Berita Viral

Kekejaman KKB Papua Tembak Warga Sipil, Ikat Jasad Korbannya di Perahu, Polisi: Untuk Mempersulit

Jenazah Indra Guru Wardana korban KKB di Asmat ditemukan mengenaskan, tubuhnya diikat mesin katinting dan dibiarkan hanyut di sungai.

Tribun Papua
KORBAN KKB PAPUA - Jenazah Indra Guru Wardana, warga sipil yang tewas ditembak Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Distrik Kolf Braza, Kabupaten Asmat, Provinsi Papua Selatan, Selasa (23/9/2025) lalu akhirnya ditemukan. 

Sebagian warga memilih mengungsi untuk sementara waktu demi menghindari kemungkinan serangan berikutnya.

Saat ini, situasi di wilayah tersebut berada dalam pengawasan ketat aparat TNI-Polri.

Namun, jarak lokasi yang terpencil serta minimnya fasilitas komunikasi membuat proses evakuasi dan pendataan korban membutuhkan waktu lebih lama dari biasanya.

Kisah ditemukannya jenazah Indra Guru Wardana di Asmat, Papua Selatan, bukan hanya kabar duka bagi keluarga, tapi juga potret nyata betapa rapuhnya rasa aman masyarakat sipil di wilayah konflik. Tubuh korban yang diikat dengan mesin katinting, lalu dibiarkan hanyut di sungai, seolah menjadi simbol betapa sadis dan terencana aksi kekerasan yang dilakukan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).

Saya melihat peristiwa ini lebih dari sekadar angka dalam laporan kriminal. Ada keluarga yang kehilangan tulang punggung, ada warga kampung yang harus mengungsi karena takut, dan ada aparat yang terus berjibaku di tengah keterbatasan akses. Papua seakan kembali mengingatkan kita bahwa keamanan di sana bukan hanya soal operasi militer, tetapi juga menyangkut sisi kemanusiaan.

Penggunaan katinting untuk menyembunyikan jasad korban juga menghadirkan ironi. Katinting yang selama ini menjadi simbol kehidupan nelayan pesisir, alat sederhana yang membantu warga mencari nafkah, justru diperalat untuk menutupi sebuah kejahatan.

Dari kacamata saya, apa yang terjadi di Kolf Braza menunjukkan bahwa KKB tidak hanya ingin melukai secara fisik, tapi juga ingin meninggalkan trauma psikologis mendalam bagi masyarakat sekitar. Penembakan disertai pembakaran rumah korban adalah pesan teror: bahwa siapa pun bisa menjadi target.

Namun, dalam setiap kengerian, ada juga sinyal perlawanan. Upaya aparat yang mengerahkan tenaga ekstra di medan sulit adalah bukti bahwa negara tidak tinggal diam. Pernyataan tegas aparat, “Negara tidak boleh kalah dari aksi teror bersenjata”, bukan sekadar jargon. Itu janji yang harus dikawal, agar warga Papua tidak terus-menerus hidup dalam lingkaran ketakutan.

Bagi saya pribadi, berita ini menyisakan renungan: sampai kapan warga sipil di Papua harus menjadi korban? Sampai kapan konflik bersenjata dibiarkan merampas hak paling mendasar, yakni rasa aman?

Indra Guru Wardana memang telah pergi, tetapi kisah tragisnya semestinya membuka mata banyak pihak bahwa penyelesaian Papua tidak cukup hanya dengan operasi keamanan. Ada luka sosial, ada kebutuhan akan keadilan, dan ada mimpi sederhana masyarakat Papua untuk hidup damai di tanah mereka sendiri.

>>>Update berita terkini di Googlenews Surya.co.id

Sumber: Tribun Papua
Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved