Alasan Menu Ikan Hiu Tidak Disarankan Jadi Menu MBG, Ada Kandungan Berbahaya Ini

Bukan karena dagingnya basi, melainkan karena kandungan logam berat yang terakumulasi di dalam tubuh ikan besar tersebut

Editor: Wiwit Purwanto
Tribun Jabar/Rahmat
KERACUNAN MBG - Kondisi siswa yang mengalami keracunan MBG saat dirawat di GOR Kecamatan Cipongkor, Bandung. Pemicu keracunan menu Makan Bergizi Gratis (MBG) di SDN 12 Ketapang, Kalimantan Barat adalah menu Ikan Hiu. 

SURYA.CO.ID – Salah satu penyebab yang diduga menjadi pemicu keracunan menu Makan Bergizi Gratis (MBG) di SDN 12 Ketapang, Kalimantan Barat adalah menu Ikan Hiu.

Ketua Unit Kerja Koordinasi Emergensi dan Terapi Intensif Anak (UKK ETIA) Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr Yogi Prawira, SpA, Subs ETIA(K) mengingatkan bahwa konsumsi ikan hiu goreng bisa memicu keracunan pada anak. 

Bukan karena dagingnya basi, melainkan karena kandungan logam berat yang terakumulasi di dalam tubuh ikan besar tersebut.

Dalam penjelasannya, Dr Yogi menyebut bahwa laut Indonesia memang kaya, tetapi juga menyimpan potensi bahaya.

Polutan laut bisa membuat ikan-ikan besar mengandung toksin berbahaya.

Baca juga: MBG di SMAN 1 Kedungwaru Tulungagung Tak Ada Lagi, Wakasek Sebut Dapur SPPG Berhenti Beroperasi

“Kita tahu laut kita ini memang sangat kaya, tapi juga polutan yang ada itu juga berisiko menyebabkan jenis-jenis ikan tertentu itu mengalami akumulasi zat-zat yang sifatnya toksin. Salah satunya adalah logam seperti merkuri. Seperti ikan tuna, kemudian ikan hiu,” ujarnya melansir Tribunnews.com , Jumat (26/9/2025)

Merkuri merupakan logam berat beracun yang bisa merusak sistem saraf, otak, serta fungsi ginjal pada manusia. Anak-anak lebih rentan karena organ tubuh mereka masih dalam tahap perkembangan. 

Akumulasi merkuri di tubuh ikan hiu jauh lebih tinggi dibandingkan spesies ikan kecil, sehingga sangat tidak disarankan untuk diberikan pada anak.​

“Sehingga sangat tidak disarankan untuk diberikan pada anak. Mudah-mudahan menjawab,” tambah Dr Yogi.

Keracunan makanan pada anak memang tidak selalu tampak langsung.

Baca juga: Rekam Jejak dr Tan Shot Yen, Ahli Gizi yang Kritik Keras Progam MBG saat Rapat dengan DPR RI

Gejala seperti mual, muntah, dan diare sering dianggap remeh, padahal bisa menjadi tanda tubuh sedang berusaha mengeluarkan racun.

“Pada saat kita berhadapan dengan anak yang mengalami muntah-muntah atau diare, maka memang tidak disarankan untuk memberikan obat-obatan yang sifatnya menyetok. Karena ini adalah mekanisme awal dari tubuh si anak tadi untuk mengeluarkan racun, bakteri, parasit yang mengkontaminasi makanan atau minuman yang dikonsumsi,” jelas Dr Yogi.

Jika muntah atau diare dihentikan paksa dengan obat tanpa pengawasan dokter, racun justru akan terakumulasi lebih lama di tubuh.

Itulah sebabnya, anak menjadi semakin rentan mengalami komplikasi serius.

Meski ikan hiu dan tuna besar tidak disarankan, bukan berarti anak harus dijauhkan dari ikan laut sepenuhnya.  

Ada banyak pilihan ikan dengan kandungan gizi tinggi namun rendah risiko merkuri, misalnya ikan kembung, ikan bandeng, ikan mujair, ikan nila dan ikan sarden segar.

Jenis-jenis ikan ini umumnya berukuran lebih kecil, sehingga tidak banyak menyimpan logam berat.  

Selain itu, kandungan omega-3, protein, dan vitamin dalam ikan kecil sangat bermanfaat bagi tumbuh kembang anak.

Pencegahan keracunan bukan hanya soal memilih ikan yang tepat, tetapi juga memperhatikan cara pengolahan. Pastikan ikan atau makanan laut dimasak dengan benar hingga matang sempurna. 

Hindari menyimpan ikan terlalu lama di suhu ruang, karena bakteri mudah berkembang biak. Orang tua juga disarankan untuk memperhatikan kebersihan tangan anak sebelum makan. 

Kebiasaan sederhana ini terbukti efektif mencegah kuman penyebab diare dan keracunan makanan masuk ke tubuh.

Jika anak mengalami muntah atau diare usai makan ikan, jangan buru-buru panik. Langkah pertama adalah memastikan anak tidak kekurangan cairan.

Berikan air putih, oralit, atau cairan rehidrasi yang sesuai. Namun, bila gejala semakin berat, anak lemas, sulit minum, atau diare terus-menerus, segera bawa ke fasilitas kesehatan. Penanganan cepat bisa mencegah komplikasi yang membahayakan jiwa.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved