Berita Viral

Tabiat Difalya Cendikia, Calon Taruni Akpol yang Meninggal saat Latihan, Rajin dan Tak Pernah Ngeluh

Difalya Cendekia, calon taruni Akpol asal Sulsel, wafat mendadak usai latihan. Sosoknya yang gigih dan ramah kini tinggal kenangan.

Kolase Tribunnews
TARUNI AKPOL MENINGGAL - Kolase foto Difalya Cendikia, Calon Taruni Akpol yang Meninggal saat Latihan. Dikenal Rajin dan Tak Pernah Ngeluh. 

SURYA.co.id - Kabar duka datang dari Akademi Kepolisian (Akpol) Semarang.

Seorang calon bintara taruni (Cabhatar) bernama Difalya Cendekia Danial, perwakilan Polda Sulawesi Selatan, meninggal dunia di Rumah Sakit Bhayangkara (RSB) Akpol Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (27/9/2025) pagi.

Kepergian Difalya yang begitu mendadak meninggalkan luka mendalam bagi keluarga, sahabat, hingga rekan seangkatannya di lembaga pendidikan.

Gadis asal Sulawesi Selatan ini menempuh jenjang pendidikan menengah di SMA Taruna Nusantara (TN) setelah lulus dari SMP.

Sekolah tersebut dikenal sebagai salah satu kawah candradimuka yang membentuk disiplin, kepemimpinan, dan semangat nasionalisme generasi muda.

Difalya merupakan bagian dari Angkatan 32 Samudra yang lulus bersama 325 siswa lainnya pada tahun 2024.

Selepas SMA, ia memilih jalur pengabdian dengan mendaftar ke Akademi Kepolisian 2025. Seleksi yang diikutinya tidak mudah, karena harus melalui tahapan fisik, mental, dan akademik yang sangat ketat.

Keberhasilannya lolos sebagai Calon Bintara Taruni Akpol menjadi bukti ketekunan sekaligus komitmen Difalya untuk mengabdi pada bangsa.

Sosok yang Rajin dan Rendah Hati

Difalya dikenal cerdas, ramah, dan selalu bersemangat belajar. Hal itu diakui oleh Amriyadi, mentor sekaligus keluarga di lembaga bimbingan belajar Pioneer Class.

“Almarhum anak yang baik sekali. Sejak saya kenal, dia rajin belajar dan tidak pernah mengeluh. Dia juga tidak pelit kepada teman-teman saingannya, selalu murah senyum,” ujar Amriyadi, melansir dari Tribun Timur.

Difalya sudah bergabung dengan Pioneer Class sejak duduk di bangku SMP.

Awalnya ia fokus mempersiapkan diri masuk SMA Taruna Nusantara, kemudian setelah lulus, ia kembali belajar intensif demi mewujudkan cita-citanya masuk Akpol.

“Dari SMP dia sudah ikut bimbel di sini. Setelah lolos Taruna Nusantara, dia fokus lagi untuk Akpol dan alhamdulillah berhasil,” kenang Amriyadi.

Kronologi Kejadian

Insiden bermula pada Jumat, 26 September 2025 sekitar pukul 18.00 WIB usai kegiatan flat Cabhatar.

Latihan ini berisi berbagai tantangan fisik seperti halang rintang, dengan tujuan membentuk ketangkasan, keberanian, kekompakan, dan mental tangguh calon perwira Polri.

Saat itu, Difalya tiba-tiba mengalami kejang disertai sesak napas.

Iptu Wahyu, Pawas Taruni, langsung membawanya ke RS Bhayangkara Akpol untuk mendapat penanganan medis.

Setibanya di IGD pukul 18.15 WIB, kondisi Difalya masih sadar dan bisa berkomunikasi, meski tubuhnya sudah tak dapat digerakkan.

Pada dini hari, kondisinya sempat stabil dengan tekanan darah 130/70 mmHg, nadi 70, dan suhu 36,3°C.

Namun sekitar pukul 07.10 WIB, petugas mendapati Difalya tidak sadarkan diri. Upaya resusitasi jantung dilakukan, tetapi nyawanya tidak tertolong. Ia resmi dinyatakan meninggal dunia pukul 07.40 WIB.

Hingga saat ini, pihak Akpol menunggu hasil pemeriksaan lebih lanjut terkait penyebab pasti wafatnya Difalya.

Pihak akademi juga menegaskan akan melakukan evaluasi internal dan menempatkan keselamatan peserta didik sebagai prioritas utama.

Kepergian Difalya meninggalkan kesedihan mendalam. Ucapan duka datang dari berbagai pihak, termasuk Ikatan Alumni SMA Taruna Nusantara (Ikastara) yang menuliskan pesan belasungkawa di akun Instagram resminya, @ikastara:

“Keluarga besar Ikastara turut berduka cita atas berpulangnya Kakak Difalya Cendekia (TN 32). Semoga Almarhumah mendapat tempat terbaik di sisi Tuhan Yang Maha Esa, dan keluarga diberi kekuatan.”

Kisah wafatnya Difalya Cendekia Danial mengingatkan kita bahwa di balik seragam dan disiplin ketat Akademi Kepolisian, ada anak-anak muda dengan mimpi besar, tekad kuat, sekaligus hati yang tulus.

Difalya adalah simbol dari generasi yang berusaha keras mengabdi kepada bangsa sejak usia belia.

Kepergiannya memang menyisakan duka, tetapi juga memberi pesan mendalam tentang arti ketekunan, kerja keras, dan keberanian bermimpi.

Ia telah menorehkan jejak yang tidak sebentar, dari Taruna Nusantara hingga Akpol, yang akan selalu dikenang oleh sahabat, keluarga, serta para pendidiknya.

Sebagai penulis, saya melihat sosok Difalya bukan sekadar seorang calon perwira polisi, melainkan cerminan semangat muda Indonesia: gigih, penuh harapan, dan rela berkorban demi tanah air. Semoga semangat itu tetap hidup di hati kita, dan menjadi pengingat bahwa pengabdian selalu punya harga yang mahal. 

>>>Update berita terkini di Googlenews Surya.co.id

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved