Surbayaa Hebat

Kisah Amad, Veteran 103 Tahun Saksi Perobekan Bendera Belanda di Hotel Yamato Surabaya

Amad, Veteran 103 Tahun menceritakan kisahnya memasang tangga di Hotel Yamato saat perobekan bendera Belanda.

|
Penulis: Nur Ika Anisa | Editor: Pipit Maulidya
TRIBUNJATIM.COM/NUR IKA ANISA
PEJUANG KEMERDEKAAN - Amad, Veteran 103 Tahun menceritakan kisahnya memasang tangga di Hotel Yamato saat perobekan bendera Belanda. 

SURYA.CO.ID - Nama Amad mungkin tak sepopuler Bung Tomo, namun perannya tak kalah penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan di Surabaya.

Tanpa tangga yang ia pasang pada 19 September 1945, bendera Belanda di atap Hotel Yamato (kini Hotel Majapahit) takkan bisa disobek oleh pemuda-pemuda Indonesia.

“Nama saya Ahmad, jaman Jepang saya tentara Heiho dan Jepang tidak bisa nyebut Ah jadi dipanggil Amad. Saya tentara Jepang yang masih ada. Di Jawa Timur saya sendiri,” ucap Amad ditemui di Ciputra World Surabaya, beberapa waktu lalu.

Kini, di usianya yang ke-103 tahun, Amad masih mengingat jelas momen bersejarah itu. Dengan suara bergetar namun penuh semangat, ia bercerita tentang masa perjuangan yang dijalani saat usianya baru menginjak 20 tahun.

“Pagi-pagi pemuda-pemuda teriak di Kedungsari dan Blauran, pukul-pukul tiang listrik, teriak ‘ayo nyuek gendero londo” tapi saya pikir kalau mau nyuek bendoro pakai apa dan saya pikir nyari tangga di Kebangsren, karena saat itu belum ada bangunan-bangunan seperti sekarang’,” kenang Amad.

Baca juga: Sejarah Hotel Yamato di Surabaya: Dari Simbol Kolonialisme ke Monumen Nasionalisme 

Sebagai anggota Badan Keamanan Rakyat (cikal bakal TNI), Amad kala itu mengambil tangga dan, bersama rekan yang baru ia kenal, Darman.

Dengan disaksikan ratusan remaja, Amad memanggul tangga tersebut dan memasangnya di sisi utara Hotel Yamato.

Ia juga menyuruh para remaja yang lain untuk mencari tangga tambahan agar bisa mencapai atas hotel.

Dari tiga tangga yang dikumpulkan menjadi jalan bagi arek-arek Suroboyo untuk naik dan merobek bendera Belanda, menggantinya dengan Merah Putih.

“Saya hanya memasang tangga, lalu ada anak-anak itu yang naik dekat tiang bendera, saya tidak tahu namanya karena masih remaja-remaja dan merobek bendera Belanda,” ujarnya.

Setelah berhasil merobek, lanjut Amad, mereka turun dan disusul dengan enam kali tembakan dan membubarkan para arek-arek tersebut.

“Tangga ini kami tinggalkan gitu saja, semua bubar semua ada yang ke barat, ada yang ke selatan,” ungkapnya.

Amad dikenal dekat dengan Bung Tomo, tokoh yang membakar semangat rakyat Surabaya dalam pertempuran 10 November 1945.

Ia pun pernah menjadi bagian Heiho, Polisi Istimewa Jepang, hingga akhirnya mengabdi di TNI AD dengan pangkat Prada sebelum pensiun pada 1978.

Meski buta huruf, Amad tetap teguh mengabdi untuk bangsa. Saat mengenang perjuangan peristiwa perobekan bendera, hingga kini ia masih menitihkan air mata.

Di usia senjanya, Amad masih menyimpan satu kerinduan bertemu kembali dengan para pejuang lain untuk berbagi cerita perjuangan.

“Saya ingin bertemu kawan seperjuangan, meski tinggal sedikit yang masih hidup,” ucapnya pelan.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved