SURYA Kampus
Mahasiswa Magister Psikologi Sains Ubaya : Perusahaan Harus Berani Berubah atau Mati Perlahan
Fenomena ini menjadi sorotan Wiliam Cung, mahasiswa Magister Psikologi Sains Universitas Surabaya (Ubaya)
Penulis: Sulvi Sofiana | Editor: Titis Jati Permata
Ringkasan Berita:
- Wiliam Cung, mahasiswa Magister Psikologi Sains Universitas Surabaya (Ubaya) meneliti kaitan antara faktor psikologis dan perilaku inovatif di tempat kerja
- Hasil penelitiannya, banyak perusahaan besar di Indonesia tumbang bukan karena kalah modal, melainkan gagal menumbuhkan budaya inovasi.
- Wiliam menyebut sejumlah perusahaan dunia justru mampu bertahan karena berani bertransformasi.
SURYA.CO.ID, SURABAYA – Dalam lanskap bisnis yang semakin brutal dan dinamis, kemampuan beradaptasi dan berinovasi menjadi faktor penentu hidup matinya sebuah perusahaan.
Kompetisi tak lagi hanya soal siapa yang punya modal besar atau teknologi tercanggih, melainkan siapa yang paling cepat membaca perubahan dan berani menyesuaikan diri.
Fenomena ini menjadi sorotan Wiliam Cung, mahasiswa Magister Psikologi Sains Universitas Surabaya (Ubaya), yang meneliti kaitan antara faktor psikologis dan perilaku inovatif di tempat kerja.
Baca juga: 284 Siswa dari 20 Provinsi Ikuti OPSI 2025 di Ubaya, Ajang Prestisius Peneliti Muda Nasional
Menurutnya, banyak perusahaan besar tumbang bukan karena kalah modal, melainkan karena gagal menumbuhkan budaya inovasi.
“Kita sering melihat perusahaan besar yang sudah mapan justru runtuh karena terlalu nyaman dengan cara lama. Mereka takut mengambil risiko, enggan bereksperimen, dan akhirnya tertinggal dari pesaing yang lebih adaptif,” ujar Wiliam saat ditemui di Kampus Ubaya Tenggilis, Rabu (12/11/2025).
Berani Bertransformasi
Ia mencontohkan deretan perusahaan besar yang kolaps dalam beberapa tahun terakhir, seperti PT Sanken Indonesia yang menghentikan produksi pada Juni 2025, Sritex yang bangkrut dengan lebih dari 10.000 karyawan terdampak, hingga Yamaha Music yang menutup dua pabrik pianonya.
“Kalau kita lihat polanya, sebagian besar bukan karena pasar tak ada, tapi karena perusahaan gagal membangun innovation mindset. Mereka tidak menciptakan ruang aman bagi ide-ide baru untuk tumbuh,” tambahnya.
Baca juga: Ubaya Gelar Seminar Nasional Refleksi 26 Tahun Reformasi Konstitusi
Sebaliknya, Wiliam menyebut sejumlah perusahaan dunia justru mampu bertahan karena berani bertransformasi.
Salah satunya BYD, yang dulunya hanyalah pabrik baterai kecil, kini menyalip Tesla sebagai produsen mobil listrik terbesar dunia dengan selisih lebih dari 400.000 unit mobil listrik murni yang terjual.
“Keberhasilan BYD bukan semata karena teknologi, tapi karena budaya belajar dan keberanian berinovasi. Begitu juga dengan LEGO dan IBM yang berani mengubah arah bisnisnya saat hampir bangkrut,” jelasnya.
Kunci Utama Inovasi
Menurut Wiliam, kunci utama inovasi justru terletak pada faktor psikologis di lingkungan kerja.
a menjelaskan dua faktor penting yang menjadi bahan bakar perilaku inovatif karyawan, yaitu Psychological Safety dan Creative Self-Efficacy.
“Inovasi tidak tumbuh di tempat kerja yang menakutkan. Karyawan harus merasa aman untuk berbicara, mengajukan ide, bahkan melakukan kesalahan tanpa takut disalahkan. Itulah yang disebut psychological safety,” paparnya.
Psychological safety, lanjutnya, terbentuk melalui empat tahap sebagaimana dijelaskan oleh Timothy R. Clark (2020), yakni inclusion safety, learner safety, contributor safety, dan challenger safety.
| Mahasiswa PCU dan Silpakorn University Rancang Kota Masa Depan Surabaya-Bangkok dengan AR |
|
|---|
| Sosok Zacky Rilsan Anak Buruh Bengkel Dapat Kuliah Gratis di Kedokteran Unand, Cita-cita Mulia |
|
|---|
| STTS Surabaya Kunjungi Google dan KMUTT Thailand, Bangun Jejaring Global Teknologi dan Akademik |
|
|---|
| BPN Perkuat Sistem Informasi Pertanahan, Pakar Untag : Solusi Cegah Sertifikat Ganda |
|
|---|
| Unipa Surabaya Gelar Donor Darah, Peserta Datang dengan Kostum Pahlawan dan Baju Adat |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/surabaya/foto/bank/originals/kalah-modal-melainkan-karena-gagal-menumbuhkan-budaya-inovasi.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.