Kronologi Lengkap Polemik Ferry Irwandi Vs TNI: Mau Dilaporkan Gegara Unggahan Medsos, Kini Damai

Polemik antara TNI dan Ferry Irwandi memperlihatkan betapa tipisnya batas antara kebebasan berekspresi dan batas etika di ruang digital.

Kasus ini bukan hanya soal unggahan di media sosial, melainkan juga cermin dari dinamika demokrasi kita.

Di satu sisi, wajar bila TNI merasa perlu menjaga nama baik dan marwah institusi.

Kepercayaan publik terhadap lembaga pertahanan memang harus dijaga karena menyangkut stabilitas negara.

Namun di sisi lain, kritik warga tidak bisa diperlakukan sama dengan ancaman nyata.

Jika setiap kritik dibawa ke ranah hukum, ruang kebebasan digital bisa menyempit, bahkan memunculkan ketakutan masyarakat untuk bersuara.

Langkah damai yang ditempuh kedua belah pihak patut diapresiasi. Pertemuan langsung yang diakhiri dengan saling meminta maaf memberi pesan bahwa dialog lebih efektif ketimbang konfrontasi hukum.

Hal ini juga menjadi pelajaran penting bahwa komunikasi terbuka bisa meredakan ketegangan yang sudah telanjur memanas.

Bagi saya, kasus ini sebaiknya dijadikan momentum evaluasi bersama: bagaimana aparat, pemerintah, dan masyarakat memanfaatkan ruang digital secara sehat.

Kritik mestinya disikapi dengan kepala dingin, sementara masyarakat juga perlu bijak agar tidak terjebak dalam ujaran kebencian atau disinformasi.

Karena pada akhirnya, menjaga demokrasi berarti menjaga keseimbangan, antara kebebasan berbicara dan tanggung jawab dalam setiap kata yang kita keluarkan di ruang publik.

>>>Update berita terkini di Googlenews Surya.co.id