Berita Viral

Beda Versi Roy Suryo dan UGM Soal Larangan Launching Buku Jokowi's White Paper di UC, Siapa Bohong?

Versi berbeda soal pelarangan launching buku  "Jokowi’s White Paper" diungkap kubu Rpy Suryo Cs dan UGM. Siapa yang benar?

Editor: Musahadah
kolase kompas TV/kompas.com
DILARANG - Kubu Roy Suryo Cs dilarang mengeglar launching bu 'Jokowi's White Paper di Ruang Nusantara University Club (UC). Ini versi UGM dan versi Roy Suryo. 

SURYA.CO.ID - Versi berbeda soal pelarangan launching buku  "Jokowi’s White Paper" di Ruang Nusantara University Club (UC) diungkap pihak Universitas Gajah Mada (UGM) Yogjakarta dan kubu Roy Suryo Cs

Pihak UGM beralasan peruntukan acara tidak sesuai saat pemesanan tempat di awal. 

Saat memesan, kubu Roy Suryo Cs mengatakan acaranya adalah Konferensi Pers Tokoh Nasional Hadiah Kemerdekaan RI ke-80, namun ternyata dalam pelaksanaannya justru dipakai untuk launching buku Jokowi's White Paper. 

Sementara kubu Roy Suryo Cs bersikukuh telah terjadi pembatalan sepihak, meski sudah melakukan pembayaran di awal. 

Kubu Roy Suryo juga menuding adanya intimidasi di acara ini. 

Baca juga: Usai Launching Buku "Jokowi’s White Paper", Roy Suryo Diperiksa Polda Metro Besok Sesuai Permintaan

Berikut penjelasan dua pihak sesuai versi masing-masing: 

10 Alasan UGM Melarang 

Juru Bicara Universitas Gadjah Mada I Made Andi Arsana pun menyatakan ada 10 alasan pihak kampus melarang dan membatalkan acara Roy Suryo cs itu.

"Pertama, UGM membenarkan bahwa UC Hotel UGM tidak memfasilitasi kegiatan yang diklaim bertajuk Konferensi Pers Tokoh Nasional Hadiah Kemerdekaan RI ke-80 yang sedianya dilaksanakan tanggal 18 Agustus 2025 pukul 14.00-17.00 WIB," kata Made, Senin.

Kedua, UGM memiliki dua alasan untuk mengambil keputusan ini yaitu alasan yang bersifat prosedural dan politis.

"UGM memahami bahwa kegiatan ini bernuansa politis yang terkait erat dengan isu yang melibatkan Bapak Joko Widodo. UGM tidak melibatkan diri dalam isu tersebut karena tidak terkait dengan UGM secara langsung," kata dia.

Ketiga, secara prosedural, proses perencanaan acara Konferensi Pers Tokoh Nasional Hadiah Kemerdekaan RI ke-80 yang akan dilakukan di UC Hotel UGM tidak sesuai dengan kaidah yang berlaku di unit usaha UGM sebagai lembaga pendidikan.

Keempat, menurut Made, kronologi pemesanan kepada UC Hotel ternyata berbeda dengan acara yakni peluncuran buku.

Pada 17 Agustus 2025 pukul 13.25 WIB, Made mengatakan seseorang yang mengaku bernama Aida menghubungi bagian pemasaran UC Hotel dan melakukan pemesanan ruang pertemuan untuk sebuah kegiatan.

Disampaikan oleh Aida bahwa kegiatan yang dimaksud Adalah Konferensi Pers Tokoh Nasional Hadiah Kemerdekaan RI ke-80.

Pihak UC Hotel lalu merespons dengan melakukan tanya jawab terkait kebutuhan ruangan dan rincian kegiatan.

Berdasarkan data yang diberikan oleh Aida, pihak UC UGM juga menyampaikan harga dan prosedur pembayaran.

Di dalam perencanaan tersebut, pihak UC UGM menanyakan rincian kegiatan untuk memastikan dan untuk mengambil keputusan profesional.

Aida menjawab bahwa acaranya adalah pertemuan kecil untuk membahas acara besar yang mau diadakan di Yogyakarta.

Lebih lanjut ditambahkan bahwa Panitia Temu Kangen Silaturahmi Tokoh Jogja mau rapat kecil persiapan acara HUT Kemerdekaan.

"Aida juga menambahkan bahwa, sebelum acara, ketua panitia yang bernama Bangun (Bangun Sutoto) akan datang ke UC Hotel bersama pihak UGM. Pihak UGM yang dimaksud dikatakan adalah Keamanan Internal UGM," kata dia.

Hingga siaran pers dibuat, Bangun Sutoto dan pihak keamanan internal UGM tidak pernah datang ke UC Hotel UGM untuk melakukan komunikasi atau konfirmasi lebih lanjut.

Lalu pada 17 Agustus 2025, UC Hotel UGM menerima bukti transfer dana yang dikirimkan oleh Aida dan dinyatakan sebagai pembayaran awal (down payment).

Dana sudah dikembalikan, kjareena acar tidakn seusia yang disampaikan di awal. 

Dana tersebut, menurut Made sudah dikembalikan karena acara yang akan dilaksanakan tidak sesuai dengan yang disampaikan di awal.

Kelima, UGM menghormati aspirasi setiap warga negara untuk mempertanyakan dan mempersoalkan isu apa pun namun menolak untuk dilibatkan dengan cara dan prosedur yang tidak semestinya.

Keenam, UGM menerima berbagai informasi yang bisa dipercaya, termasuk undangan yang beredar di media sosial, bahwa acara yang akan berlangsung di UC Hotel pada pukul 14.00-17.00 WIB adalah peluncuran buku Jokowi's White Paper yang merupakan karya RRT atau Roy-Rismon-Tifa.

Ketujuh, kata Made, UGM memandang bahwa acara ini bernuansa politis seperti yang sudah disebutkan di atas dan UGM tidak bersedia terlibat dan memfasilitasi acara tersebut.

Kedelapan, lanjut Made, acara ini jelas berbeda dengan yang disampaikan di awal ketika melakukan pemesanan. Secara prosedur ini merupakan kesalahan dan menjadi alasan administratif bagi UC UGM untuk melakukan penolakan/pembatalan.

Kesembilan, UGM menurut Made, mendukung keterbukaan dalam pertukaran gagasan dan berkomitmen untuk berkontribusi positif untuk mewujudkannya.

Di sisi lain, UGM bertanggung jawab untuk melakukan dan mendukung pertukaran gagasan yang sehat guna menjaga kondisi yang kohesif atau tenang di masyarakat.

Kesepuluh, kata Made, bagi UGM, acara yang dimaksud di atas tidak menunjukkan keterbukaan dari awal dan berpotensi menimbulkan kegaduhan yang tidak perlu sehingga UGM melakukan penolakan.

Kubu Roy Suryo Klaim Diintimidasi

DIPERIKSA - Roy Suryo akan diperiksa penyidik Polda Metro Jaya terkait kasus tudingan ijazah palsu Jokowi besok, Rabu (20/8/2025). Sementara Rismon Sianipar akan diperiksa pada Jumat (22/8/2025).
DIPERIKSA - Roy Suryo akan diperiksa penyidik Polda Metro Jaya terkait kasus tudingan ijazah palsu Jokowi besok, Rabu (20/8/2025). Sementara Rismon Sianipar akan diperiksa pada Jumat (22/8/2025). (kolase kompas.com/tribunnews)

Sebelumnya, Roy Suryo menyebut ada upaya intimidasi dalam penyelenggaraan acara itu.

"Kami ini semua alumni UGM, tapi hanya untuk menggelar acara seperti ini saja mengapa begitu ketakutan hingga AC dan lampu dimatikan ? Kami tidak akan takut," kata Roy.

Hal serupa diungkapkan Dokter Tifauzia Tyassuma atau dokter Tifa. 

Dokter Tifa menjelaskan, awalnya sudah mendapatkan izin menggunakan Ruang Nusantara UC UGM untuk melangsungkan acara peluncuran buku tersebut.

Namun, tiba-tiba, dokter Tifa mengaku dikirimi pesan dan menyebutkan bahwa pihak kepolisian dan UGM menanyakan berbagai hal terkait acara yang akan digelar itu.

Dia pun merasa heran karena menurutnya, jika ada acara lain yang terselenggara tidak akan ditanya-tanya demikian.

"Saya melakukan komunikasi dengan pihak UC dan diterima dengan baik oleh manajemennya, kami diberikan kesempatan untuk bersilaturahmi dan berinteraksi dengan sesama alumni UGM dan sudah diberikan ruangan di ruang Nusantara," jelasnya saat soft launching, Senin (18/8/2025), dikutip dari YouTube Langkah Update.

"Tetapi tiba-tiba pada malam hari, saya mendapatkan WA, katanya siapa yang ingin mengadakan, jadi dari kepolisian dan dari pihak UGM itu menanyakan siapa yang menyelenggarakan dan sebagainya. Saya rasa kalau ada arisan atau apapun yang diselenggarakan di sini (Ruang Nusantara UC UGM) juga nggak bakal ditanya seperti itu," sambungnya.

Dokter Tifa pun mengklaim bahwa pembatalan tempat itu juga atas campur tangan dari kampus UGM sendiri.

Namun, dari pihak UGM sendiri menyatakan bahwa acara itu mengandung unsur politis karena melibatkan Jokowi dan pihak kampus tidak ingin terlibat dalam hal itu.

Kemudian, acara itu juga dinilai tidak sesuai kaidah yang berlaku di unit usaha UGM sebagai lembaga pendidikan.

Padahal, kata dokter Tifa, sebelumnya pada 26 Juli 2025 lalu, ketika Joko Widodo (Jokowi) menggelar reuni diperbolehkan, bahkan ada beberapa orang yang memakai baju warna biru bukan merupakan alumni UGM, tetapi tetap diperbolehkan mengikuti acara.

Acara reuni itu digelar di aula Fakultas Kehutanan dan dihadiri oleh puluhan alumni Angkatan 1980 yang menamakan diri sebagai Spirit 80 dan mereka kompak memakai seragam kaus berkerah warna biru laut dengan tulisan border ‘Reuni 45 Spirit 80: 1980-2025’ dengan logo UGM di dada.

Namun, Jokowi yang juga ikut meramaikan reuni itu tidak memakai baju biru, tetapi memakai setelan kemeja putih dipadukan celana Panjang hitam.

"Jadi sekali lagi ini adalah Equality Before The Law yang dilakukan oleh UGM sendiri, karena beberapa waktu yang lalu di tanggal 26 Juli 2025, itu sebuah acara diselenggarakan menggunakan fasilitas UGM."

"Bahkan kita juga sudah identifikasi bahwa yang hadir mengatasnamakan peserta reuni itu pun tidak semuanya orang UGM ya, kita bisa mengidentifikasi ada beberapa orang di luar UGM yang hanya karena menggunakan seragam baju warna biru dinyatakan sebagai peserta, padahal itu bukan orang-orang UGM," katanya.

Acara peluncuran buku Jokowi’s White Paper itu akhirnya berpindah tempat ke Coffee Shop UC UGM.

Meski demikian, dokter Tifa mengatakan bahwa di coffee shop pihaknya juga mendapatkan intimidasi karena ac dan lampu sengaja dimatikan, padahal mereka sudah membayar penuh makanan dan minuman bagi para tamu yang hadir.

Padahal, menurutnya, coffee shop merupakan ruang bebas yang setiap orang membayar makan dan minumannya sendiri, jadi seharusnya mendapatkan fasilitas yang semestinya, termasuk ac dan lampu.

"Kami menggunakan coffee shop, karena coffee shop ini kan ruang bebas, semua orang boleh membayar makanan dan minuman di sini. Coffee shop ini seharusnya ada ac-nya dan ada lampunya."

"Kami akan membayar makanan dan minuman yang nanti akan dinikmati oleh tamu-tamu kami, seharusnya kami mendapatkan fasilitas berupa ac dan lampu, tetapi dengan sangat tragisnya, intimidatif ini, dengan sengaja ac dan lampu dimatikan supaya kita tidak betah di sini," ujar dokter Tifa.

Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Dokter Tifa Sebut Peluncuran Buku Jokowi’s White Paper Diwarnai Intimidasi, Seret Nama UGM

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved