mu Lan, dara yang menyaru menjadi 'pria' demi maju ke medan perang. Yang mematik keunikan adalah ketika Mu Lan menjadi ksatria, dia ditemani seekor naga kecil yang tingkah laku dan ucapannya mengundang tawa. Di bagian lain, penulis memandang film ini laiknya memiliki keutamaan nilai persahabatan dan rasa cinta kasih. Korelasinya dengan tradisi Tahun Baru China atau Imlek adalah persahabatan, kasih sayang, dan saling melindungi.
Dengan kata lain, apa yang ditampilkan kedua sahabat tersebut menjadi spirit pelengkap atas hadirnya hari cinta kasih (Valentine) yang perayaannya juga bersamaan dengan Imlek di bulan Februari ini. Terlepas dari waktunya yang hampir bersamaan atau tidak yang jelas khazanah dari kedua perayaan tersebut adalah bukti anugerah dari Tuhan yang patut disyukuri.
Secara pribadi penulis tak memiliki ikatan emosional dengan hari raya Imlek seperti halnya Gus Dur. Meneladani kegigihan beliau dalam menempatkan Tahun Baru Imlek sebagai hari libur nasional, membuat penulis senantiasa selalu belajar memahami makna toleransi terhadap sebuah pluralitas sosial masyarakat berikut budayanya agar ditumbuhkembangkan. Pernak-pernik Imlek nuansa lokal kian semarak di beberapa akses jalan maupun mal di Surabaya.
Menukil moto tokoh pejuang kesetaraan kulit hitam Amerika Serikat, Martin Luther King Jr: Let us be dissatisfied until integration is not seen as problem but as opportunity to participate in the beauty of diversity (Where Do We Go from Here? 1967). Atau, bisa diartikan, bahwa keanekaragaman yang ada di muka bumi ini layak untuk diperkenalkan dengan tanpa melibatkan politik maupun supremasi dari identitas (agama) kelompok tertentu, agar terhindar dari marjinalisasi umat yang berlainan.
Merakyatnya ucapan Gong Xi Fat Coi ala Jawa Timur-an begitu selaras ketika muncul kompilasi antara kesenian reog Ponorogo dengan atraksi tari Barongsai. Terlepas dari konteks Imlek itu sendiri, budaya China yang lain juga bisa dirasakan seperti pada prosesi Sam Poo Besar. Ritual yang berupa tradisi arak-arakan di bulan keenam penanggalan Imlek ditujukan untuk menghormati kedatangan Laksamana Cheng Ho di Kota Semarang pada abad ke-15. Ini merupakan cerminan bahwa warga keturunan China tak hanya menjunjung tinggi budaya leluhurnya melainkan: di mana bumi dipijak, di sana langit dijunjung.
Rekomendasi untuk Anda