SURYA Kampus

Mahasiswa Magister Psikologi Sains Ubaya : Perusahaan Harus Berani Berubah atau Mati Perlahan

Fenomena ini menjadi sorotan Wiliam Cung, mahasiswa Magister Psikologi Sains Universitas Surabaya (Ubaya)

Penulis: Sulvi Sofiana | Editor: Titis Jati Permata
SURYA.co.id/Sulvi Sofiana
PENELITIAN - Wiliam Cung, mahasiswa Magister Psikologi Sains Universitas Surabaya (Ubaya), yang meneliti kaitan antara faktor psikologis dan perilaku inovatif di tempat kerja. Menurutnya, banyak perusahaan besar tumbang bukan karena kalah modal, melainkan karena gagal menumbuhkan budaya inovasi. 

“Ketika keempat tahap ini dipenuhi, lingkungan kerja berubah menjadi ruang aman untuk berpikir kritis dan mencoba hal baru. Dari sanalah inovasi lahir,” katanya.

Selain itu, Wiliam juga menyoroti pentingnya prinsip 5C’s dalam membangun budaya inovatif — Clarity, Candor, Curiosity, Commitment, dan Consistency.

“Tanpa komunikasi yang jujur dan rasa ingin tahu yang tinggi, ide kreatif akan mandek. Konsistensi dan komitmen juga penting agar inovasi tidak berhenti di tengah jalan,” ujarnya.

Ia menambahkan, riset terbaru menunjukkan hubungan erat antara psychological safety dan job flourishing, yaitu kondisi ketika seseorang merasa hidup, berkembang, dan bersemangat dalam pekerjaannya.

“Karyawan yang flourish cenderung lebih kreatif, berani mengambil risiko, dan loyal terhadap organisasi. Jadi inovasi bukan hanya soal strategi, tapi tentang kesejahteraan psikologis di tempat kerja,” tutur Wiliam.

Wiliam menilai, perusahaan di Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam menumbuhkan budaya inovasi karena nilai-nilai sosial seperti sungkan, takut salah, dan jarak kekuasaan yang tinggi.

“Budaya timur kita membuat banyak karyawan memilih diam daripada menyampaikan ide. Padahal tanpa ruang psikologis yang aman, kreativitas akan sulit tumbuh,” ujarnya.

Untuk itu, ia menyarankan sejumlah langkah praktis agar organisasi dapat menciptakan iklim inovatif, antara lain membangun psychological safety melalui kepemimpinan yang suportif, memperkuat creative self-efficacy lewat pelatihan dan penghargaan, serta menumbuhkan job flourishing dengan pekerjaan yang bermakna dan seimbang.

“Inovasi bukan hanya tanggung jawab manajemen puncak. Ide bisa datang dari siapa pun, selama lingkungan kerjanya mendukung keberanian untuk berpikir dan mencoba hal baru,” tegasnya.

Di akhir wawancara, Wiliam menegaskan bahwa di era perubahan cepat seperti sekarang, inovasi bukan lagi pilihan, melainkan keharusan.

“Kebangkrutan perusahaan besar bukan hanya akibat pasar yang kejam, tapi karena organisasi gagal beradaptasi dari dalam. Inovasi itu harga mati. Kalau tidak berinovasi, perusahaan akan mati perlahan,” pungkasnya.

BACA BERITA SURYA.CO.ID LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved