Bangunan Ponpes di Sidoarjo Ambruk
Aksi Heroik Rafi Selamatkan 2 Teman Tertimpa Reruntuhan Ponpes Al Khoziny tapi Dia yang Tak Selamat
Terungkap aksi heroik Rafi Catur Okta Mulya (17) korban tewas runtuhnya bangunan Ponpes Al-Khoziny, Buduran, Sidoarjo.
Penulis: Imam Nahwawi | Editor: Musahadah
SURYA.CO.ID I SURABAYA - Terungkap aksi heroik Rafi Catur Okta Mulya (17) korban tewas runtuhnya bangunan Ponpes Al-Khoziny, Buduran, Sidoarjo.
Ternyata sebelum mengembuskan nafas terakhir, Rafi sempat menolong dua temannya.
Ironisnya, dua teman yang ditolong Rafi berhasil selamat, namun bocah berusia 17 tahun yang tinggal di Kecamatan Sawahan, Kota Surabaya itu justru tidak tertolong.
Jenazah Rafi akhirnya dimakamkan di kota kelahiran sang ayah, yakni di Desa Tanggal Kulon, Kecamatan Tanggul, Jember, Jawa Timur, Kamis (2/10/2025).
Mulyono, ayah Rafi, mengatakan putranya yang meninggal dunia baru pertama kalinya mondok.
Baca juga: Tabiat Rafi Catur Korban Tewas Runtuhnya Ponpes Al Khoziny Sidoarjo, Mau Jaga Warkop Sebelum Mondok
Bahkan baru tiga bulan belajar di lembaga pendidikan agama ini.
"Baru saja lulus SMP kemarin, dan baru kemarin ini mondok, mungkin mau bulan ketiga," ujarnya saat dikonfirmasi.
Menurutnya, korban meningal dunia karena tertimpa bangunan pondok saat menyelamatkan dua temannya.
Meski sempat dirawat di rumah sakit, kata dia, nyawanya putranya tetap tidak tertolong.
"Meninggalnya kemarin malam. Korban tiba di Jember pada pukul 05.00 WIB pagi. Memilih dimakamkan di Jember karena saya aslinya sini," ungkapnya.
Selama masih hidup, Mulyono mengungkapkan putranya terkenal pendiam tidak pernah nongkrong keluar rumah.
"Aktivitasnya hanya di pondok. Sebelumnya tidak pernah mondok, begitu lulus SMP, lanjut SMK sambil mondok di Ponpes Al Khoziniy. Jadi baru pertama kali mondok," paparnya.
Sementara ketika di rumah, Mulyono mengatakan putranya senantiasa membantu ibunya menjaga warung.
Sebelumnya, tabiat Rafi juga sempat diungkap Ketua RT 10 RW 03, Putat Jaya, Sawahan, Surabaya, Sofyan Amalianto.
Dikatakan Sofyan, selama ini Rafi tinggal bersama sang ayah, Mulyono dan tiga kakaknya.
Sang ibu, tidak lagi tinggal bersama mereka setelah bercerai dengan Mulyono.
Diceritakan Sofyan, tiga kakak perempuan Rafi sebenarnya agak berkeberatan ketika sang bungsu harus mondok.
Tiga kakak Rafi lebih menghendaki sang adik untuk bersekolah di dekat rumah, sambil menemani ayahnya.
Sofyan mengakui Mulyono sudah lama hidup sendiri atau berpisah dari sang istri berinisial ES, beberapa tahun lalu.
Mulyono sebenarnya bekerja sebagai sekuriti sebuah restoran kuliner daging di kawasan Darmo Permai, Tandes, Surabaya.
Dia juga bekerja sebagai karyawan outsourcing teknisi PDAM.
Mengenai keseharian Rafi, Sofyan mengakui anak bungsu dari empat bersaudara itu sebagai pribadi yang mandiri, baik dan jenaka.
Setiap pulang sekolah Rafi selalu menyempatkan diri menjaga warkop milik orangtuanya sampai malam hari.
Pernah suatu kali Sofyan mendengar alasan Rafi tetap mau menjaga warkop milik orangtuanya sepulang sekolah sore sampai malam hari.
Ternyata Rafi ingin memanfaatkan kesempatan dan waktu luang yang ada padanya.
Di warkop itu Rafi menjadi kasir sekaligus peracik kopi.
Di sela kesibukannya dia juga bisa berkumpul dengan teman-teman sekolah atau sepermainan di permukiman tersebut.
"Ya Rafi ini yang kelola warkop ini. Katanya; daripada nganggur dan bengong om, ya udah jaga warkop saja. Mandiri anaknya," ungkapnya.
"Mungkin pelampiasan dia jadi anak muda. Ya bersyukur dia mau buka warkop daripada dia kemana-mana (keluyuran tak jelas). Dia engga pernah buat masalah, dia baik sopan ceria," tambahnya.
Sebelum mondok, Rafi dikenal gemar bermain sepak bola.
Terkadang, setiap Bulan Ramadhan, Rafi dan belasan orang teman sepermainan di permukiman tersebut, bakal bersepak bola di tengah jalan, sepulang Salat Tarawih hingga menunggu Sahur.
"Dia hobinya main sepakbola. Kalau bulan puasa, dari malam menunggu sampai sahur, dia sepakbola jalanan di sini sama temannya yang lain," katanya.
Sofyan tak menampik, keinginan kuat Rafi untuk melanjutkan pendidikan di pondok pesantren, adalah petanda atas firasat tersebut.
"Firasatnya itu ya minta mondok itu," pungkasnya.
Taufan Yakin Akan Selamat

Keyakinan untuk bertahan hidup terus dipegang kuat oleh Taufan Saputra Dewa selama berada dalam gelapnya puing reruntuhan bangunan Musala Pondok Pesantren Al-Khoziny Sidoarjo yang ambruk pada Senin (29/9/2025) lalu.
Sembari menunggu evakuasi dari petugas, remaja 13 tahun ini tak berhenti berdoa.
"Saya yakin saya bisa hidup," kata Taufan saat menceritakan bagaimana ia terjebak dalam reruntuhan bangunan Musala itu, Kamis (2/10/2025).
Taufan adalah satu diantara sekian santri yang berhasil dievakuasi petugas dalam keadaan selamat.
Saat ini, ia dirawat di RSUD Notopuro Sidoarjo sejak Rabu sore pasca ia dievakuasi.
Taufan yang merupakan warga Dupak Surabaya itu masih mengingat betul bagaimana ambruknya bangunan Musala tersebut. Saat itu, para santri tengah salat jamaah ashar.
Taufan sebenarnya telat ikut jamaah, dan baru ikut di rakaat kedua.
Namun tak lama setelah itu, ia mendengar suara gemuruh dan sejurus kemudian bangunan rubuh.
Sedapat mungkin ia berusaha untuk keluar gedung.
Hanya saja ia tertimpa puing dan akhirnya terjebak. Posisinya telentang disela puing.
Diatas wajahnya ada seng yang hanya berjarak tiga jari. Kondisinya gelap gulita dan ruang gerak menjadi sempit.
Kaki kirinya, kini dilakukan perawatan karena efek terjepit puing bangunan.
Selama bertahan tiga hari dibawah puing reruntuhan, Taufan bercerita mendapatkan suplai air minum dan makanan dari petugas yang tengah berupaya untuk menyelamatkannya keluar.
"Saya tidak pingsan, sadar terus. Kondisi saya sekarang lumayan baik," ucap Taufan yang ditemani keluarganya dirawat di RSUD Notopuro.
Diketahui, ratusan orang terjebak dalam reruntuhan bangunan musala yang runtuh pada Senin (29/9/2025).
Lima diantaranya dinyatakan meninggal dunia.
Selain Rafi Catur, empat korban tewas lainnya, yakni Maulana Alfian Ibrahim (13), warga Kali Anyar Kulon, Surabaya.
Kemudian, Mochammad Mashudulhaq (14), warga Kali Kendal, Dukuh Pakis, Surabaya, Muhammad Soleh (22), warga Bangka Belitung, dan Mochammad Agus Ubaidillah (14), warga Kelurahan Morokrembangan, Surabaya.
Saat kejadian, sejumlah santri tengah melaksanakan salat Ashar di lantai bawah bangunan yang sementara difungsikan sebagai musala.
Bangunan tiga lantai tersebut roboh setelah dilakukan pengecoran pada lantai atas pada malam sebelumnya.
Karena masih dalam tahap pembangunan, bagian bawah digunakan sementara sebagai tempat ibadah para santri.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Hari Ketiga Evakuasi Ponpes Al Khoziny, 7 Korban Ditemukan, 5 Selamat dan 2 Meninggal"
Rafi Catur Okta Mulya Pamungkas
Ponpes Al Khoziny Ambruk
Ponpes Al Khoziny
Korban Musala Ponpes Al Khoziny Ambruk
Musala Ponpes Al Khoziny Sidoarjo
Multiangle
Eksklusif
Meaningful
TribunBreakingNews
Running News
SURYA.co.id
JKSN Ajak Pesantren Gelar Salat Ghaib Usai Jumatan, Doakan Korban Ponpes Al Khoziny Sidoarjo |
![]() |
---|
Posko DVI Dipusatkan di RS Bhayangkara Surabaya, Cold Storage Berkapasitas Besar Difungsikan |
![]() |
---|
Rafi Dimakamkan di Jember, Sempat Selamatkan 2 Temannya saat Bangunan Ponpes Al Khoziny Mulai Ambruk |
![]() |
---|
Malam Ini Tim SAR Fokus Pindahkan Material Ponpes Al Khoziny yang Ambruk, Belum Evakuasi Korban |
![]() |
---|
Menko PM Cak Imin: Santri Ponpes Al Khoziny SIdoarjo yang Diamputasi Saya Jadikan Anak Angkat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.