Fakta Mengejutkan di Balik Masterchef Indonesia Dibongkar Chef Juna, Ini Alasan Juri Buang Masakan

Ringkasan Berita:

• Chef Juna menegaskan kebiasaannya membuang makanan di MasterChef Indonesia bukan akting.
• Ia mengatakan sebagian besar masakan peserta memang “beneran enggak enak”.
• Reaksi tegasnya adalah bentuk kejujuran, bukan arogansi.
• Juna menilai banyak peserta belum layak untuk bersaing di tingkat kompetisi.

SURYA.co.id - Menjadi juri tetap MasterChef Indonesia bukan hal mudah bagi Chef Juna Rorimpandey.

Dikenal tegas dan blak-blakan, Juna akhirnya mengungkap alasan di balik kebiasaannya membuang masakan peserta usai mencicipi.

Dalam obrolannya dengan Raditya Dika di YouTube, ia menegaskan bahwa semua reaksi yang terlihat di layar bukanlah akting.

“Beneran. Demi apa, majority makanan mereka tidak enak,” kata Chef Juna.

Menurut Juna, ekspresi wajahnya yang terlihat ketus adalah bentuk kejujuran profesional, bukan pencitraan atau dibuat-buat demi drama televisi.

“Maaf ya, saya jujur saja,” ungkapnya.

Chef Juna menegaskan bahwa para peserta bukan tidak bisa memasak, namun banyak dari hasil masakan mereka belum memenuhi standar kompetisi.

“Enggak bilang mereka enggak bisa masak. Tapi mungkin beneran enggak layak di kompetisi sih,” ujarnya.

Bagi Juna, MasterChef Indonesia seharusnya jadi wadah pembelajaran bagi para juru masak amatir yang ingin naik level, bukan ajang mencari popularitas semata.

Ia menegaskan bahwa mayoritas peserta masih perlu banyak berlatih sebelum benar-benar siap bersaing di tingkat profesional.

“Saya akan menyatakan masih belum layak untuk berkompetisi. Sebagian besar,” tegasnya.
Lebih lanjut, Chef Juna juga meluruskan pandangan publik soal konsep acara tersebut.

“Saya mesti luruskan apa MasterChef... MasterChef Indonesia, blak-blakan ya, bukan kompetisi paling gengsi,” ujarnya.

Menurutnya, MasterChef adalah reality show bertema masak yang diproduksi di banyak negara, bukan ajang resmi bagi koki profesional.

Baca juga: Sosok Victor yang Bongkar Sisi Lain Kompetisi Masterchef Indonesia, Ungkap Alasan Hapus Gelar MCI

“Ada kompetisi memasak profesional, tapi bukan acara televisi,” tambahnya.

Sikap jujur Chef Juna mungkin terlihat keras, tetapi justru di sanalah nilai autentisitas seorang juri sejati.

Dunia kuliner menuntut standar tinggi, dan ketegasan seperti itu penting agar peserta memahami realita industri makanan yang sesungguhnya. 

Saya melihat, komentar tajam Juna bukan untuk menjatuhkan, melainkan untuk membentuk mental para peserta.

Dalam dunia kompetitif seperti ini, kejujuran adalah bentuk kasih paling tulus. Mungkin banyak yang merasa sakit hati, tapi dari situlah lahir koki hebat.

Menariknya, Juna tak menutupi bahwa MasterChef Indonesia adalah hiburan berbasis kompetisi, bukan ajang bergengsi. Justru keterbukaannya inilah yang membuat publik terus percaya pada integritasnya.

Profil Chef Juna

Chef Juna atau pemilik nama lengkap Junior John Rorimpandey, dikenal sebagai salah satu chef terkenal di Indonesia.

Chef Juna lahir di Manado pada 20 Juli 1975, ia terkenal dengan keahlian memasaknya.

Chef Juna aktif menjadi salah satu juri di ajang pencarian bakat memasak MasterChef Indonesia.

Selain MasterChef Indonesia, pria berusia 44 tahun ini juga pernah menjadi juri di ajang memasak lainnya.

Chef Juna dikenal sebagai sosok yang tegas dalam menilai masakan.

Dilansir Kompas.com, Chef Juna dikenal memiliki pengalaman hidup yang keras.

Sebelum mendalami bidang memasak, ia sempat menempuh pendidikan di jurusan perminyakan Universitas Trisakti.

Namun sayangnya, selama 3,5 tahun, ia tidak dapat menyelesaikan pendidikannya tersebut.

Semasa muda, Juna membuat geng bernama Bad Bones.

Geng bentukannya tersebut kental dengan kendaraan Harley Davidson.

Karena pengalaman kehidupannya yang keras, ia pernah diculik, disiksa, hingga hampir ditembak dan overdosis.

Namun setelah kejadian itu, Juna berniat untuk berubah dan memperbaiki diri.

Sejak itu, ia menjual motor kesayangannya demi biaya sekolahnya di luar negeri di Brownsville, Texas, Amerika Serikat, pada 1997.

Saat berada di luar negeri, ia memilih pendidikan sekolah penerbangan.

Setelah berhasil lulus dan mendapat lisensi pilot, selang beberapa lama sekolah penerbangannya itu bangkrut.

Juna terpaksa pindah ke Houston untuk melanjutkan pelatihannya mendalami bidangnya tersebut.

Namun sayangnya, karena adanya krisis moneter, membuat orang tuanya kesulitan ekonomi.

Juna terpaksa harus mencari uang sendiri untuk membiayai kehidupannya di sana.

Sejak itu ia menjalani profesi sebagai koki, pekerjaan ini ia tekuni secara tidak sengaja.

Awal mulanya, ia bekerja di salah satu restoran tradisional Jepang bernama Miyako sebagai pelayan.

Tak lama kemudian ia mendapatkan tawaran sebagai murid dari master Sushi di tempatnya bekerja.

Ia berlatih dengan keras, hingga pemilik restoran pun kagum dengan kemampuannya yang dimiliki oleh Chef Juna.

Kemudian ia dipromosikan untuk mendapatkan Permanent Resident dan pada tahun 2002, dia dipercaya untuk menjadi Head Chef (Kepala koki) di restoran tersebut.

Setelah satu tahun kemudian, Juna pindah ke Uptown Sushi yang merupakan restoran sushi nomor satu di Houston, sebagai Executive Chef.

Sempat merasa jenuh dengan menu ala Jepang, ia kemudian memutuskan untuk pindah ke restoran Prancis.

Juna pindah ke restoran Perancis yang bernama The French Laundry, ia mempelajari ilmu memasak lagi dengan baik.

Kemudian setelah kembali di Indonesia, ia dipercaya dan mendapatkan tawaran sebagai seorang koki di Indonesia.

Ia menjabat sebagai Executive Chef di Restoran Jack Rabbit Jakarta, namun pada tahun 2011 ia memutuskan untuk mengundurkan diri.

Kemudian ia menjadi juri di ajang pencarian bakat memasak, yaitu MasterChef Indonesia.

>>>Update berita terkini di Googlenews Surya.co.id